17 The Richman - You Have Me

Menunggu hingga delapan jam tentu bukan perkara mudah bagi Richard. Kecemasan menyelimuti dirinya setiap kali tenaga medis keluar masuk dari ruangan Bell. Sementara dia hanya bisa melihat dari jauh, gadis itu, yang sudah tidak gadis lagi sekarang terbaring lemah dengan berbagai alat menempel di tubuhnya.

"Pasien sudah melewati masa kritisnya, anda bisa masuk untuk melihat kondisinya." Kata sorang perawat pada Richard sebelum dia meninggalkan ruangan. Richard dengan wajah kusut karena sudah delapan jam menunggu akhirnya bangkit dari tempatnya duduk dan perlahan masuk ke ruangan.

Saat dia berjalan masuk ruangan, Bell dalam keadaan sadar, setengah terduduk menatapnya. Matanya berkaca-kaca dan terlihat sangat emosional meski wajahnya masih begitu pucat.

"Hei . . ." Richard langsung menghampirinya dan memeluknya, sementara Bell menangis sesenggukan dalam pelukannya.

"Aku sangat takut . . ." Itu kalimat yang berulang-ulang di ucapkan Bell di sela tangisannya.

"Jangan takut, aku tidak akan pernah meninggalkanmu lagi." Richard mengusap-usap punggung Bell untuk menenangkannya.

"Aku begitu bahagia bisa melihatmu lagi." Ujar Rich dengan tatapan begitu dalam pada Bell setelah Richard melepaskan pelukannya.

"Aku tidak tahu apa yang akan terjadi padaku jika aku tidak pernah melihat kalian lagi."

"Kalian?" Alis Bell bertaut.

"Kau . . . dan dia." Richard menyentuh perut bagian bawah milik Bell yang berada di balik selimut.

Alis Bell bertaut semakin dalam. "What?" Tanyanya lirih.

"Richard Anthony Jr sedang tidur nyenyak didalam sana." Ujar Rich sambil mengusap lembut perut Bell.

Air mata wanita itu berjatuhan tanpa aba-aba. "How do you know that?" Tanya Bell seolah tidak percaya dengan apa yang dikatakan oleh Richard padanya.

"Dokter memeriksamu menyeluruh mengingat kondisimu begitu buruk saat kau ditemukan, dan mereka menemukan anakku di dalam sana." Jelas Richard dan Bell meraih wajahnya dengan kedua tangan kemudian menangis tersedu.

"Hei . . . kenapa kau menangis?" Tanya Richard.

"Kau tidak akan menginginkanku lagi setelah ini, bagaimana ku bisa menerima kenyataan buruk ini setelah aku melewati berbagai hal buruk." Ujar Bell terbata.

"Hei . . . ." Richard segera merengkuh Bell dalam pelukannya.

"Aku melihat fotonya, dia masih berupa titik kecil, dan entah mengapa titik sekecil itu bisa meluluhkan hatiku." Ujar Richard sembari memeluk Bell erat.

"Aku tidak akan pernah meninggalkanmu untuk alasan apapun, jadi jangan pernah berpikir untuk pergi dariku juga." Imbuh Rich. "I'm crazy of you."

"Are you Richman?" Bell mempertanyakan sikap Rich, karena Richman yang dia kenal bukan pria yang mengharapkan apapun dari sebuah hubungan sex kecuali kenikmataan sesaat.

Richard tersenyum, dia menggeleng. "No . . . I'm Richard Anthony." Ujarnya.

"As Richard Anthony, I'm asking you." Kalimat Rich terpotong.

"Would you marry me Christabell?" Tanyany.

"Are you crazy?" Bell menatap Rich dengan mata berkaca.

"May be I'm idiot, stupid, bastard, and whatever else, because what I've done to you. But I want you to be my wife."

"Would you?" Rich mengenggam tangan Bell dan gadis itu mengangguk.

"Sorry, I forget the ring by the way." Richard tersenyum lebar.

"Kau tahu, ini adalah hal paling gila yang pernah kulakukan seumur hidup. Meminta seorang wanita untuk menikah." Jujur Rich.

"Aku bersyukur setidaknya kau pernah mencobanya sekali seumur hidupmu." Bell mengecup bibir Richard.

"Saat aku melihatmu untuk pertama kalinya, aku berpikir bahwa aku harus memilikimu untuk waktu mungkin satu hingga tiga bulan." Richard mengenggam tangan Bell, dan menatapnya dalam. "Tapi setelah semua kejadian ini, aku tidak pernah berpikir, dan tidak akan pernah berpikir untuk melepaskanmu seumur hidupku."

"Richman." Bell mengusap wajah Richard.

"Richard." Rich mengkoreksi namanya.

"Jadi kau tidak akan menjadi Richman lagi?" Tanya Bell ragu.

"I have all I need in the world, so what for?" Jawab Richard. "I'll be a man who you call husband, and daddy for my junior."

avataravatar
Next chapter