15 Tahanan Bawah Tanah Menghilang

Senang melihat Moin-Moin tersenyum kembali, aku sangat bersyukur padamu Tuhan.

"Pangeran...." Jerit Tamsa sambil berlari. Sepertinya ada sesuatu yang terjadi.

"Ada apa Tamsa? Kenapa kau buru-buru seperti itu?" tanyaku heran.

"Gawat Pangeran, Raja..." putus Tamsa.

"Apa? Ada apa dengan Raja?" tanyaku panik, Tamsa masih belum menjawab. "Katakan!" teriakku berdiri.

"Ampun Pangeran, ada sesuatu yang telah terjadi di istana hari ini," ucapnya menunduk.

"Apa hal itu?"

"Tahanan bawah tanah telah melarikan diri, maaf Pangeran, bukan aku tidak mengawasinya, aku bersumpah selalu mengawasi penjara bawah tanah, namun tahanan itu bukan melarikan diri dengan membuka penjara lalu lari, tapi tahanan itu tiba-tiba menghilang, spertinya telah di culik oleh ahli ilmu hitam. Maaf Pangeran, untuk menembus kesalahanku Pangeran berhak menghukum atau membunuhku!" ucap Tamsa begitu panjang lalu menyerahkan diri.

"Sudahlah, yang terpenting kita harus mencarinya, sekarang aku perintahkan pada semua pengawal istana untuk mencari tahanan licik itu!" perintahku tegas. Tamsa menunduk lalu pergi. "Tunggu! Aku mencegahnya.

"Ada apa Pangeran?"

"Kenapa orang pertama yang kau beri tahu kabar ini adalah aku? Dimana Raja?" heranku.

"Ampun Pangeran, tadi aku telah mencari Raja, namun penasihat berkata padaku bahwa Raja sedang berobat, penyakit muntah darahnya kambuh lagi," ucap Tamsa.

"Ya sudah, lanjutkan perintahku!" tegasku. Penasihat ya? Aku tidak pernah percaya pada penasihat ini, mungkin dia ada hubungannya dengan semua yang telah terjadi di istana, Raja yang sakit dan tahanan yang melarikan diri. Kalau begitu aku harus mengambil tindakan untuk menjauhkan penasihat dari istana.

"Moin-Moin, tetaplah di istana, aku akan segera kembali!" perintahku pada Moin-Moin, lalu pergi.

"Eh..."

Pokoknya aku harus cepat mengambil tindakan sebelum...

"Pa.. Pangeran, Pangeran mau ke mana?" Tanya Tamsa di depan pintu gerbang istana.

"Kenapa kau masih di sini?"

"Oh, aku sudah melaksanakan perintahmu untuk menyuruh para pengawal mencari wanita itu," ucap Tamsa seperti memikirkan sesuatu.

"Lalu kau... kenapa tidak pergi mencarinya?"

"Ampun Pangeran, aku hanya ingin berjaga-jaga di sekitar istana untuk memastikan bila ada ilmu hitam yang muncul lagi, maka aku akan melaporkan pada Pangeran." Tamsa sangat memperhatikan istana, aku sangat percaya padanya.

"Kalau begitu lanjutkan, aku akan pergi menjenguk Raja dan ada hal yang harus kulakukan pada penasihat, aku pergi!" ucapku geram dan bergegas pergi.

"Tu..tunggu Pangeran!" Aku menoleh ke belakang. "Begini Pangeran, aku rasa ini bukan waktu yang tepat untuk mengambil tindakan lain, maaf Pangeran tapi, kondisi sekarang ini adalah kondisi yang sangat darurat, bukankah kita harus menemukan tahanan itu segera? Aku juga merasa walaupun para pengawal istana banyak, tapi untuk menghadapi sihir dan ilmu hitam itu sangat beresiko. Maaf Pangeran kalau aku boleh memohon, tolonglah hadapi sihiran hitam itu, kami hanyalah pengawal yang lemah, tidak memiliki darah biru dan tidak di perbolehkan belajar sihir, hanya Pangeran yang bisa melakukannya, maka dari itu tolonglah kami!" Tamsa berlutut padaku, aku rasa dia punya jiwa yang besar, rasa kemanusiaan dan sesama pengawalnya dia berharap tidak ada satupun temannya yang akan terluka.

"Kalau begitu baiklah, akan aku urusi nanti penasihat itu. Kau benar sekarang yang terpenting aku harus menemukan wanita licik itu dan ilmu hitam yang menculiknya! Aku kembali ke istana sebentar lalu pergi mencarinya," ucapku lalu kembali ke istana untuk mengambil tongkat sihirku.

Di istana Saka, yang di perbolehkan menggunakan tongkat sihir hanyalah para bangsawan dan pewaris kerajaan. Persis seperti ibuku, darahnya mengalir padaku, walau aku tidak terlalu pandai dalam menggunakan tongkat sihir dan mantranya, tapi aku akan berusaha bisa, karena aku yakin darah ayahku mengalir padaku, dia sangat pandai menggunakan ilmu sihir putih. Begituah aku tahu dari kisah 'Pangeran Buth dan Sihir Putih' yang kubaca dari buku sejarah tahun 1862.

Setelah aku mengambil tongkat sihirku, aku menemui Moin-Moin.

"Moin-Moin, tetaplah di istana, aku akan segera kembali!" lalu aku pergi, Moin-Moin terdiam memandangku dengan mata yang berbinar-binar. Maafkan aku Moin-Moin, tolong jangan khawatirkan apapun!

