9 PENYEKAPAN

Rendy membuka pintu dan mendapati seorang pengantar makanan datang.

"Permisi Tuan, kami mengantarkan pizza atas nama Tuan Rendy," ujar pengantar pizza.

Rendy mengernyitkan dahinya. Ia tak merasa memesan pizza.

Andrea tak mau menyia nyiakan kesempatan itu ia segera berlari menuju pintu untuk keluar. Namun Rendy menghadangnya.

"Bawa pergi! Aku tak memesannya," ujar Rendy seraya berusaha menutup pintu apartemennya.

Namun pengirim makanan itu menahan pintunya sambil menoleh ke arah Andrea yang nampak berusaha keluar.

"Tapi saya akan kena marah kalau tak ada yang membayar makanan ini," ujar pengantar makanan itu.

Andrea mendesak Rendy agar memberikan jalan agar dia bisa keluar namun tangan Rendy lebih kuat darinya.

"Maaf apa ada yang terjadi? Sepertinya nona itu mengalami kesusahan?" ujar pengantar makanan itu.

"Bukan urusanmu. Pergilah, taruh saja makanan itu nanti kubayar," ujar Rendy.

"Baiklah Tuan," ujar pengantar makanan itu sambil tersenyum.

"Tunggu! Biar aku saja. Kau segeralah pergi!" ujar Rendy.

"Baik Tuan," jawab pengantar makanan itu. Ia lantas memberikan makanan itu ke Rendy.

"Silahkan menikmati, terimakasih atas pe ... "

BRUK!

Rendy menutup pintunya begitu saja. Andre meronta ronta agar Rendy melepasnya.

"Aku mau keluar! Rendy, biarkan aku keluar!" pekik Andrea.

"Tak bisa! Kau tahu apa yang kuberikan pada Felix agar bisa bersamamu? Kau harus bersamaku malam ini!" ujar Rendy sambil membopong Andrea yang badannya basah karena tadi di bathup.

"Rendy, kumohon jangan! Rendy, kita bicara baik baik. Jangan perlakukan aku seperti ini! Rendy!"

Andrea berteriak tak karuan saat Rendy membawanya ke kamar. Dengan kasar Rendy melempar Andrea ke ranjang. Dan ia segera membuka kemeja yang dipakainya.

"Rendy jangan! Rendy!" teriak Andrea.

"Kenapa kau jual mahal sekali padaku Andrea? Apa kurangku? Apa yang lebih dari Felix yang tak kumiliki?"

"Bukan begitu Rendy, bukan masalah itu. Cinta tak bisa dipaksa!" pekik Andrea.

"Omong kosong soal cinta! Memangnya kau pikir Felix mencintaimu? Dia hanya memanfaatkanmu. Kau bodoh karena terpedaya olehnya selama ini!"

"Baiklah anggap saja ucapanmu benar. Sekarang lepaskan aku. Kumohon Rendy. Aku tak mau begini," pinta Andrea sambil menangis.

Rendy mendekat ke arah Andrea yang tak berdaya di atas ranjang. Disambutnya pipi Andrea dengan kedua tangannya.

"Kau cantik sekali Andrea. Kau benar benar membutakan mataku. Tapi kenapa kau bisa bersama Felix? Tetaplah di sisiku. Kuberikan apapun yang kau mau," bujuk Rendy.

"Rendy, ini bukan cinta. Ini obsesi. Aku tak pernah sekalipun menaruh perasaan padamu. Apa kau mau menjalani hubungan seperti ini? Kau kaya, tampan, kau juga berpengaruh di negara ini. Kau bisa dapat apa yang kamu mau."

"Aku ingin mendapatkanmu, Andrea!" ujar Rendy.

"Tidak, tidak. Kau hanya ingin bermain main denganku!" ujar Andrea.

"Kita cari tahu, apa aku hanya ingin bermain denganmu!" ujar Rendy seraya menimpa tubuh Andrea dan melumat habis bibir gadis itu.

"Emmp, Ren ... " Andrea berusaha menyingkirkan tubuh Rendy yang mencengkeramnya. Namun kekuatan Rendy begitu besar.

"Aku akan membuatmu melayang layang Andrea. Kau tak pernah mendapatkannya dari Felix kan? Tentu saja, dia harus melayani orang lain. Bukan kau," ujar Rendy semakin beringas memindahkan bibirnya dari setu tempat ke tempat lain dari tubuh Andrea.

"Jangan! Jangan!" Andre menepuk nepuk Rendy karena tak rela diperlakukan seperti ini.

