21 20. Maafkan aku

Happy Reading!

"Bagaimana bisa aku telanjang?" gumam Angel sembari menatap tubuhnya tanpa busana. Kemudian menatap cermin, terlihat dada dan lehernya penuh cetakan hot dari lelaki itu.

Angel tak mengetahui siapa lelaki itu, gadis ini benar-benar bodoh sekali. Merutuki dirinya sendiri sembari memukul kepalanya berkali-kali. Jika orang yang tidak kenal mungkin saja Angel masa bodoh. Tapi kalau orang yang dia kenal, jujur saja semalam ia samar-samar melihat wajah yang tak asing. "Aduh bagaimana ini, kenapa aku sangat ceroboh." ia tak berani untuk keluar kamar mandi.

Ck, kalau tidak keluar bagaimana dengan pekerjaannya hari ini. Angel bisa mendapatkan ceramah panjang dari Damian. Jika tanpa dirinya semua pekerjaan akan berantakan. Dan, Damian tidak bisa melakukannya sendiri tanpa Angel.

Angel mengigit jarinya seraya mondar-mandir depan wastafel. Ia harus memberanikan diri untuk keluar kamar mandi. Ada bathrobe warna putih yang tergantung, Angel bisa memakainya dari pada selimut ini. Geli sendiri melihat bercak merah di tubuhnya. Seperti saat pertama kali berhubungan dengan Damian waktu itu.

"Hei, apa kau tidur di dalam?" suara serak itu membuat Angel terplonjat kaget. Tarik nafas, buang nafas lalu Angel membuka pintu.

Rasanya bagai tersambar petir kenapa harus dia dari semua orang. Angel tertunduk lemas tak berdaya di hadapan Damian yang menatapnya tanpa ekspressi. Bagaimana bisa Damian bersamanya sekarang? Angel tidak berani menunjukkan wajahnya ke arah Damian.

"Jangan salah faham, aku juga tidak ingat kenapa bisa bersamamu semalam." cicit Damian sembari menatap ke arah luar jendela tirai yang sudah ia buka. Lelaki itu sudah rapi dengan pakaiannya.

"Apa kita melakukan sesuatu yang salah?" tanya Angel memberanikan diri meski ia tahu pasti, tanpa sadar semalam mereka bercinta.

"Jika iya. Aku juga tidak sadar melakukannya, lagi pula kau juga benar-benar tidak waras." cetus Damian, teringat bagaimana malam itu saat Angel menggodanya lebih dulu.

"Kalau kau mabuk dengan orang lain, aku pastikan kau akan rugi." lanjut Damian.

"Maaf, aku terlalu ceroboh saat mabuk. Aku tidak akan mengulanginya lagi."

"Jika terjadi apa-apa dengan mu, bisa bicarakan baik-baik dengan ku." sanggah Damian kemudian  menatap Angel yang masih menunduk. Menyengkram tangannya sendiri sampai terlihat memerah.

"Bersikaplah seperti biasa, anggap semua itu tidak pernah terjadi." ujar Damian

Angel mengangkat kepalanya menatap Damian. Mengerutkan alisnya, kenapa lelaki itu tidak marah padanya. Mungkin saja Damian merasa kasihan padanya.

"Bersiaplah aku akan mengantarkan mu pulang. Untuk hari ini kita libur." ujar Damian seraya mengambil ponselnya di nakas, lalu keluar meninggalkan Angel.

"Tuhan, kenapa ini bisa terjadi? Sungguh memalukan!"  sesal Angel seraya mengusap wajahnya gusar. Bagaimana bisa Damian yang bersamanya semalam. Lalu? Dimana Airin, jangan-jangan dia lah yang sengaja menjebak Angel.

Ah tidak mungkin.

Angel mengambil pakaiannya yang berserakan di lantai, menghela nafasnya panjang memikirkan apa semalam mereka benar-benar melakukan itu. Bisa kacau kalau memang terjadi, yang Angel tahu Damian memiliki Istri dan Anak. Meski memiliki dendam, benci pada Damian. Tapi Angel tidak mau menjadi pelakor, mengganggu hubungan orang lain.

****

Berbohong kepada Angel bahwa Damian tidak mengingat apapun, bahkan mengatakan kalau ia melakukannya secara tidak sadar. Rasanya Damian malu untuk berkata jujur. Apalagi melihat Angel begitu gugup menghadapinya. Padahal semalam gadis itu sangatlah liar.

"Ck," Damian berdecak seraya tersenyum tipis.

Seraya menunggu kedatangan Angel di lobi, tidak mungkin pula Damian meninggalkan gadis itu sendirian di hotel. Beberapa menit kemudian Angel keluar dari lift lalu menghampiri Damian. Keduanya tidak saling berbicara, Damian berjalan lebih dulu sepertinya biasa. Bos dan Sekertaris, tapi Damian berhenti sejenak.

"Bagaimana kalau kau menggenggam tanganku, tidak enak dilihat jika kau berjalan di belakangku." ucap Damian seraya meraih tangan Angel lalu menggenggam tangan gadis itu.

Jadi terlihat seperti pasangan pada umumnya. Tidak akan menjadi masalah, karena penampilan Damian yang biasa saja. Memakai topi serta bermasker warna hitam.

"Baiklah pak." balas Angel, seraya menatap kedua mata Damian dengan penuh kebingungan. Bukankah Damian sosok orang yang kejam dan jahat. Bagi Angel, Damian adalah keturunan iblis. Kelakuannya dulu mengingatkan Angel untuk berhati-hati. Tapi kenapa sekarang Damian benar-benar berbeda?

Angel kembali fokus berjalan, sembari menutupi wajahnya. Tiba-tiba Damian memberikan serta memakaikan topinya ke kepala Angel.

"Aku tahu, kau membutuhkannya," ucap Damian membuat Angel terdiam tanpa kata.

Mereka masuk ke dalam mobil, untung saja Damian memakai mobil pribadinya untuk keluar sendiri. Akan tetap aman membawa seseorang wanita.

"Maaf, saya tidak bermaksud untuk merusak rumah tangga bapak. Saya mabuk karena terlalu banyak pikirkan, aku tidak tahu kalau akan terjadi seperti ini." cicit Angel setelah duduk di kursi kemudi bersama Damian. Lelaki itu melepas maskernya menatap Angel penuh perasaan.

Damian mengerutkan alisnya, "Rumah tangga? Sedangkan aku tidak memiliki istri." gumam Damian, "Kenapa Angel berpikir seperti itu?" lanjut Damian. Kali ini Angel mendengarnya.

"Sekali lagi maafkan saya pak, maaf." mohon Angel benar-benar malu, semoga saja tidak akan terjadi apa-apa padanya.

"Sudahlah, jangan dipikirkan lagi. Jika terjadi sesuatu pada dirimu at--," Damian belum menyelesaikan ucapannya, sudah dipotong oleh Angel.

"Aku harap itu tidak terjadi," potong Angel, mengetahui maksud dari Damian.

"Maafkan aku juga, tidak bisa mengendalikan diriku." sesal Damian, "Aku akan mengantarkan mu pulang." Damian menghidupkan mesinnya setelah melirik Angel sebentar.

To be continued.

avataravatar
Next chapter