11 Chapter 10

"Silahkan saja kalau kau bisa, Hoshikawa Riki."

Lenka terus ditarik hingga mereka sampai di kelas 2-4. Manik biru safir milik Lenka menatap ruangan kelas sendiri. Dia menyadari bahwa hawa kelasnya lebih mencekam.

"Kau sudah tahu kan tentang lingkaran Pemanggilan Iblis? Lingkaran itu aktif jika tumbal itu diberikan."

"Jadi, kau menumbalkanku?" Lenka mulai memundurkan tubuh dan langkahnya, namun tangannya ditahan oleh Amano.

"Ya."

Drap drap drap....

"Amano, lepaskan Lenka!!! Aku tidak akan memaafkanmu jika kau berani menyentuhnya!!"

Ancaman Riki tidak diindahkan oleh Amano. Lingkaran yang terletak di bawah lantai tersebut telah aktif dan Amano segera membaca mantra yang tidak diketahui oleh siapapun, kecuali Riki.

"Gawat!!! Lenka, menjauhlah dari situ!!!" Riki memperingatkan Lenka untuk pergi dari area lingkaran tersebut.

"Terlambat, Riki."

Lingkaran tersebut menyala berwarna ungu dan seisi ruangan kelas 2-4 bergetar hebat. Suasana terlihat seperti gempa bumi. Lenka mulai memundurkan tubuhnya selangkah demi selangkah, namun tangan kanannya ditarik paksa oleh Amano.

"Akh!!!"

"Kau tidak bisa lari dari takdir, Sakumora Lenka!!!"

Dengan teganya, Amano mendorong Lenka ke lingkaran tersebut dan lingkaran tersebut menyala terang. Baik Lenka maupun Riki, mereka terkejut dengan kejadian yang berada di luar akal sehat mereka.

"Ini bukan takdirku!!!"

"Amano, aku bersumpah akan menghajarmu."

Wush!!!

Lingkaran semakin memancarkan aura gelap. Lenka mendadak ketakutan dan mengarahkan tangan kanannya pada Riki. Raut wajahnya mendadak berubah menjadi horor.

"Hoshikawa-san!!! Tolong aku!!!"

"Lenka!!! Tidak tidak tidak!!!"

Aura gelap tersebut menelan tubuh Lenka dan masuk ke dalam lingkaran tersebut. Manik merah milik Riki membulat sempurna melihat Lenka tertelan oleh aura gelap tersebut.

Syut!!!

Lenka menghilang dalam aura gelap tersebut dan Riki tidak bisa berbuat apa-apa. Amano menatap Riki yang putus asa karena Lenka tertelan dalam ritual Pemanggilan Iblis tersebut.

"Jika Lenka tertelan, maka aku juga harus melakukannya."

Drap drap drap....

Langkah kaki pemuda bersurai hitam tersebut begitu cepat dan diapun melompat ke arah lingkaran yang masih terlihat aura gelap tersebut. Dia masih punya harapan untuk menyelamatkan Lenka.

Bum!!!

Wush!!!

"Riki, Riki. Demi gadis itu, kau rela masuk ke lingkaran itu."

Jeda sejenak....

"Tumbalnya bertambah menjadi dua. Hahaha.... "

Amano tertawa jahat melihat Lenka dan Riki tertelan dalam lingkaran Pemanggilan Iblis. Langit di luar gedung SMA Akatsuki semakin gelap dan memancarkan kilat yang sangat dahsyat.

"Sekarang, tidak ada yang bisa menyelamatkan Hoshikawa Riki dan Sakumora Lenka. Hahaha.... "

****

Wush!!!

"Kencang sekali anginnya."

"Jangan-jangan angin ini berasal dari gedung sekolah kita."

Rinto menunjuk ke arah gedung SMA Akatsuki yang diselimuti kabut hitam yang pekat "Kepala sekolah Kurohaku telah memulai ritualnya dengan tumbal Sakumora Lenka."

"Kurang ajar Amano!!! Dia benar-benar ingin kuhajar sampai mati." Pria yang diduga adat ayah Lenka tersebut menggeram kesal dan berlari ke arah gedung sekolah.

"Jika Lenka-san dalam bahaya, berarti.... " Saori mulai memperkirakan sesuatu yang buruk terjadi.

"Ya, Riki juga dalam bahaya."

Wush!!!

Wush!!!

"Sebaiknya kita harus bergegas."

"Ya."

Dan mereka berempat pergi ke dalam gedung SMA Akatsuki....

****

"Aaaa!!!"

Bruk!!!

"Aduuh.... "

Lenka terjatuh dengan tidak elitnya dan mulai bangun dari jatuhnya. Suasana ruangan berwarna hitam dan banyak sekali tengkorak manusia di mana-mana. Dia langsung menutup mulutnya melihat tengkorak tersebut.

"I-ini.... "

"Korban-korban yang masuk ke dalam lingkaran Ritual Pemanggilan Iblis selama bertahun-tahun."

Manik biru safirnya menatap sosok yang baru saja datang tersebut. Wanita bersurai hitam dan bermanik biru safir. Manik biru safir milik Lenka menatap manik yang sama dengan dirinya.

"Kau.... "

~~ Flashback ~~

"Ayah, aku ini mirip siapa?"

"Kau mirip Ayah, kecuali matamu, Lenka."

"Mataku?"

Gadis kecil berusia 3 tahun tengah menanyakan warna matanya yang berbeda dengan sang ayah. Gadis kecil bersurai coklat tersebut menatap sang ayah dengan mata berkaca-kaca.

"Tolong jangan seperti itu, Lenka. Ayah malah mengingatkanmu pada ibumu."

"Ibuku? Bukankah saat kelahiran Belle, Ibu sudah tiada?"

