7 RENCANA TERSELUBUNG (21+)

"Bersikaplah yang benar, kau seorang pejabat. Jika ada yang tahu, kau akan dapat masalah!" ujar Evans sambil melepas tangan Karlina yang melingkar pada badannya.

"Anda kejam sekali. Kita kan jarang bertemu," ujar Karlina kesal.

"Aku ke sini bukan untuk urusan pribadi. Aku akan memberimu tugas," ujar Evans.

"Tugas apa lagi? Aku sudah pusing dengan semua tugasku sebagai walikota. Kenapa Anda memintaku melakukan ini. Anda tahu saya tak mengerti dengan semua ini."

"Tenanglah, ini hanya sementara. Kau sangat diperlukan di sini. Lagipula di sini kau lebih memiliku pengaruh daripada menjadi model di atas catwalk."

"Ya tapi jadi model tak harus banyak berpikir seperti ini," ujar Karlina.

Evans mendekati Karlina lalu mengecup singkat bibir gadis itu.

"Kau bilang kau siap mengabdi padaku? Kau bilang akan menuruti apa kataku? Kau lupa?" ujar Evans seraya menatap Karlina dalam dalam.

Karlina tersenyum mendapat kecupan mesra dari Evans.

"Baiklah, baiklah. Akan kulakukan," ujar Karlina.

"Karyawan yang baru keluar tadi. Kau dekati dia. Kalau perlu beri dia jabatan yang bagus. Berikan laporannya padaku," ujar Evans.

"Siapa? Felix? Dia hanya pegawai baru. Apa yang bisa dia lakukan?"

"Tak usah banyak tanya. Dan untuk tugasmu sebagai walikota, kau tinggal bertanya pada sektetaris pribadimu Atau kau bisa tanya pada Kenand."

"Apa kau akan menghilang lagi? Kenapa kau datang hanya saat membutuhkanku. Atau saat memberiku perintah. Ini tak adil," ujar Karlina.

Wanita itu bersungut sungut sambil memainkan dasi milik Evans. Evans memainkan lidahnya sejenak seraya menatap Karlina dengan tajam.

"Kau ingin apa?" tanya Evans.

"Aku ingin Anda saat ini," ujar Karlina.

"Kunci pintunya," ujar Evans.

Karlina menuruti keinginan Evans dan bergegas mengunci pintu ruangannya.

Evans segera menarik Karlina dan menyudutkannya ke dinding. Dipeluknya erat walikota seksi itu.

Karlina tersenyum dan langsung mencium bibir Evans. Evans menyambut hal itu dengan cepat.

Tangannya mulai bermain menyusuri lekuk tubuh wanita ini. Sambil bibir mereka bertaut satu sama lain.

Evans menyusupkan tangannya ke dalam rok milik Karlina dan bermain main di pangkalnya.

"Hemm" Karlian memejamkan matanya saat Evans mulai nakal menyusup ke bagian senstif mililnya.

Napas mereka saling memburu satu sama lain. Tangan Karlina menutupi mulutnya agar tak terdengar suaranya yang meracau.

"Tuan Evans ... emm"

Evans mulai berani mengecup leher Karlina lalu turun ke bukit indah milik wanita itu. Tubuh Karlina mulai tak bisa dikendalikan saat semua bagian sensitif miliknya menjadi sasaran Evans.

Pria ini tak pernah tak membuatnya terbuai. Inilah yang paling membuatnya rindu pada Evans.

Evans mulai mngeluarkan benda berharga miliknya dan menghujamkannya pada Karlina.

"Ouuh," Karlina mengeluarkan suara yang tak bisa ia tahan.

"Jangan berisik! Kau ingin semua orang tahu kau bercinta denganku?" pekik Evans.

"Maaf .. ah.. aku tak tahan.. emm"

Evans menutup bibir Karlina dengan bibirnya. Dengan cara itu Karlina tak bisa mengelurakan suara khasnya.

Dan ia menghujam hujamkan Karlina kemampuannya yang hebat dalam menakhlukkan wanita.

Karlina sampai benar benar tak bisa mengimbangi Evans.

"Arrgh! Evans memekik dengan lirih. Ia menumpahkan segala rasa yang memuncak pada wanita itu.

"Tuan Evans!" Karlina terkulai lemas setelah permainan berakhir.

Evans langsung merapikan pakaiannya. Dan membersihkan diri dari sisa sisa kenikmatan.

"Bangunlah!" ujar Evans seraya menuju ke meja kerja Karlina.

"Kau masih hebat saja, Tuan Evans," ujar Karlina seraya merapikan bajunya. Tak lupa ia menata kembali rambutnya.