Namun Rendy tak mengindahkan suara tangis Andrea dan tetap melakukan apa yang sudah ia inginkan.

"Kemarin aku harus membagimu dengan Bruno. Hari ini kau akan jadi miliku seutuhnya."

"Aaarhgh! Andrea memekik saat Rendy menancapkan miliknya pada Andrea.

"Bagaimana kau suka?" tanya Rendy sambil menghentakkan badannya di atas Andrea.

Air mata Andrea menetes saat ia diperlakukan seperti itu oleh Rendy. Hatinya semakin sakit saat menyadari semua ini adalah ulah sang kekasih yang ingin karirnya bagus di pemerintahan.

"Kau akan bahagia denganku, Andrea!" ujar Rendy.

****

Andrea termenung sambil menangis di tepi tempat tidur. Rendy masih tertidur pulas setelah melakukan kekejian itu.

Ia tak bisa keluar setelah Rendy berhasil mengoyak lagi kehormatannya untuk yang kedua kali.

"Hiks, hiks, apa salahku? Kenapa ini terjadi padaku?" tangis Andrea tak henti hentinya membasahi pipinya.

Selama beberapa hari Andrea menjadi tawanan Rendy di dalam apartementnya. Saat Rendy keluar ia mengunci pintunya dari luar dan tak membiarkan Andrea pergi kemanapun.

Ia juga telah menandatangani sertifikat jual beli dengan pemerintah terkait tanahnya yang akan dijadikan proyek pelebaran jalan oleh pemerintah.

"Apa Andrea baik baik saja?" tanya Felix saat sedang meminum kopi di sebuah cafe dekat balaikota.

"Tentu saja, kau tak percaya padaku?" ujar Rendy sambil menyesap rokoknya.

"Kau tak mengijinkannya keluar. Itu bisa membuat kecurigaan oleh orang orang," ujar Felix.

"Tenang saja, aku sudah mengirim surat pengunduran dirinya ke salon tempat kerjanya," ujar Rendy.

Felix menghela napas lalu menyesap kopinya sejenak. Lalu menatap ke arah jendela

"Kau menyesal menyerahkannya padaku?" tanya Rendy.

"Eumm, aku hanya tak enak saja. Dia sudah berkorban uang banyak untukku," jawab Felix.

"Tenang saja. Aku akan memenuhi rekeningnya dengan uang. Kau tak perlu khawatir. Tapi, jangan sekali kali kau temui dia. Dia sekarang milikku," ujar Rendy.

"Baikalah, aku mengerti," ujar Felix.

Mereka berdua berpisah setelah minum kopi bersama di kafe itu. Rendy kembali ke apartemen. Sementara Felix kembali ke balai kota.

"Permisi!" seorang pria mengetuk kaca mobil Rendy saat hendak pergi dari area parkir kafe.

Rendy membuka kaca mobilnya dan mendapati Evans berdiri di depan pintu mobilnya.

"Ada apa?" tanya Rendy kasar.

"Mobilmu menabrak mobilku. Lihat goresan yang mau tinggalkan?" ujar Evans.

"Aku? Menabrak mobilmu?" Rendy tak merasa melakukan itu pada mobil Evans atau siapapun.

"Lihatlah!" ujar Evans.

Dengan kesal Rendy keluar dari mobilnya dan melihat ke mobil Evans yang nampak mewah itu.

"Kutelepon asuransi. Biar mereka yang urus," ujar Rendy yang tak mau ambil pusing karena masalah ini.

Ia ingin segera pulang karena ingin bersama Andrea.

"Tidak bisa, mobilku tak sembarangan masuk bengkel!" ujar Evans tak terima.

"Lalu kau mau bagaimana? Berikam nomer rekeningmu. Kutransfer biaya ganti rugi," ujar Rendy sambil mengeluarkan ponselnya.

"Maaf Tuan, Anda tak lihat mobil ini? Ini bukan mobil yang bisa dimiliki sembarang orang," ujar Evans.

Rendy tak mengerti apa yang dimaksud Evans. Ia juga tahu mobil milik Evans adalah mobil mewah.

"Maksudmu aku tak tahu kalau mobil ini mobil mewah," ujar Rendy tersinggung.

"Melihat mobil Anda juga mewah, saya percaya Anda pasti tahu," ujar Evans.

"Lalu apa masalahnya? Kupanggil asuransi tak mau. Kuganti uang kau juga tak mau? Kau mau apa? Kau mau melaporkanku?" tantang Rendy.

Evans hanya tersenyum ke arah Rendy.

Next ...

avataravatar
Next chapter