18 Servant and The Master (5)

PELAYAN DAN TUANNYA__5th Part

"Tuan, pestanya akan segera dimulai. Anda sebaiknya mempersiapkan diri sekarang juga," Ellgar menegur Luce yang tertidur di atas dahan pohon setelah Illarion memintanya beristirahat di salah satu ruangan mewah dalam kastil. Tetapi Luce sama sekali enggan pergi ke sana. "Dia sudah terlalu biasa dengan kehidupan sederhana sampai memilih tidur di tempat seperti ini," lirih Ellgar yang duduk bersila, bersandar pada batang pohon yang sama. Tak satupun prajurit dan pelayan lewat di taman mawar tersebut hingga matahari terbenam. Padahal Ellgar sangat lapar, tapi Luce terlalu sulit dibangunkan.

"Pergilah duluan, aku akan menyusul setelah mereka sendiri yang memanggilku nanti," Luce menjawab asal. Tubuhnya menggeliat lemah seperti anak kecil yang manja. Bahkan sampai Ellgar berdiri karena kesal, pemuda itu masih saja bergelayut di dahan pohon.

"Mungkin tidak apa-apa meninggalkan Tuan sebentar saja di taman mawar ini. Tempat ini milik mendiang Yang Mulia Ratu, Tuan Luce pastilah aman berada di sini," ucap Ellgar kemudian. "Beberapa bagian seperti masih tak terawat bahkan hingga Tuan Luce kembali kemari. Seandainya Tuan Jean benar-benar di sini, aku yakin dia akan begitu sedih melihatnya. Tapi Tuan Luce bahkan tidak ingat sama sekali mengenai tempat ini, percuma saja Putra Mahkota mempersiapkan sebuah pertemuan untuk mereka berdua sambil bernostalgia. Tuan Luce mungkin saja tak mengenali wajah kakaknya sendiri." Ellgar menghela napas panjang kemudian meninggalkan Luce seorang diri. "Kalau begitu aku saja yang mencari Tuan Jean dan membawanya kemari."

Beberapa saat kemudian Luce membuka mata dan duduk bersandar di tempatnya berada sekarang. Pohon Ash berusia hampir tiga puluh tahun dengan kelopak bunga kuning berguguran diterpa angin. Bulan sabit juga menerangi langit malam yang cerah. Luce tak perlu mempersiapkan apapun untuk bertemu dengan kakaknya seperti Ellgar yang menyamar sebagai Raja-Muda Devian Argus. Dia bahkan menyembunyikan dari Ellgar, rencana pembunuhan yang diperintahkan Penasehat Agung padanya.

Pemuda itu melompat turun dari tempatnya semula berada. Rumput hijau yang terinjak serasa begitu lembab membasahi sepatu miliknya. Pemuda itu mencengkeram pangkal pedang yang terselip di pinggangnya kemudian berlari menuju sisi lain Ruang Jamuan. Dia bersembunyi di balik pilar besar ketika rombongan terakhir baru saja memasuki Ruang Jamuan. Tampak berbeda dengan yang lain, rombongan tersebut mengenakan setelan jas dan mantel kulit berwarna hitam. Tak ada kesan mewah seperti tamu kerajaan lain, namun demikian mereka masih mengenakan pernak-pernik berbahan dasar emas dan perak. Salah satunya mengenakan pin berbentuk bulan sabit dan terlihat sangat berbeda dibanding yang lain. Orang itu adalah pria berumur dua puluh lima tahun dengan tubuh tegap dan wajah bersinar. Rambutnya hitam dan sorot mata birunya, membuat Luce seakan melihat bayangannya sendiri.

*bersambung ke part berikutnya

avataravatar
Next chapter