19 Tak Perlu Mantra

"Ibu mohon padamu, hiduplah!"

"Berjanjilah untuk terus hidup bagaimanapun caranya!"

"Berjanjilah!"

"Hiduplah!"

"Berjanjilah..."

"Hiduplah..."

"Anakku..."

"Pangeran..."

oOo

"Tidak...."

Hhhh... kenapa aku bermimpi akhir kepergian ibu? Dan... kenapa aku memimpikan Moin-Moin memintaku berjanji? Soal apa? Ada apa ini, kenapa dua mimpi ini adalah mimpi yang paling menyakitkan dalam hidupku?

"Auuuu..."

"Serigala, maaf aku membangunkanmu."

Serigala menaiki batu besar dan melihat sesuatu.

"Ada apa, apa yang sedang kau lihat?" tanyaku mengikutinya. Ternyata serigala menyuruhku untuk segera pergi ke gua paku. "Kau benar serigala, aku harus segera pergi ke gua itu dan mengambil penawarnya!" ucapku semangat.

"Auuuu..."

Aku segera bersiap-siap dan menyapa serigala, lalu pergi.

"Jaga dirimu baik-baik!" Itu perintahku yang terakhir dari kejauhan.

"Auuuu...."

Terus berjalan melalui rintangan-rintangan kecil. Aku tidak boleh menyerah saat kemenangan ada di depan mata. Saat aku jatuh, aku mulai mengingat akan sesuatu. Sesuatu yang tak bisa ku pertaruhkan untuk kekalahan. Yaitu kenangan masa-masa kasih sayang, semangat, dan harapan dari mereka yang percaya dan kupercaya. Tidak... . kata 'tidak' adalah kata amarahku saat aku berpikir aku akan gagal. Dengan kata itu aku akan membuktikan bahwa pemikiran itu salah, aku... pasti akan menang!

Hhhh.... akhirya aku sampai juga di depan gua paku. Gua ini sangat tinggi, sulit bagiku untuk mengitung berapa meter ketinggiannya. Mungkin sekitar 1000 hasta tangan, sangat tinggi. Apakah ada tangga di dalamnya? Aku harus masuk dan memastikan apa isi gua tersebut?

"Kling... kling..."

Wahhhh... indah sekali, ternyata isi gua ini adalah permata-permata indah. Di setiap sudut ada permata gantung yang membunyikan suara ayunan mereka. Tangga yang menuju puncak gua terbuat dari permata es. Alangkah indahnya permata yang Tuhan ciptaan berwarna warni, bahkan bertuknya sangat unik berbeda-beda. Tapi... satu pertanyaan yang ada di benakku, kenapa ada permata indah dalam gua tepat di hutan yang gelap tanpa penghuni? Eumm... aku rasa pertanyaan itu banyak namun aku persingkat, tapi jawabannya harus di gali satu per satu. Jawabannya pasti sangat misteri. Walau aku tidak tahu apa yang sebenarnya terjadi atau sejarah mengenai hutan dan gua ini, tetaplah fokus tujanku hanya satu yaitu mengambil penawar pelangi.

Aku mulai mencari dari bagian sudut-sudut gua, bagian langit-langit gua dan bagian yang memberiku firasat keberadaan penawar. Tidak ada, penawar itu tidak ada di bawah, itu artinya penawar itu berada di atas... puncak. Ya, aku yakin penawar itu ada di puncak gua paku, karena itulah gua ini punya tangga yang tinggi. Aku akan menaikinya!

Sett, oh tidak tangga ini terbuat dari permata es yang sangat licin. Bagaimana aku bisa menaikinya? Eumm... tangganya sangat tinggi dan licin, mungkin jika aku memaksakan diri aku bisa terjatuh dari pertengahan tangga. Oh tidak... membayangkannya saja membuatku takut.

Walau begitu aku tetap harus menaikinya. Aku melihat di setiap langit tangga terdapat es beku yang tajam. Kelihatannya es itu kuat tapi bisa juga tidak. Kalau begitu biar ku coba, aku rasa inilah satu-satunya jalan yang dapat membawaku ke puncak gua.

Baiklah, pegang yang kuat es beku itu, tapi harus berhati-hati ujungnya sangat tajam. Aku akan memegang lebih atas dan menunduk kepalaku agar ujung es yang tajam itu tidak mengenai kepalaku. Memang ukuran es tajam itu berbeda-beda, ada yang besar dan ada yang kecil, aku cukup memastikannya dengan tanganku, dengan begitu aku tahu sejauh apa aku menunduk. Namun, aku tidak bisa berjalan santai dengan kaki di atas es licin, itu akan membahayakanku saat melangkah. Mungkin... aku harus melepaskan sepatuku, karena berjalan dengan kaus kaki kasar itu kemungkinan besar jalannya tidak terlalu licin.

Terus berjalan Stefan, kau pasti bisa melewati rintangan ini. Jangan lihat ke bawah, terus berjalan ke depan melewati satu per satu anak tangga. Perlahan...

Sett... tahan. Pegangang yang kuat, kakiku hampir meleset. Untng saja aku tidak jatuh ke bawah dan memulainya dari awal atau aku bisa saja mati saat terjatuh. Huh, ini hampir setengah jalan, aku tahu cara mengatasinya. Lakukan terus perlahan, tenangkan pikiran, jaga keseimbangan dan yakin aku pasti sampai ke puncak.

