25 24. Dinner

Datang ke tempat yang tidak asing bagi mereka, membuat keduanya santai. Mereka seperti biasanya, meski tujuan Damian kali ini adalah mengajak Angel Dinner, hanya saja ia tidak berani mengatakannya. Melihat penampilan Angel begitu Perfect, ia teringat bagaimana cantiknya Angeline.

Haruskah Angelita, akan menjadi Angeline seperti istrinya dulu. Aaah tidak, Damian tidak akan menyamakannya.

"Fokus Damian, fokus." batinnya dalam hati, kalau boleh jujur ia begitu terpesona dengan Angel. Penampilannya berbeda dari biasanya.

"Pak, apa kita akan bertemu dengan klien?" tanya Angel, membuka percakapan lebih dulu serta memecah keheningan. Gadis itu membawa laptop kerjanya, ya setidaknya Angel bisa menyibukkan diri daripada diam saja.

"Tidak," jawab Damian singkat.

"Eh maksud saya, sebentar lagi kita akan bertemu dengan Tuan Lee. Hanya membahas soal bisnis saja," lanjut Damian.

"Ouh begitu." balas Angel, kemudian melirik ponselnya yang sejak tadi bergetar. Penasaran, tapi Angel harus menahan karena sedang bersama Damian. Bisa-bisa lelaki itu menyaut ponselnya, bisa tamat riwayat Angel.

Setengah jam menunggu kedatangan Tuan Lee, tidak ada tanda-tanda orang penting itu muncul. Mereka berdua mencari kesibukan masing-masing, Angel sibuk dengan Laptop yang sengaja ia bawa, dan Damian sedang sibuk dengan iPad-nya. Mereka tidak mau terlibat kontak mata yang terlalu dalam. Keduanya gengsi, padahal tidak ada pekerjaan yang harus dikerjakan hari ini.

Damian melirik Angel sebentar, matanya tertuju pada wajah serta memuji penampilan gadis itu dalam hati. Terpikat? Entahlah sepertinya begitu. Angel memang cantik, tapi Damian juga tidak mengerti asal-usul gadis ini. Mereka hanya sebatas Sekertaris dan Bos sebuah pekerjaan yang harus mereka kerjakan. Deadline yang harus mereka setiap hari.

Ketika Angel melihat ponsel kemudian mengangkat panggilan. Damian langsung mengalihkan pandangannya ke iPad-nya. Agar tidak kepedean juga si Angel dilirik oleh Bosnya.

****

Freya berjalan menuju kantor milik Damian, gadis itu memberanikan diri hadir lagi ke hadapan Damian. Tapi, sayangnya ia tidak dapat bertemu Damian hari ini. Sudah mendapat peringatan dari Arya, sepertinya memang Freya sudah tidak peduli lagi dengan ancaman lelaki itu. Keras kepala dan ingin mendapatkan sesuatu dari Damian.

Lagi pula, ia juga telah berhasil menyingkirkan seseorang yang pernah menjadi saingannya dulu. Sudah waktunya Freya beraksi untuk mendekati Damian lagi. Bila perlu, menikahi lelaki itu secepatnya.

Drtt..drtt. Ponsel Freya bergetar, melihat nama yang tertera di layar. Freya langsung menolak panggilan tersebut. Bibirnya menipis ketus, pandangannya menyipit senyum pun berubah menjadi sadis.

"Aku tidak peduli dengan ancaman mu!" gumam Freya.

"Kau pikir, kau bisa mencegahku. Ck, kau bodoh Arya." lanjutnya, kemudian masuk ke dalam lift. Gadis itu perlu mencari tahu dimana Damian sekarang tinggal. Rasanya tak sabar, Freya ingin memunculkan diri di hadapan Damian.

Memberitahu alasan kenapa Freya dulu, tiba-tiba menghilang begitu saja saat menjadi sekertaris nya. Mereka memang tidak pernah menjalin hubungan, tapi keduanya dekat karena sudah dekat sekali. Freya menyukai Damian, tapi Damian tidak.

Dari situlah, keburukan Freya mulai bringas.

****

Damian mengantarkan Angel pulang, tapi ketika mereka sudah di tengah perjalanan. Angel merasa badannya menggigil, seperti demam. Mungkin Angel sering kelelahan jadinya, gampang sekali terserang penyakit. Kepalanya pun terasa pusing, Damian melihat wajah Angel pucat.

Lelaki itu panik, lalu menepikan mobilnya di pinggir jalan.

"Angel, ada apa denganmu?" tanya Damian.

"Aku tidak apa-apa, lanjutkan saja menyetirnya." jawab Angel, gadis itu sebisa mungkin mencoba baik-baik saja.

"Katakan saja, wajahmu pucat sekali." balas Damian, "Ke rumah sakit saja ya." ucap Damian.

"Tidak perlu pak, antar saya pulang saja. Sudah biasa seperti ini, hanya perlu istirahat kok." kekeh Angel,

Damian masih belum yakin, dengan lembut ia menyetuh kening Angel dan mengelus pipi gadis itu. Lembut, sentuhan Damian membuat Angel sedikit jedug-jedug. Kenapa ya kok deg-degan sekali. Angel takut kalau ada perasaan di hatinya untuk Damian.

Ketika mata mereka bertatapan, Damian meneguk salivanya susah payah. Ketika mata itu turun ke bawah melihat bibir Angel yang begitu menggoda. Damian gagal fokus dan langsung mendekatkan bibirnya hingga menempel. Lalu menjadi lumatan lembut yang Damian ciptakan.

Angel malah memejamkan matanya, hangat saat Damian memegang tengku lehernya. Seakan paham dengan kebutuhan Angel, lelaki itu menikmati ciuman tanpa izin dari sekertaris pribadinya. Damian sudah kelewatan, bahkan melewati batas. Tapi berhubung Angel menikmatinya Damian terus melumat hingga menjadi sebuah ciuman dalam.

Lenguhan Angel membuat Damian terkejut, ia pun langsung menghentikan aktifitasnya. "Maafkan saya." ucap Damian,

"Gwenchana," balas Angel.

"Kalau begitu saya akan mengantarmu pulang, maaf sekali lagi." ujar Damian begitu gugup, ada apa dengannya hari ini. Perbuatannya semakin hari semakin menjadi. Apalagi kalau sedang berdua seperti ini, keagresifan nya mulai tidak tahu tempat.

To be continued.

avataravatar
Next chapter