8 PERANGKAP

"Kenapa? Bukankah kau bisa meminta ganti rugi yang sepadan?" ujar Felix berusaha meyakinkan Rendy.

Rendy menaruh minuman yang dibuatnya di atas meja dan duduk di samping Andrea. Andrea melirik jijik ke arah Rendy. ia tak suka orang itu mendekat padanya.

"Sejak kapan pemerintah memberikan imbalan yang sepadan? Kau becanda? Hanya karena kau bekerja di sana, kau juga jangan menipuku seperti mereka," tukas Rendy.

"Memangnya siapa yang menipu? Aku sedang bernegosiasi padamu. Ini masalah pekerjaanku," ujar Felix.

Rendy melirik sambil tersenyum mengejek ke arah Felix seolah ia tak percaya apa kata Felix.

Andrea hanya menghela napas berulang kali. Ia sangat amat tak nyaman berada satu ruangan dengan Rendy.

Rendy melirik sesekali ke arah Andrea. Wanita ini bebar benar membuat Rendy tak bisa fokus.

Bagaimana tidak, Andrea adalah wanita yang ia suka saat pertama masuk kuliah. Saat itu ia tak tahu jika Andrea adalah kekasih Felix.

Meski tak kuliah, Andrea dulu sering menemani Felix di kampus saat baru masuk kuliah.

"Lalu aku harus bagaimana agar kau mau menyerahkan tanahmu itu? Memangnya ada apa dengan tanah itu itu hanyalah padang ilalang kosong. Kau bahkan tak mendirikan apapun disana," ujar Felix berusaha membujuk Rendy.

"Emh, itu peninggalan keluargaku, tidak bisa sembarangan kujual." ujar Rendy.

"Apa kita akan lama di sini? Aku tak mengerti dengan apa yang kalian bahas. Lebih baik aku pergi," kata Andrea hendak beranjak.

"Hei, aku sedang bernegosiasi. Mengertilah," ujar Felix.

Tiba tiba Rendy melirik Andrea dan tersenyum seolah ada yang ia pikirkan.

"Kalau kau penuhi syaratku, aku akan jual tanah itu," ujar Rendy tiba tiba.

"Syarat apa?" tanya Felix penasaran.

Rendy berdiri dan menghampiri Andrea yang sudah berdiri dari posisi duduknya tadi.

"Andrea," ujar Rendy sambil tersenyum.

Felix menatap heran ke arah temannya itu. Apa yang diinginkan Rendy dari Andrea.

"Ada apa dengan Andrea?' tanya Felix.

Andrea segera mundur menghindar dari raihan tangan Rendy.

"Berikan dia padaku, dan kau akan dapatkan proyek itu," ujar Rendy sambil tersenyum ke arah Andrea.

"Apa apaan kau? Kau pikir aku barang?" pekik Andrea yang tak terima dengan ucapan Rendy yang tak masuk akal.

"Tenanglah Andrea, kau akan bahagia saat bersamaku," ujar Rendy sambil berusaha memegang dagu Andrea.

Felix nampak diam saja seolah berpikir. Ia menatap tajam ke arah Rendy dan juga Andrea.

"Felix kita pergi dari sini. Aku tak mau dengar pembahasan seperti ini lagi," ujar Andrea seraya melangkah pergi.

"Tunggu Andrea!" panggil Felix.

Andrea tercegang saat Felix menahannya untuk pergi. Ia berbalik dan menatap tajam ke arah Felix kekasihnya.

"Kau bercanda Felix? Kau tidak sedang memikirkan apa yang ia katakan, kan?" pekik Andrea.

"Bantu aku, bantu aku Andrea," ujar Felix yang membuat Andrea terkejut bukan main.

"Kau gila Felix! Kau mau menjualku?"

"Ini demi pekerjaanku Andrea. Dan tak ada salahnya juga kau dengan Rendy. Dia punya segalanya daripada aku. Tolonglah, Sayang."

Felix menghampiri Andrea dan memohon pada gadis itu. Rendy hanya tersenyum tipis, karena merasa di atas angin melihat pemandangan ini.

Andrea tak mau mendengar ucapan Felix. Sepertinya kekasihnya sudah kerasukan oleh makhluk gaib yang tak ia pahami apa itu.

"Aku pergi!" ujar Andrea sambil menampik tangan Felix yang menggenggamnya.

"Andre! Andrea!" panggil Felix.

Rendy hanya terseyum, lalu tangannya memegang remote dan memencet salah satu tombol di sana.

