webnovel

The School of Darkness

Pernahkah kalian mendengar sekolah yang menelan korban selama bertahun-tahun termasuk korban yang meninggal karena racun kimia yang mirip racun vampire? Pernahkah kalian mendengar sekolah yang menyimpan banyak misteri yang belum pernah ada namun sudah terjadi selama bertahun-tahun? Mereka berjuang untuk memecahkan misteri meskipun nyawa taruhannya

SakumoraKanata · Horror
Not enough ratings
42 Chs

Chapter 12: Petualangan Ke Masa Lalu (Part 2)

"Persembahan Ritual Pemanggilan Iblis katamu?"

"Iya."

Bulu kuduk Lenka mulai berdiri dan diam seribu bahasa. Asalnya ritual yang kini menelannya dan Riki berasal dari persembahan organ dalam manusia. Dia bisa gila karena mengetahui semuanya.

Wush!!!

"Eh? Hoshikawa-san?"

"Sebentar lagi musim panas, Lenka. Kita harus bersiap-siap."

"Umm.... baiklah."

Syut!!!

Splash!!!

Lenka membuka matanya dan melihat kembang api yang menyala terlalu banyak. Riki bersamanya dan hal itu membuatnya merasa lebih lega.

Crash!!!

Bruk!!!

Tiba-tiba telinganya menangkap suara yang tidak asing baginya dan mencoba untuk mencari tahu. Riki melihat gerak-gerik Lenka yang aneh tersebut langsung menanggapinya dengan cepat.

"Lenka, kau mendengar sesuatu?"

"Iya, seperti pembunuhan, Hoshikawa-san."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Ada genangan darah!!!"

"Aaaa!!!"

Mereka berdua menatap banyak yang berlarian karena genangan darah yang sangat pekat tersebut. Dengan cepat, mereka mendekati sumber genangan tersebut dan mendapati banyak mayat yang tergeletak di hutan dekat kuil.

"Astaga, ini.... "

"Itulah kenapa dulu Ayah melarangku ke festival ini." Riki mulai teringat ucapan ayahnya 25 tahun silam tersebut "Inilah penyebabnya."

"Genangan darah ini?" Lenka masih tidak percaya dengan apa yang tengah terjadi tersebut.

"Iya." Riki mulai menghembuskan nafasnya sejenak "Kudengar rumor bahwa di dekat kuil ada makhluk halus yang sangat jahat. Katanya bekas prajurit Perang Dunia kedua sih."

"Kau sendiri saat ini di mana?"

"Di rumah bersama Kyouka dan Runa datang ke rumahku." Riki mulai menerawang sesuatu "Sebagai kekasihku."

Deg!!!

Jantung Lenka seperti diperas dengan kencang. Dia merasa bahwa Riki masih memikirkan kekasihnya yang telah tiada tersebut "Sebaiknya kita lanjutkan saja."

"Hn? Kau baik-baik saja?" Riki menatap Lenka yang tidak terlihat baik-baik saja.

"A-aku baik-baik saja, Hoshikawa-san." Lenka memalingkan pandangannya ke arah lain.

Riki menyadari ada yang tidak beres dengan Lenka, namun dia tahu bahwa ini hanyalah perasaan perempuan. Manik merahnya menatap ada aura gelap yang siap menangkap Lenka kapan saja.

"Lenka!!!"

"He? Ada ap---" Tiba-tiba, rantai berwarna hitam tersebut mengikat kakinya dan menariknya ke dasar tanah "Hoshikawa-san, tolong aku!!!"

"Tunggu sebentar, Lenka!!! Bertahanlah!!!"

Riki langsung menarik tangan Lenka untuk terbebas dari rantai tersebut dengan sekuat tenaga "Ayolah!!!"

Klak!!!

Bruk!!!

Kaki kanan Lenka terbebas dari jeratan rantai tersebut, namun dengan resiko mereka berdua terjatuh dengan tidak elit. Lenka berada di atas Riki langsung merona merah seperti kepiting rebus dan langsung menyingkir dari tubuh Riki. Dia membayangkan jika ada yang melihatnya seperti barusan.

"Maaf."

"Tidak masalah, Lenka." Riki melihat gerak-gerik Lenka semakin aneh "Kau yakin tidak apa-apa, Lenka?"

"Ya, Hoshikawa-san."

Riki hanya menghela nafas sejenak. Dia tidak menyangka bahwa dia harus berurusan dengan perempuan yang tidak pernah jujur pada perasaannya sendiri "Biar kutebak, kau cemburu?"

Jduar!!!

Lenka seperti disambar petir. Ternyata dia ketahuan bahwa dia cemburu pada gadis yang bernama Kanzaki Runa tersebut, namun dia hanya diam saja tanpa sepatah katapun.

"Kau mau tahu kenapa Runa meninggal dengan cepat?"

"Eh, kenapa?" Lenka mulai penasaran dengan kematian Runa.

"Ikut aku."

Wush!!!

Splash!!!

"Tempat apa ini?"

"Di sinilah tempat Runa meninggal."

Lenka dan Riki tiba di sebuah gudang yang sudah tidak terpakai. Lenka mendapati gudang tersebut tidak ada di zamannya. Manik biru safir milik Lenka mendapati gadis bersurai kemerahan tersebut dikepung oleh beberapa gadis yang membawa alat-alat yang bisa mengancam nyawa gadis tersebut.

"I-itu.... "

"Ya, Runa meninggal karena dikeroyok dengan kejam. Otak di balik pengeroyokan belum ditemukan."

"Mau apa kalian?? Bukankah aku sudah menjauhkan Riki-kun pada bos kalian?? Kenapa kalian mengepungku?" Gadis tersebut mulai ketakutan mereka kesangaran mereka.