Aku menaiki kudaku dan mencari secepat mungkin. Aku mencari di gunung Tuha, tapi tidak ada aroma sihir di gunung ini, gunung ini terlalu damai untuk di cemari makhluk aneh. Kalau begitu, aku mencarinya di gunung sebelah. Tidak ada juga, beberapa pengawal yang mencarinya di sana terlihat melelahkan, sudahlah ini bukan waktunya untuk merasa iba, tugas tetaplah tugas. Aku mencari terus hingga ke gunung terakhir, yaitu gunung Siru. Tidak, tidak ada tanda apapun di sini. Ada apa ini, kenapa semua tempat tidak ada tanda?

"Pangeran!" salah satu pengawal istana memanggilku dari jauh denagn kudanya. Sepertinya dia sangat panik dan ingin melaporkan sesuatu hal yang penting, apakah mereka telah menemukan keberadaan ilmu sihir itu?

Pengawal itu sampai di hadapanku dan turun dari kudanya. "Ampun Pangeran! Ada sesuatu hal yang terjadi di istana!"

"Apa? Apa yang terjadi? Jangan-jangan..."

"Benar Pangeran, ilmu hitam itu telah memasuki istana, dan Raja telah di serang oleh ilmu hitam itu," ucap Pengawal tertunduk menyesal.

"Gawat, pantas saja aku telah mencari ke mana-mana tapi dia tidak ada," ucapku geram. Terusik di pikiranku, jika Raja di serang itu artinya... Moin-Moin!

Aku menaiki kudaku dan kembali dengan cepat ke istana, tapi walaupun gerakan kudaku cepat tetap saja membutuhkan waktu sekitar 4 jam lamanya samapi ke istana. Tidak akan kubiarkan jika ada yang menyakiti Moin-Moin dan orang yang kusayangi!

Sampai di istana malam hari, aku langsung bergegas memasuki istana. Orang yang pertama ku cari adalah Moin-Moin, untunglah aku melihat Moin-Moin baik-baik saja.

"Moin-Moin!" Aku memeluknya erat.

"Ampun Pangeran! Karena aku tidak bisa melindungi Raja!" Tamsa menunduk.

"Apa yang kau lakukan? Bukankah itu tugasmu untuk melindungi Raja? Padahal kau berada di istana, tapi kau..." ucapku marah pada Tamsa yang kupercayai.

"Ampun Pangeran, aku melihatnya sendiri, saat itu aku juga berada di istana setelah mengantarkan Raja dari berobat, dia... Pengawal Tamsa adalah seorang pengkhianat, dia telah bersengkongkol dengan ilmu hitam, aku melihatnya sendiri Pangeran!" ucap Penasihat tegas.

"Penghkianat?" aku menatap tajam Tamsa dan Penasihat, aku memutari mereka. "Biar ku beri tahu siapa penghianat yang sebenarnya di istana ini!" tegasku marah. Semua orang berbisik-bisik dan bertanya-tanya siapa penghianat yang ku maksud. "Pengawal, penjarakan Penasihat ke penjaran bawah tanah!" perintahku. Semua orang tak menduga, tapi begitulah kenyataanya.

"Tunggu, Pangeran! Apa salahku, semua yang ku katakan itu benar Pangeran, Tamsa itulah penghianat aslinya, kenapa kau menghukumku?" Penasihat masih membela dirinya.

"Kalau begitu bisa kau jelaskan mengapa selalu kau yang membawa raja ke tempat berobat dan apa penyebab Raja bisa sakit parah? Bukankah itu semua karena dirimu? Lalu, kau malah membuat cerita Tamsa berkhianat dan soal persengkokolan dengan ilmu hitam. Kau tahu aku pernah memimpikan penghianatan itu, karena hanya kau yang tahu tentang itu maka aku sangat yakin kaulah penghianat itu, Pengawal laksanakan perintahku! Aku yakin setelah Raja mengetahui sifat aslimu maka kau akan mati di tangannya!" kataku sangat marah.

Pengawal langsung menangkap Penasihat dan membawanya ke penjara.

"Tunggu! Pangeran, kau boleh memenjarakan aku, tapi ingat satu hal, jangan pernah membiarkan amarah merasukimu, tetaplah tenang seperti yang di ajarkan Guru panahmu, itu di gunakan bukan hanya saat memanah tetapi juga saat kau menghadapi ketakuatan. Pangeran, air yang jernih dapat meleburkan batu kotor, ketulusan seseorang hanya dapat di lihat dari jernihnya air. Aku percaya pada Raja, dan kuserahkan tugasku padamu, karena aku juga mempercayaimu!" Itu yang di katakan Penasihat untuk terakhir kalinya.

Kata-kata itu adalah mantra yang pernah ku ucapkan dulu saat melenyapkan penyihir. Mantra itu adalah rahasia antara aku dan Ratu Sabiru, bagaimana Penasihat tahu? Tidak, aku tidak boleh lengah gara-gara mantra itu, mungkin saja Penasihat tahu karena dia besengkongkol dengan ilmu hitam, tidak, ilmu hitam tidak mungkin mengetahui mantra itu, tidak... tidak... tidak... siapa yang harus ku percayai, baiklah, ini bukan saatnya bingung, aku harus mempercayai orang yang setia padaku daripada orang yang jelas telah berkhianat.

***

avataravatar
Next chapter