Andrea berusaha membuka pintu apartement itu dan hendak keluar. Namun ia tak bisa membukanya.

"Buka pintunya!" pekik Andrea.

"Maaf Andrea, aku tak bisa," ujar Rendy seolah olah ia tak berdaya apapun.

"Rendy!" pekik Andrea.

Felix segera menghampiri Andrea dan menarik tangannya. Andrea berusaha meronta karena tak ingin menuruti keinginan dua pria ini.

"Lepaskan aku! Lepaskan aku! Kau! Ternyata kau sudah merencanakan semua ini dari awal! Kau menjebakku kemari dengan berpura pura berbaikan padaku!" teriak Andrea.

"Diamlah! Kau bukan kujadikan gundik! Kau kuberikan masa depan yang lebih baik!" pekik Felix.

"Apa?" Andrea terperangah mendengar ucapan Felix.

Dipukulinya Felix dengan sekuat tenaga. Ia tak menyangka kekasihnya sekeji ini. Menukarnya dengan karirnya.

"Andrea, aku bukan ingin menjadikanmu simpananku. Aku akan menjadikanmu wanitaku," ujar Rendy seraya menarik Andrea dari tangan Felix.

"Diam kau! Kau pria brengsek! Aku tak sudi bersamamu!" pekik Andrea.

"Felix, besok Senin aku ke balaikota untuk membicarakan tanah itu. Tinggalkan kami," ujar Rendy.

"Benarkah Ren? Okey, okey. Aku akan pergi. Tolong jangan sakiti dia. Bagaimanapun dia pernah menjadi kekasihku." ujar Felix.

"Berisik, cepat pergi!" ujar Rendy seraya membuka lock pintunya. Felix segera belari menuju pintu. Sejenak ia menatap Andrea yang tangannya terkunci oleh Rendy.

"Felix! Jangan tinggalkan aku! Felix!" teriak Andrea.

Felix buru buru membuka pintu dan meninggalkan Andrea bersama Rendy.

"Lepaskan aku! Lepaskan!" ujar Andrea sambil berusaha menarik tangannya yang dipegang erat oleh Rendy.

Karean Felix sudah pergi, Rendy secara sukarela melepas tangan Andrea, dan ia segera mengunci pintu apartemenya dengan remote tadi.

"Rendy!" pekik Andrea.

"Mandilah dulu," ujar Rendy seraya mendorong Andrea ke kamar mandi.

"Lepas! Apa yang kau lakukan?" Andrea mencoba meronta. Namun Rendy justru menggendongnya. Membawanya ke bathup dan mengisinya dengan air.

"Kau harus membersihkan tubuhmu. Karean aku tak mau menyentuhmu setelah si bodoh Felix itu menyentuhmu." ujar Rendy.

"Aku tak mau! Biarkan aku pergi!" ujar Andrea kesal.

Rasanya ingin menangis, ingin menjerit. Ingin lari ke tempat yang jauh. Rendy menuangkan sabun cair ke dalam bathup.

Tanpa malu, tanpa belas kasih, dan dengan wajahnya yang membuat Andrea muak. Tangannya berusaha melepas pakaian Andrea yang melekat pada tubuhnya.

"Hentikan! Jangan kurang ajar!" Andra tak mau disentuh oleh Rendy. Ia jijik dan muak bahkan hanya dengan mendengar namanya saja.

"Jangan sok suci! Kita pernah bermalam bersama. Kau lupa, pekerjaan kekasihmu ada ditanganku. Kalau kau mau dia bisa bekerja di tempat itu. Biarkan aku melakukan apa yang kumau," ujar Rendy dengan nada yang mengintimidasi Andrea.

"Please, please. Rendy tolong lepaskan aku! Aku tak mau, aku tak mau. Please!"

Andrea berusaha memohon pada Rendy agar Rendy tak melakukan hal yang menjijikan padanya.

"Bagaimana ya? Kau sudah terikat kontrak denganku."

"Aku tak pernah membicarakan kontrak apapun!" pekik Andrea.

"Emm, bukan kau, tapi Felix. Dia yang mengatur semuanya," ujar Rendy sambil mendekat ke wajah Andrea.

"Singkirkan wajahmu dariku!"

"Kau manis sekali saat marah. Aku sungguh suka, Andrea," ujar Rendy licik.

TING! TONG!

Suara bel membuyarkan Rendy, tangannya hendak menyentuh Andreapun dibatalkan.

"Sialan! Siapa yang datang?" ujar Rendy kesal.

Next ...

avataravatar
Next chapter