"Kami diminta untuk menghabisimu."

"Ta-tapi.... "

Duak!!!

Duak!!!

"Akh!!! Hentikan!!!"

Duak!!!

Duak!!!

Crat!!!

Manik biru safir milik Lenka langsung membulat sempurna melihat pemandangan yang sangat biadab tersebut. Kanzaki Runa, gadis yang terlihat ceria ternyata tewas dengan cara yang biadab.

"Astaga.... "

"Kematian Runa dianggap absurd karena buktinya kurang kuat."

"Tapi kita sudah memiliki buktinya, Hoshikawa-san!!!"

"Di zamanku, para pembunuh bisa berkeliaran kapan saja, tapi kematian mereka mengenaskan. Katanya sih hantu bergentayangan."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Hee??!! Berarti.... "

"Benar. Banyak sekali yang tidak diketahui oleh siapapun, termasuk kematian Runa. Zamanku ini tenang tapi menghanyutkan."

Lenka baru mengetahui bahwa banyak yang kejadiannya terjadi secara misterius namun kasusnya ditutup karena kurangnya bukti.

"Kalau tidak salah, pelakunya orang terdekat Kanzaki-san, Hoshikawa-san?"

"Bingo, ternyata kau cerdas juga, Lenka."

Wush!!!

Angin yang awalnya tenang berubah menjadi kencang. Lenka dan Riki mulai terpisah. Kepanikan mereka terlihat jelas. Riki berusaha meraih tangan Lenka dengan cepat, namun dia kalah cepat.

Wush!!!

"Ukh!!! Aku sudah tidak tahan lagi!!!"

"Bertahanlah, Lenka!!!"

"Tidaak!!!" Lenka terbawa terlalu jauh hingga Riki tak mampu meraih tangan gadis tersebut.

"Lenkaa!!!"

****

Hoshikawa Riki's pov

Sial, aku tidak bisa menyelamatkan Lenka padahal aku sudah berjanji untuk melindungi Lenka seumur hidupku. Aku benar-benar bodoh.

"Untuk apa kau merutuki dirimu sendiri?"

Aku kenal suara ini, tapi siapa? Tidak ada yang mengetahuinya karena hanya aku dan Lenka yang sedang melakukan time travel ke masa lalu. Kutengokq ke arah belakangku dan ternyata adalah diriku yang sebelum meninggal, bersurai hitam dan bermanik biru safir dibalut dengan seragam yang sama denganku.

"Kau.... "

"Aku hanya memberitahu, gadismu telah mengungkapkan apa yang terjadi di masa lalu. Karena itu, dia terjebak di dimensi lain."

"Dimensi lain?" Aku semakin tidak mengerti dengan apa yang dikatakan diriku yang satu ini.

"Iya, dia ada di sana. Selamatkan dia, Hoshikawa Riki.... " Diriku yang satunya menjeda ucapannya "Dan bahagiakan dia."

Aku hanya terdiam sejenak. Sungguh di luar dugaan, aku telah jatuh cinta pada seorang manusia yang merupakan anak sahabatku sendiri. Kuakui, dia mirip dengan Runa cuma beda wujud. Aku  bisa melihatnya sendiri

"Ya."

Dan akupun berlari untuk mencari jalan menuju dimensi lain dan menyelamatkan Lenka....

Hoshikawa Riki's Pov End

****

Drap drap drap....

"Mamoru-san, kita harus bagaimana?? Kita sendiri dikejar-kejar para zombie ini!!!"

"Aish, aku juga bingung, Saori!!!"

Pemuda bersurai biru dan gadis bersurai hitam tersebut tengah dikejar-kejar oleh kerumunan zombie. Sejak Lenka dan Riki tertelan di lingkaran Pemanggilan Iblis, mereka berdua harus berjuang menyelamatkan kedua temannya.

"Kita harus melawannya, Saori!!!"

"Apa kau sudah gila, Mamoru-san??!! Kita berbeda dengan Riki-san??!!"

Groar!!!

Groar!!!

"Tapi kita tidak punya pilihan lagi." Mamoru mulai tidak sabaran dengan pertanyaan Saori yang terkesan seperti ingin menghindari masalah di tengah terkepung banyak zombie.

"Ta-tapi.... "

"Kalau mau mati, setidaknya jangan dikepung zombie juga."

Baik Mamoru maupun Saori terkejut mendengar suara yang sangat familiar bagi mereka. Kedua bola mata mereka terbelalak melihat sosok roh yang datang menghampiri mereka.

"Mayaka-san??!! Syukurlah kau datang."

"Mayaka, kukira kau berdiam diri di lorong tidak terpakai."

Muncul perempatan di kepalanya namun dia berusaha tenang dan dia hanya menghela nafas sejenak "Sebaiknya kalian cari celah untuk pergi dari sini."

"Eh? Bagaimana denganmu, Mayaka-san?"

"Aku akan mengalihkan perhatian mereka. Fokuslah pada keselamatan Riki-senpai dan Lenka-san."

Mamoru dan Saori mulai berpikir sejenak. Tujuan mereka mengumpulkan bukti adalah untuk menyelamatkan Riki dan Lenka. Mereka berdua tengah berpandangan dan menemukan kata "sepakat".

" Baiklah, Mayaka."

"Oh ya." Mayaka menjeda ucapannya "Pastikan kalian selamat karena kuncinya ada pada kalian berdua."

"Baik."

Mayaka mulai mengalihkan perhatian para zombie dan diarahkan ke tempat lain. Setelah mereka pergi, barulah Mamoru dan Saori pergi untuk menghentikan kegelapan yang sudah terlanjur terjadi.

"Semoga kalian berhasil."