15 Servant and The Master (2)

PELAYAN DAN TUANNYA__2nd Part

"Yang Mulia!" seorang prajurit tiba-tiba berlari mendekati Illarion dan Evan kemudian berlutut. "Rombongan dari Kerajaan-Tertinggi Axton telah datang. Mereka menunggu anda di Ruang Jamuan bersama Yang Mulia Raja dan tamu undangan lainnya."

Illarion meremas tangannya tak sabar. Mendengar kabar yang dinantinya sejak fajar tadi, membuat hati kecilnya berdebar-debar. Dia bertanya, "Pangeran Jean mungkin baru bisa hadir pada acara puncak nanti malam. Setidaknya aku bisa bertemu dengan Pangeran Kedua dulu untuk menjelaskan situasinya. Ayo, Paman. Kita ke sana."

Evan mengangguk kemudian mengikuti langkah kaki Illarion. Perjalanan keduanya menuju Ruang Jamuan diikuti oleh beberapa orang prajurit dan pelayan wanita yang siap mematuhi apapun perintah sang Putra Mahkota. Sementara Evan yang berjalan di sisi kiri Illarion selalu terpukau dengan pemandangan di sekeliling keponakannya tersebut. Tak hanya manusia, bahkan mendung dan angin pun seolah menepi untuk memberikan jalan padanya. Illarion adalah manusia pilihan. Meski dia lahir dari rahim wanita kedua yang dinikahi oleh sang Raja, seluruh kemampuan dan loyalitas yang dia miliki secara total dicurahkan untuk kepentingan kerajaan. Seluruh rakyat tidak hanya segan, tapi juga menyayanginya. Hanya kasih sayang seorang ayah yang tidak dia miliki seutuhnya.

"Hormat hamba pada ayahanda," Illarion membungkuk di hadapan seorang pria paruh baya yang mengenakan mahkota emas bertatahkan rubi merah. Kedua netranya yang berwarna hijau persis milik Illarion. Bercahaya seperti kilat malam yang siap menghancurkan apapun di hadapannya. Meskipun anak kandungnya, ungkapan sayang sang Raja hanyalah formalitas di hadapan semua orang. Sebenarnya tak pernah sekalipun pandangannya tertumbuk pada mata Illarion. Bahkan detik itu hanya tangan kanannya yang terlihat berakting membelai lembut bahu tegap Illarion untuk mengenalkannya pada seseorang.

"Yang Mulia Argus, ini adalah Illarion, putraku semata wayang," ucap sang Raja sembari tersenyum menyambut kedatangan pria berambut keemasan di hadapannya, seseorang yang Illarion kenal sejak dulu. Raja Abraham kemudian menepuk bahu Illarion dan berbisik, "Temanilah dia berjalan-jalan di sekitar sini sebelum acara dimulai. Aku akan pergi menyambut tamu yang lain."

"Baik, ayahanda," Illarion membungkuk dengan sangat sopan pada sang Raja sebelum kepergiannya. Kemudian di depannya saat ini, berdiri sosok pria dengan status lebih tinggi darinya yang membuat Illarion harus bersikap sama hormat seperti yang dia lakukan pada ayahnya. Tapi dia sadar, itu juga hanyalah formalitas. "Aku mengenal Devian lebih dari setengah umurku dan sama sekali tidak menyangka kalau dia akan mengirimkan seorang pengganti. Lama tak berjumpa, Ellgar Wagner."

Pria di hadapannya tercekat, nyaris menghunus pedang yang terselip di pinggangnya. Namun seorang pemuda yang muncul dari balik punggungnya menahan semua itu. Rambut hitam dan mata biru khas bangsawan Axton milik pemuda itu terlihat kontras dari semua warna merah dan emas yang menghiasi Ruang Jamuan. Tak diragukan lagi, pemuda yang selalu bersanding dengan pria bernama Ellgar adalah sosok Pangeran Kedua yang didesuskan telah meninggal sepuluh tahun lalu, Lucas Androcles alias Luce.

*bersambung ke part berikutnya

avataravatar
Next chapter