19 Servant and The Master (6)

PELAYAN DAN TUANNYA__6th Part

"Maaf!" Ellgar menundukkan kepala ketika nyaris bertabrakan dengannya. Dia begitu terburu-buru sampai tak sadar bahwa orang yang dicarinya telah berdiri di hadapannya. Pria itu menatap dalam pada kedua mata biru di depannya, persis seperti milik Luce.

"Anda sudah datang, Pangeran Jean?" Illarion tiba-tiba muncul dari dalam Ruang Jamuan dan memecah keheningan. Pria bermata biru membungkuk perlahan kemudian membalas sambutan Putra Mahkota dengan senyuman simpul sampai melupakan Ellgar yang mematung di sisinya.

"Tuan Besar St. Claire," Jean meralat ucapan Illarion dengan nada kesal. "Saya sudah menjadi anggota keluarga St Claire sejak sepuluh tahun yang lalu dan sekarang, berdiri di sini sebagai kepala keluarga bangsawan merupakan sebuah kehormatan bagi saya, Putra Mahkota."

"Bagaimana kalau anda juga menyapa Yang Mulia Argus, Tuan Besar St. Claire?" Illarion mengedipkan mata pada Ellgar yang masih bersusah menguasai suasana canggung di antara mereka bertiga. Namun Jean tidak tinggal diam. Dia menghela napas panjang untuk mengungkapkan sesuatu yang terlalu dini pada kedua pria di hadapannya. Illarion dan Ellgar, keduanya tampak kebingungan saat Jean memegang kepalanya yang mendadak sakit.

"Putra Mahkota, tadinya saya tidak ingin mengatakan hal ini, tapi melihat situasi di antara kita bertiga, saya tidak bisa diam begitu saja," tutur Jean sambil memandang Illarion bergantian dengan Ellgar, menyebabkan anting di telinga kanannya berkilau indah diterpa cahaya lampu kristal. "Terima kasih atas undangan pestanya, tapi malam ini saya ada urusan yang jauh lebih penting." Jean kemudian berbisik pada salah satu rekannya yang berambut ungu sebelum lusinan kotak hadiah dibawa masuk menyeberangi Ruang Jamuan. "Saya membawa beberapa hadiah kecil yang mungkin tidak seberapa untuk anda. Semoga anda menyukainya dan untuk kesekian kalinya, selamat ulang tahun, Putra Mahkota. Semoga anda dikaruniai umur yang panjang dan kesejahteraan tiada akhir."

Jean membungkuk pada Illarion dan Ellgar kemudian berkata, "Kalau begitu saya permisi dulu. Selamat bersenang-senang, Putra Mahkota dan Raja Muda..." Pria itu tiba-tiba menatap sinis pada Ellgar sebelum kepergiannya bersama rombongan yang dia bawa. Dalam hatinya berbisik, "Dia pikir dengan memotong rambutnya dan berpakaian seperti itu, bisa membuatku lupa pada orang yang sejak kecil melayani keluarga St. Claire, Ellgar Wagner. Kali ini, kau benar-benar payah. Aku juga sama sekali tak menyangka, kalau Putra Mahkota berniat mempertemukanku dengannya pada saat seperti ini."

"Tuan Besar," pria berambut ungu menghentikan langkah Jean dan rombongannya. "Saya rasa anda bisa saja langsung mengikuti skenario Putra Mahkota tadi. Bukankah sebelumnya Tuan berkata kalau Tuan sangat ingin bertemu dengan Tuan Muda Luce? Beliau mungkin tidak bersama dengan Ellgar Wagner saat ini, tapi sudah bisa dipastikan bahwa setidaknya di mana ada Ellgar di situ pasti ada Tuan Muda Luce."

"Aku tidak peduli dengan semua itu, Terence," ucap Jean memamerkan senyummya. "Meskipun Putra Mahkota berhasil menemukan Luce lebih dulu, tapi aku yakin Luce tak mudah ditundukkan begitu saja. Setengah bagian darinya adalah diriku. Kalau aku mau, bisa saja aku membuatnya berlari menghampiriku sekarang. Tapi aku punya rencanaku sendiri. Sebagai seorang kakak, aku harus membuat Luce melakukan segalanya secara sukarela."

*bersambung ke part berikutnya

avataravatar
Next chapter