16 The Richman - Little Beep

Menunggu adalah hal terburuk dalam hidup Rich, dia benci menunggu, apalagi menunggu kepastian apakah nyawa Bell masih melekat di raganya atau tidak. Sudah setengah hari, dan itu berarti entah sudah berapa lama Bell berada diluar sana dengan keadaan yang tidak menenu, dan belum ada kemajuan penyelidikan.

Lewat tengah hari Richard mendapat kabar dari polisi yang menangani kasusnya bahwa Bell ditemukan dalam keadaan kritis di sebuah rumah terpencil di tepi hutan dan sekarang sedang dalam perjalanan menuju rumahsakit.

Seperti orang gila Richard segera menuju tempat parkir di rumahnya dan dengan kendaraan tercepat yang dia miliki, juga kecepatan maksimal, Rich menuju rumahsakit tempat dimana Bell akan dirawat.

***

Butuh waktu lebih dari dua jam untuk sampai di rumahsakit. Dan Bell tampaknya sedang mendapatkan pertolongan pertama agar bisa melewati masa kritisnya. Dia kehilangan banyak cairan dan benar-benar sangat lemas saat ditemukan. Richard menunggu dengan gelisah diluar ruangan tindakan. Polisi hilir mudik di sekitar ruangan itu dengan kepentingan masing-masing, sementara Rich duduk memegangi wajahnya dengan perasaan sangat cemas.

Butuh lebih dari tiga jam hingga perawat dan dokter keluar dari ruangan itu.

"Anda keluarganya Sir?" Tanya sang dokter begitu melihat Richard bergegas bangkit dari tempatnya duduk.

"Ya . . . Richard Anthony, dan pasien di dalam adalah Christabell."

"Dia sedang tertidur, tolong jangan di ganggu dulu. Mari ikut saya." Kata sang dokter.

Sesampai di ruang dokter, sang dokter mempersilahkan Richard duduk, dan setelah pria itu duduk, dengan hati-hati dokter mulai mengatakan kondisi Bell yang sebenarnya.

"Nyonya Cristabell cukup kuat, dia masih bisa bertahan dalam keadaan dehidrasi panjang." Ujar sang dokter dan seberkas harapan terpancar di wajah Rich.

"Apakah itu berarti dia akan melewati masa kritisnya?" tanya Richard penuh harap.

"Kita masih harus menunggu, terlalu dini untuk mengambil kesimpulan Mr. Anthony." Kata sang dokter dengan seberkas senyum hambar, "Tapi ada satu hal yang saya khwatirkan."

"Apa dok?"

"Kehamilan nyonya Christabell, sangat lemah."

"Hamil?!" Richard seperti barus aja disambar petir mendengar harl itu, kenangannya langsung terseret pada kejadian beberapa waktu lalu ketika dia dan Bell berhubungan dengan sangat bergairah hingga melupakan alat pengaman.

"Berapa minggu?"

"Masih terlalu dini pula untuk memutuskan berapa minggu kehamilannya, tapi saya bisa pastikan itu tidak lebih dari dua minggu."

Rich menarik nafas dalam. "Tolong selamatkan bayinya."

Dokter itu tersenyum lebih lebar. "Janin di kandungan Nyonya Christabell bahkan masih berbentuk sebuah titik kecil." Ucap sang dokter sambil menujukan hasil USG berwarna hitam putih dari dalam sebuah map, mungkin map itu berisi medical record milik Bell.

Richard dengan tangan gemetaran meraih foto itu dan menatapnya.

"Dimana dia?" Tanya Rich.

"Ini . . . titik kecil ini."

Mendadak hati Richard menghangat, melihat titik kecil dalam sebuah gambar abstrak yang belum pernah dia lihat sebelumnya. "Ini bayi?" Tanya Richard polos.

"Janin Sir."

"Apapun sebutannya, selamatkan dia." Richard menggebu-gebu menatap dokter itu.

"Kami akan berusaha semaksimal mungkin Sir."

"Kapan saya bisa menemui nyonya Christabell?"

"Segera setelah masa kritisnya lewat. Kami akan terus memantau."

"Baik dok, saya akan menunggu di luar." Ujar Richard, dengan perasaan campur aduk, bahagia, sedih, cemas, khawatir, tapi dari kesemua perasan itu, satu hal yang pasti dan sangat ingin dia lakukan adalah menemui Christabell dan memeluknya.

avataravatar
Next chapter