1 PRAHARA YANG TERJADI

Di sebuah restoran sekelompok muda mudi sedang asyik menyantap makanan mereka. Andrea, gadis periang ini menjadi pusat perhatian di meja makan itu.

Ia paling menghidupkan suasana makan malam saat itu. Felix sang kekasih sesekali melirik Andre yang nampak asyik bercengkerama dengan teman temannnya.

"Kalian kapan akan menikah?" Rendy salah satu teman Felix mengutarakan pertanyaan yang sangat sering ditanyakan oleh orang orang.

"Nantilah, Felix aja baru lulus kuliah. Biarkan dia mendapat pekerjaan dulu," kata Andrea santai.

"Kalian pacaran sejak masa sekolah. Memangnya mau menunggu apalagi? Pekerjaan bisa diaturlah. Tapi jodoh, kalau tak kau gapai sekarang. Mungkin tak akan kau raih lagi." Bruno teman Felix yang lain ikut menambahi.

Felix hanya tersenyum mendengar pertanyaan dari temannya itu. Ia baru lulus kuliah hari ini. Mana ada waktu berpikir tentang pernikahan.

"Sayang, aku harus pulang sekarang. Ibu dan adik adikku sedang menungguku. Kau mau pulang bersamaku?" tanya Felix pada Andrea.

"Tidak, aku harus ada perlu sebentar ke pusat kota. Kau pulang saja dulu. Aku bisa pulang sendiri nanti," ucap Andrea santai.

"Baiklah, maafkan aku tak bisa menemanimu," ujar Felix sambil beranjak. Dikecupnya pipi Andrea singkat.

"Hey, mau kemana kau Felix? Kita belum selesai?" tanya Rendy sambil mengacungkan gelas berisi minuman pemabuk.

"Sorry, aku harus bergegas. Tolong jagakan kekasihku," ujar Felix seraya pergi membawa toga dan jubah wisuda yang ia sandarkan di kursi.

"Hei, hei Felix!" panggil Bruno.

"Sebentar ya," Andrea menyusul Felix yang belum jauh dari restoran.

"Felix! seru Andrea.

Felix yang merasa namanya dipanggilpun menoleh.

"Kenapa? Kenapa kau lari lari begitu?"

"Kau harus naik taksi. Ini untukmu," Andrea mengambil beberapa lembar uang seratus ribuan dan memberikan pada Felix.

"Sayang, aku sudah berhutang banyak padamu. Apa yang bisa kulakukan untuk membalas semua ini?" Felix nampak terharu sambil tangannya menerima uang itu.

"Aku sayang padamu Felix, cinta tak perlu ada hutang budi," ujar Andrea sambil tersenyum.

Felix menarik Andrea dan mencium bibirbya dengan mesra. Andreapun membalasnya dengan hangat.

"Kau adalah penyelamatku. Tanpamu semua ini tak akan kuraih Andrea," ujar Felix sambi menatap Andrea dengan mata berkaca kaca.

"I love you, Felix," ucap Andrea sambi tersenyum manis.

"I love you too," jawab Felix.

****

Andrea terbangun pagi hari di atas ranjang di sebuah kamar. Melihat kondisi kamar, sepertinya ini kamar hotel.

"Ah, kepalaku sakit sekali," Andrea memegangi kepalanya.

Hidungnya tak sengaja membaui minuman keras yang begitu menyengat. Matanya perlahan terbuka. Ia melihat dirinya tak berbalut pakaian sama sekali.

"Astaga! Apa yang terjadi?" Andre terkejut melihat dirinya tidur di atas ranjang di sebuah kamar hotel yang tak ia kenal.

Matanya lebih terbelalak saat melihat Bruno dan Rendy juga ada di dalam kamar. Tak berbalut pakaian pula.

Andrea buru buru memakai pakaiannya. Ia sama sekali tak ingat apa yang sudah terjadi. Ia tak pernah minum minuman keras. Bagaimana mungkin ia mabuk dan tertidur tanpa pakaian dengan dua orang sahabat kekasihnya.

Rendy nampak mulai membuka matanya dan melihat Andrea panik dan ketakutan.

"Andrea," panggil Rendy.

"Brengsek! Apa yang sudah kalian lakuan padaku?" pekik Andrea.

"Maaf, tadi malam kita sama sama mabuk," ujar Rendy.

"Aku tak minum sama sekali. Bagaimana aku bisa mabuk? Kenapa kalian lakukan ini padaku?" Andrea nampak tak bisa membendung air matanya.

"Ah, kau tak usah sok suci Andrea. Kita sudah sama sama dewasa. Biarlah sekali ini terjadi. Tenang saja, Felix tak akan tahu," ujr Rendy santai sembari memakai pakaiannya.