Evans memberikan sebuah flasdisk dan menaruhnya di atas meja kerja Karlina.

"Pelajari ini! Kau harus mengurus orang itu dengan benar," ujar Evans.

"Aku tak paham Tuan, kenapa harus dia? Apa yang istimewa dari dia? Orang itu tak memiliki apapun."

"Itu urusanku. Tugasmu hanya melakukan apa yang kuminta. Jangan banyak bertanya."

Karlina bersungut mendengar ucapan Evans. Sebagai bawahannya, ia memang tak diijinkan tahu apapun yang Evan renacanakan.

"Baiklah, aku akan lakukan tugasku," ujar Karlina.

****

Andrea menunggu Felix sepulang dari salon di sebuah cafe biasa mereka bertemu.

"Maaf aku terlambat," ujar Felix.

Andrea hanya diam saja menatap Felix. Felix mengecup singkat kening Andrea tanpa malu atau merasa bersalah.

"Kau tak bilang kau bekerja di balaikota?" tanya Andrea.

"Ini mendadak. Tiba tiba ada pembukaan karyawan baru di sana. Aku tak sempat memberitahumu," jawab Felix sembari duduk di depan Andrea.

"Kau tak sempat memberitahuku tapi kau sempat tidur dengan wanita lain," ujar Andrea sinis.

"Ayolah, itu hanya sekali dan aku benar benar tak akan mengulangiya lagi," bujuk Felix.

"Terserah."

Mereka lantas memesan makanan dan menikmati makan bersama. Setelah dari cafe, Felix mengajak Andrea pergi ke sebuah apartemen.

"Kita kemana?" tanya Andrea tak mengenal tempat ini.

"Kita ke rumah temanku," ujar Felix seraya memencet bel apartemen.

JEGREK!

Pintu apartemen dibuka dan nampak Rendy di dalam apartemen itu. Andea sangat terkejut. Ia ingin pergi dari tempat itu namun ia tak ingin Felix tahu apa yang terjadi antara ia dan Rendy beberapa waktu lalu.

"Hai Andrea!" sapa Rendy sambil tersenyum. Senyuman itu di mata Andrea seakan senyuman yang paling menjijikan.

"Kenapa kau hanya menyapa Andrea. Aku ada di sampingnya," ujar Felix seraya melangkah masuk ke apartemen Rendy.

Andrea masih berdiam di depan pintu. Ia benar benar tak ingin masuk ke dalam rumah bajingan seperti Rendy.

"Kenapa kau diam saja? Ayo masuk!" ujar Felix.

"Euum ... " Andrea nampak bingung. Ia tak bisa, ia malu, jijik, sekaligus takut pada Rendy. Namun ia tak bisa mengatakan apapun pada Felix.

"Ayolah Andrea. Jangan malu malu," ujar Rendy seraya menarik lembut tangan Andrea.

Andrea tersentak kaget karena Rendy berani beraninya memegang tangannya di depan Felix.

Andrea berusaha melepas tangan Rendy, namun Rendy menggenggamnya dengan erat.

Andrea melotot ke arah Rendy, tapi Rendy justru memasag benteng senyuman. Pria ini benar benar pintar berakting.

"Ayolah Andrea! Orang orang nanti mengira kau dipaksa ke sini," ujar Felix santai.

Rendy kembali menyunggingakn bibirnya membentuk sudut seolah sedang mempermainkan Andrea.

Dengan kesal Andrea masuk ke dalam apartemen Rendy. Rendypun melepas tangan Andrea saat wanita ini mau masuk ke apartemennya.

"Bagaimana tawaranku, Ren? Sudah kau pikirkan?" tanya Felix sambil duduk di atas sofa ruang tamu.

"Aku tak tertarik dengan proyek pemerintah. Mereka biasanya selalu menunggak pembayaran," ujar Rendy sambil menuju dapur dan membuatkan minuman untuk Andrea dan Felix.

"Kau bisa meminta ganti rugi tanah itu saja. Tak usah kau sewakan," kata Felix.

Andrea duduk di sebelah Felix, sambil matanya menolah noleh ke dalam apartemen mewah ini.

"Tak bisa, tanah itu tak akan kujual," ujar Rendy.

Next ...

hallo Kakak kakak semua. terimakasih sudah mengikuti buku saya sampai bab ini. oh, iya saya mau kasih info Kala saya punya buku baru judulnya

- SCANDAL DENGAN VOCALIST BAND

dan

- DANGEROUS LOVE : MAFIA BOYS

Kalau berkenan silahkan baca ya kak. tolong masukkan ke librarynya juga. Saya akan update terus buku buku saat terimakasih

avataravatar
Next chapter