"Ya, kau memang separuh Ayah dan Ibu." Pria bersurai coklat tersebut langsung memegang kepala gadis kecil tersebut dengan lembut "Kelak kau akan tumbuh menjadi gadis yang cantik seperti Ibu."

"Ya."

~~ Flashback End ~~

"Sudah lama ya, putriku Lenka."

"Ibu!!!"

Gadis bersurai coklat tersebut berlari memeluk wanita bersurai hitam tersebut. Wanita tersebut membalas pelukan Lenka dengan hangat dan tidak menyangka putrinya sudah tumbuh menjadi seorang gadis yang cantik.

"Ibu tidak menyangka kau tumbuh menjadi gadis yang luar biasa, Lenka."

"Aku juga bersyukur bisa bertemu dengan Ibu meskipun dalam keadaan seperti ini."

"Lenka." Wanita tersebut melepaskan pelukannya "Tempatmu bukan di sini, Lenka. Kau harus keluar dari sini."

"Ta-tapi, Bu. Aku menjadi tumbal Ritual Pemanggilan Iblis itu."

"Ibu tahu, sayang. Kau harus menghancurkan ritual itu."

"Bagaimana caranya?"

Bruk!!!

"Ternyata vampire bisa merasakan sakit."

Ibu dan anak tersebut menoleh ke arah seseorang yang baru saja datang. Seorang pemuda berparas pucat, bersurai hitam, bermanik merah, berpakaian seragam SMA Akatsuki dengan balutan jaket hitam khasnya.

"Hoshikawa-san?"

"Maaf, Lenka. Aku tidak punya pilihan lagi." Lalu, manik merahnya menatap wanita tersebut "Sudah lama tidak berjumpa, Inori."

"Eh??!! Kau kenal ibuku?" Lenka menatap Riki tak percaya.

"Dia adik kelasku 24 tahun yang lalu."

Hening sejenak....

Jeda lama sekali....

"Hoo ~" Lenka hanya beroh ria mendengar jawaban Riki "Apa yang bisa kulakukan agar kutukan SMA Akatsuki hilang dan kami berdua bisa pergi dari dunia ini."

"Maksudmu dunia yang diciptakan Iblis itu?"

"Iya."

Wanita yang bernama Inori tersebut hanya tersenyum kecil mendengar ucapan Lenka "Carilah misterinya di masa lalu, Lenka. Di sana, ada kejadian yang mampu terbawa sampai masamu, Lenka."

"Ibumu benar, Lenka. Aku akan menemanimu ke masa lalu."

Lenka memantapkan hatinya dan menatap mereka berdua dengan tatapan serius "Baiklah, aku akan pergi ke masa lalu."

****

Drap drap drap....

"Amano brengsek!!!"

"Ah, sudah lama tidak berjumpa, Hazuki."

Pria yang bernama Hazuki tersebut langsung memukul wajah Amano setelah Amano menoleh ke arah mereka. Tatapan marah Hazuki tercetak jelas karena ada hal yang serius.

"Kau menumbalkan putriku Lenka?"

"Kalau iya, kenapa, Hazuki?"

Duak!!!

Perut Amano dipukul kuat dan Amano terjatuh ke tanah. Hazuki benar-benar ingin menghajar pria tersebut karena menumbalkan putri yang dia sayangi. Mamoru, Saori, Rinto dan Misaki menatap kedua orang dewasa tersebut.

"Astaga, benar-benar kuat."

"Sudah tidak ada waktu lagi." Saori memperingatkan ketiga temannya "Lenka-san dan Riki-san dalam bahaya. Kita harus mencari bukti yang bisa memenjarakan Kurohaku Amano."

"Saori benar." Mamoru membenarkan ucapan Saori "Kita tidak bisa diam saja."

"Aku dan Yuzunashi akan mengawasi mereka." Rinto menawarkan diri untuk berjaga jika ada masalah yang lebih serius.

"Baiklah. Kami serahkan pada kalian."

Drap drap drap....

Mamoru dan Saori meninggalkan ruang kelas yang menjadi tempat ritual terlarang tersebut terjadi. Rinto dan Misaki menatap Hazuki dan Amano yang bertikai.

"Hahahaha.... putrimu tidak akan selamat kali ini, Hazuki. Begitu juga teman lamamu yang hidup sebagai vampire jadi-jadian."

"Riki? Kau membunuhnya sekali lagi bersama Lenka?"

"Ya, kuharap mereka mati."

Mereka berdua berdoa untuk semua kejadian ini agar berakhir dan hidup normal seperti sediakala.

"Kalian harus selamat."

****

Bruk!!!

Bruk!!!

"Tenangkan dirimu, Mamoru-san. Bukti tidak akan ketemu jika dalam keadaan emosi."

"Aku tahu itu, Saori."

Mamoru dan Saori mencari data di perpustakaan lama. Petunjuk yang Riki dan Lenka tinggalkan sebelum masuk ke dalam lingkaran Ritual Pemanggilan Iblis.

"Eh? Mamoru-san, aku menemukan buku asing."

"Benarkah? Bawa kemari, Saori."

Saori menyerahkan buku berwarna biru beludru pada Mamoru dan mereka membaca buku tersebut secara detail.

"Saori, ini bisa menjadi petunjuk."

Brak!!!

Di dekat Mamoru terdapat buku memo yang terlihat masih baru terjatuh dan memungut buku memo tersebut "Inikan buku memo Lenka? Astaga, kita bisa menggunakan bukti ini."

"Ya, Mamoru-san. Bukti-bukti ini sangat kuat untuk mengakhirinya."

"Ayo kita pergi, Saori."

Dan mereka berdua pergi meninggalkan perpustakaan lama....

avataravatar
Next chapter