Rendy melemparkan uang ke Andrea. Rendy, sahabat Felix memang anak orang kaya. Dan Felix selalu mau dekat dengan Rendy karena status sosialnya.

"Apa maksudmu?" Mata Andrea membelalak saat melihat lembaran uang yang tercecer di hadapannya.

"Kerugianmu kuganti. Impaskan?" ujar Rendy seraya bergegas pergi begitu saja.

"Oh ya, kejadian ini jangan sampai tedengar oleh siapapun. Kau pasti tak sebodoh itu untuk mengungkapkan semua ini kan?" Rendy tersenyum licik dan berlalu begitu saja.

Andrea menangisi keadaannya yang nampak seperti orang bodoh. Bisa bisanya ini terjadi padanya.

"Ahh," Andrea mengusap usap rambutnya dengan kasar sambil menangis karena frustasi.

Setika ia menyesal karena tak mau pulang bersama Felix tadi malam. Ia ingat, ia kembali ke restoran setelah bertemu Felix.

Namun setelah itu ia lupa dengan apa yang terjadi. Andrea segera mencari barang barangnya tepat saat Bruno bangun dan tersenyum lembut ke arah Andrea.

"Kau hebat sekali Andrea," ucapnya sambil mengusap wajahnya.

DUG!

Sebuah tinju mendarat di pipi Bruno.

"Hey, kau!" pekik Bruno sambil memegangi pipinya yang kena tinju Andrea.

"Aku tak tahu kau serendah ini!" pekik Andrea marah.

"Tak akan ada yang terjadi setelah ini. Tenanglah Andrea. Anggap saja kami khilaf," kata Bruno sambil menghampiri Andrea dan memegangi kedua bahunya.

"Lepaskan tangan kotormu!" Andrea mendorong Bruno sehingga pria itu terjungkal ke lantai.

"Kurang ajar!"

PLAK!

Sebuah tamparan keras mengenai pipi Andrea. Bruno nampak tak suka Andrea menolaknya.

"Kenapa kau mau dengan gembel macam Felix? Kenapa kau malah menolakku yang punya segalanya?" Bruno melotot ke arah Andrea.

"Jangan samakan orang sepertimu dengan Felix! Dia berjuang untuk hidupnya. Dia bukan anak manja sepertimu yang cuma menghamburkan kekayaan orangtuamu!" pekik Andrea sambil menangis.

"Heuh, kau tak tahu saja kalau dia cuma memanfaatkanmu. Kau cantik, tapi mau maunya dibodohi Felix. Kalau kau mau denganku. Kuberi semua yang kau mau."

"Jangan harap! Dan jangan kau menjelek jelekan Felix dihadapanku. Dia jauh lebih baik darimu!"

Andrea keluar dari kamar hotel, meninggalkan Bruno sambil menangis sesenggukan.

Ia tak percaya kejadian seperti ini terjadi padanya. Ia bahkan tak pernah melakukannya dengan Felix kekasihnya.

Tuhan! Kenapa hal ini terjadi padaku? Apa salahku? Ini tak adil!

Andrea menjerit dalam hatinya. Orang orang melihatnya keluar dari hotel sambil menangis. Namun Andrea sama sekali tak memperdulikannya.

KRING! KRING!

Sebuah panggilan menyapa Andrea di saat yang tidak tepat. Ia ingin sekali mengabaikan panggilan itu.

Ia memilih berdiri di bawah pohon tabebuya yang menghiasi jalanan. Ia mencoba mengangkat teleponnya.

"Hallo," sapa Andrea sambil menahan tangisnya.

"Kau dimana? Aku sudah di depan rumahmu?" suara Felix terdengar dari balik telepon membuat hati Andrea bagai di sambar petir.

Tangan Andrea bergetar hebat saat mendengar suara Felix.

"Andrea, kenapa kau diam saja? Kita janji bertemu hari ini. Kau bilang akan membelikanku jas untuk melamar kerja?" ujar Felix.

Tangan Andrea menutupi mulutnya karena tangisnya yang sudah tak bisa ia tahan lagi.

Next ...

hallo Kakak kakak semua. terimakasih sudah mengikuti buku saya sampai bab ini. oh, iya saya mau kasih info Kala saya punya buku baru judulnya

- SCANDAL DENGAN VOCALIST BAND

dan

- DANGEROUS LOVE : MAFIA BOYS

Kalau berkenan silahkan baca ya kak. tolong masukkan ke librarynya juga. Saya akan update terus buku buku saat terimakasih

avataravatar
Next chapter