Akhirnya aku sampai di puncak, hhh... tunggu, apa itu? Aku melihat sesuatu yang bersinar-sinar tapi sepertinya bukan permata melainkan....

***

Oh Tuhan, mereka semua adalah manusia, tapi bagaimana bisa tubuh mereka berubah warna-warni padahal mereka telah mati beku seperti batu? Mereka tampak seperti seorang penyihir. Aku tidak dapat menghitung jumlah mereka. Ternyata benar apa yang di katakan Silmov Dan, banyak penyihir yang hendak mengambil penawar pelangi, namun satupun di antara mereka tidak ada yang berhasil dan malah berakhir menjadi batu awarna. Lalu... bagaimana denganku? Apakah nasibku salah satu dari mereka?

Aku berbalik badan dan melihat penawar pelangi tepat 45 derajat di atasku. Penawar itu tersegel namun segelannya tak terlihat, jadi terlihat seperti penawar yang melayang. Aku berpikir para penyihir pasti menggunakan tongkat dan ilmu hitam mereka untuk membuka segelan itu. Kalau begitu aku tidak akan menggunakan tongkat sihirku. Lantas, bagaimana caranya aku mencapai penawar itu yang melayang cukup tinggi? Tidak ada tangga yang dapat ku naiki. Apa yang harus kulakukan?

Itu dia, menyusun strategi. Biar aku lihat keadaan sekitar, tanpa tangga, dinding gua samping kiriku terdapat es beku horizontal yang panjang, arahnya cukup dekat dengan penawar itu. Dinding sebelah kananku sangat datar, tidak ada apa-apa. Eumm... di belakangku, hanya ada es beku yang mengarah ke depan. Hanya itu? Apa ada yang bisa di gunakan dengan itu?

Aku melirik ke sana kemari dan hanya itu yang ada, berpikir dan terus berpikir. Ada tali, aku melihat tali yang utuh di sebelah batu penyihir berwarna merah jambu. Aku mengambilnya dan menemukan suatu ide yang masuk akal, mungkin ini satu-satunya cara untuk mengambil penawar itu. Cukup masuk akal, lebih baik aku mencobanya.

Pertama aku berusaha naik ke dinding belakangku dan mengikat tali itu di bekuan es dengan erat, aku rasa es tua ini cukup kuat. Lalu, aku mengikat tali satunya ke pinggangku. Rencanaku adalah setelahnya aku akan mengayun diriku dan melayang mengarah dinding sebelah kiri dan menyangkutkan diri di es beku yang panjang. Es itu cukup dekat dengan penawar sehingga mudah bagiku untuk mengambilnya. Ya begitulah rencanaku, namun... bisakah aku melakukannya?

Baiklah, aku akan mencobanya. Pegangan yang erat, menekuk kaki di dinding dan melompat mengayun ke bekuan es sebelah kiri. Sudah kulakukan, aku mencapainya, genggaman erat. Sekarang penawar itu ada di sebelah kananku, ternyata ramuan itu dalam sebuah botol yang terbuat dari permata. Warnanya botolnya berubah-ubah. Aku memperhatikan setiap warna yang berubah di botol itu, ada 7 warna yaitu warna pelangi. Botol permata itu mengubah warnanya menjadi 7 warna pelangi, karena itulah di sebut penawar pelangi.

Aku ingat apa yang di ucapkan Silmov Dan terakhir kami bertemu. "Tapi, jika kau punya hati yang tulus, pikiran yang tenang, dan berjiwa besar, maka aku yakin penawar itu akan membuka segelnya. Berjuanglah! Inilah taqdir yang telah Tuhan ciptakan." Begitulah ucapannya. Aku belum mengerti apa maksud Silmov, namun... bisakah penawar itu ku dapat bila aku mengambilnya dengan hati yang tulus, pikiran yang tenang, dan berjiwa besar? Apa tidak perlu mantra untuk membuka segelnya? Atau itukah mantranya?

Aku juga ingat bagaimana Silmov menatapku dengan penuh harapan, air matanya... dan aku sudah berjanji tak akan mengecewakannya dan mereka semua. Aku percaya padamu Silmov, kuharap yang kau katakan itu benar! Aku akan baik-baik saja, aku tidak akan berakhir seperti penyihir-penyihir itu, yakinlah!

Baiklah, tenangkan pikiranmu! Hembuskan nafas dan tenang... hati yang tulus... aku bersungguh-sungguh untuk mendapatkan penawar pelangi dengan tujuan untuk menyembuhkan Raja dari sihiran ilmu hitam, ku mohon bantulah aku! Bukalah segelmu, aku hanya butuh sedikit saja, ku mohon... bantulah aku!

Niat dalam hati dengan kesungguhan dan keyakinan. Aku mulai melepaskan tangan kananku dari genggaman dan mencoba mengambil botol penawar pelangi secara perlahan. Teruslah berniat dan meraih botolnya, lakukan Stefan! Hanya ini satu-satunya cara yang aku yakin pasti akan berhasil.

***

avataravatar
Next chapter