16 Servant and The Master (3)

PELAYAN DAN TUANNYA__3rd Part

"Terima kasih karena tidak melupakan kami berdua, Pangeran Illarion," tuturnya setelah Illarion berhasil memandu dua tamu kehormatannya tersebut ke taman mawar yang setiap hari selalu menjadi pemandangan khas di bawah balkon tertinggi Alcander. "Tapi maaf, sepertinya aku yang sudah melupakan dirimu," Luce melanjutkan.

"Jadi benar isu yang mengatakan kalau anda hilang ingatan?" Evan tanpa sadar bertanya. Mereka berempat benar-benar bisa mengobrol dengan leluasa di tempat tersebut setelah meminta semua prajurit dan pelayan pergi menjauh. Tak hanya ribuan mawar yang melingkupi sekeliling mereka, menciptakan dinding alami seperti labirin, di tengah taman tersebut juga dibangun sebuah paviliun sederhana dengan kolam teratai yang indah. Ikan-ikan kecil yang berenang tampak sangat lincah dan menarik perhatian Luce untuk bercermin di permukaan air. Hanya beberapa hari berlalu sejak Penasehat Agung melepaskan segel pedangnya, Luce terlihat lebih tinggi dan dewasa dari sebelumnya. Ellgar pun terlihat sangat sehat berbanding terbalik saat dirinya ditemukan terbaring berbalut racun Terompah Iblis.

"Itu benar. Aku hanya bisa mengingat peristiwa-peristiwa menyenangkan saja di masa lalu dan karena kita berdua tak pernah memiliki kenangan seperti itu, otakku seperti menolak untuk mengingatmu, Pangeran," jawab Luce sembari memandang Illarion kembali. Terlihat sekali bahwa pemuda itu sangat senang dengan kedatangan Luce dan Ellgar pada pesta peringatan hari lahirnya yang kedua puluh tahun. Rambut peraknya disisir serapi setelan kerajaan yang dia kenakan, jubah merah dengan setangkai mawar tersemat di dadanya. Berbeda dengan Luce yang mengenakan pakaian standar prajurit, hari itu dia menyamar sebagai pengawal pribadi Ellgar dan sebaliknya, Ellgar menyamar menjadi Raja-Muda Devian Argus.

"Kau benar, aku dan dirimu tak pernah memiliki kenangan apapun bersama," ucap Illarion tanpa merasa tersinggung sedikitpun. Dia justru merasa lega karena Luce mengungkapkan apapun yang dipikirkannya tanpa merasa sungkan. "Dan bukannya mengingatmu, aku hanya mengenalimu dari warna rambut dan matamu yang sangat mirip dengan Pangeran Jean. Dia adalah seseorang yang kukenal sejak lama, sebelum peristiwa tragis yang menimpa kalian berdua sepuluh tahun lalu. Ayahanda pernah beberapa kali mengajaknya ke kastil ini sampai akhirnya, dia sadar akan statusnya dalam silsilah keluarga kerajaan. Pangeran Jean kemudian menuntut hak yang sama. Bahkan lebih dariku, dia ingin menggantikan posisi ayahanda sebagai seorang raja. Karena itulah..."

*bersambung ke part berikutnya

avataravatar
Next chapter