17 Satu Jalan yang Panjang

Fajar telah terbit dari ufuk timur, para burung mulai beraktivitas. Aku belum istirahat sejak kemarin, mataku sudah sangat lelah, lebih baik aku tidur dulu di bukit tempat pelatihanku memanah. Kalau aku terlalu gegabah, mungkin akan membahayakan nyawaku sendiri.

Aku besandar di bawah pohon besar dan meminum seteguk air. Mataku semakin lelah, mulai tertutup perlahan sambil memandang batu besar yang biasa di duduki Moin-Moin saat melihatku memanah.

Sekejap semuanya gelap....

"Tunggu jangan pergi, bawa aku bersamamu!"

"Aku sangat bahagia kau hidup, aku sangat bahagia, heks... heks..."

.....

"Pangeran Joe! Kau kemana saja?"

"Penjarakan dia! Dia telah membunuh rakyatmu Raja, bukan hanya itu, dia juga membunuh temanku yang tak bersalah dan... istri pertamamu Raja, Ratu telah di racuni olehnya!"

"Apa yang kau katakan, Putraku? Putraku, Putraku!"

"Hei bangun... jangan tinggalkan aku! Heks..."

"Pengawal, penjarakan dia di penjara bawah tanah! Pelayan, cepat bawa Pangeran ke kamarnya dan panggilkan tabib, cepat!"

"Jangan menangis Moin-Moin, aku tidak apa-apa."

"Apa, anak itu berbohong, aku tidak bersalah! Raja ampunkan aku, tolong...!"

....

"Kau semakin cantik Moin-Moin, sudah berapa usiamu?"

"Aku? Tentu saja 14 tahun, kau juga kan?"

"Entahlah, aku merasa tubuh ini berumur 14 tahun, tapi..."

"Tapi apa?"

"Aku tidak yakin, rasanya aku hidup begitu lama dari ratusan tahun lalu."

"Apa yang kau bicarakan?"

"Kau tidak perlu tahu, yang perlu kau ketahui adalah bahwa aku telah lahir sejak kau lahir."

"Kau merayuku ya? Sayangnya tidak gombal."

"Hahaha, sini kejar aku kalau berani!"

....

"Kau kenapa?"

"A... aku... mencintaimu, maukah kau menjadi pacarku?"

"Tidak."

"Oh begitu ya."

"Tidak di tolak."

"Benarkah...."

....

"Berjanjilah untuk terus hidup bagaimanapun caranya!"

"Jangan katakan hal yang sama seperti ibuku seolah-olah kau akan pergi."

"Berjanjilah!"

....

"Tidak aku bermimpi! Persis?"

"Pangeran, jaga dirimu baik-baik dan ingat janjimu, tetaplah hidup bagaimanapun caranya! Aku... mencintai... mu, Pangeran kecilku..."

"Moin-Moin...."

oOo

Hhhh... apa-apaan ini, mimpi itu lagi? Kenapa aku memimpikan hal itu kedua kalinya? Tidak masuk akal, tidak... itu hanya masa lalu, tapi bagian akhir yang menyeramkan itu tidak pernah terjadi, apa mungkin... tidak, jangan memikirkan hal yang belum terjadi seolah-olah akan terjadi, aku tidak akan biarkan hal itu terjadi, bagaimanapun caranya aku harus melindungi Moin-Moin! Tapi, aku yakin Moin-Moin baik-baik saja sekarang di istana. Baiklah, akan aku laksanakan tugasku mencari penawar secepat mungkin dan bertahan hidup untuk Moin-Moin. Moin-Moin tunggu aku!

Aku terbangun dari tidur yang panjang hingga kesiangan, tapi siang hari itu saat yang baik untuk masuk ke hutan yang gelap. Tunggu, dimana kudaku? Apa aku lupa mengikatnya? Aduh... sekarang aku harus berjalan kaki, perjalanan jadi semakin panjang.

***

Ini dia gerbang Hutan Terlarang. Memang gerbangnya bukan beton atau pagar, tapi bayangan hitam yang membatasi hutan terlarang. Aku melihat jelas pembatasan itu tepat di depan satu langkah kakiku. Aku menatapnya lama, hal yang terusik di pikiranku saat ini adalah apakah aku akan kembali? Hidup atau mati? Tidak, beginikah sikap seorang pangeran? Pangeran sejati adalah Pangeran yang mampu melaksanakan tugasnya sebagai pangeran, walau nyawa taruhannya. Aku siap menghadapi apapun yang akan terjadi nantinya, Tuhan lindungilah aku!

Satu langkah dengan jiwa yang tenang, apa yang ku lihat? Tidak ada yang terjadi, bukankah seharusnya ada hal aneh yang terjadi padaku? Tampaknya masih sama seperti hutan biasanya, anginnya stabil hanya saja di siang hari hutan terlarang masih saja gelap.

Aku terus berjalan mencari keberadaan gua paku atau keberadaan danau yang di bicarakan Silmov Dan. Tampaknya perjalanan masih panjang, andai saja kudaku tidak lari pasti aku tidak kelelahan. Kuatkan dirimu Stefan, terus berjalan!

Huh, tunggu aku tidak kuat, sampai kapan perjalanan ini selesai, kenapa jalannya hanya satu lurus ke depan, tidak ada belok kanan atau kiri? Sudah berapa lama aku berjalan? Untung aku membawa jam gantung kecil dari istana. Apa? sudah berganti hari? Tidak mungkin jam ini pasti salah, mungkin berhenti berdetak saat pukul 10 pagi, atau benar aku telah berjalan selama 20 jam? Bagaimana mungkin?

Hah, apa itu yang bersinar? Ada sesuatu yang berkilau seperti perak di depan jalanku. Aku mengambilnya, bukankah ini kalungku? Bagaimana bisa ada di sini? Benar, ini kalungku, di leherku sudah tidak ada. Lalu, kenapa kalung ini jatuh di sini? Di depanku? Apakah... oh tidak, aku mengerti sekrang, ternyata aku terus berjalan di jalan yang sama selama 20 jam, walaupun suasana dan lokasinya berubah, tapi jalan yang ku tempuh satu jalan yang sama, terus berulang. Ada apa ini, kenapa bisa begini? Aku memantau semua di sekitarku, tidak ada jalan lain, tiba-tiba semua hutan di sekitarku tumbuh pohon berduri, hanya jalan panjang itu yang bisa ku lewati. Pasti ada sesuatu yang ingin di katakan hutan ini.

"Hei! Katakan, apa maumu? Kenapa kau terus mempermainkan aku? Buka penghalangmu, ada hal lebih penting yang harus ku kerjakan!" teriakku pada hutan terlarang. Entah hutan ini mendengarkan atau tidak, aku yakin dia sedang memantaku.

"Hahahaha...."

"Siapa itu?" Aku mendengar suara tawaan yang sangat besar, tapi di sini tidak ada orang selain aku.

"Hahaha"

"Hei kau, keluarlah! Jangan bersembunyi seperti pengecut!" tegasku pada suara itu.

"Kenapa aku tidak boleh tertawa? Bukankah ini lelucon yang menghibur? Hahaha..." ucap suara itu meledekku.

"Siapa yang kau anggap lelucon?" tanyaku.

"Tentu saja kau, Pangeran? Hahaha... bahkan aku tidak yakin kau itu seorang Pangeran," ucap suara itu lagi.

"Itu bukan urusanmu, kalau kau berani keluarlah!" tantangku.

"Hahaha... kau tahu kau sedang berbicara dengan siapa? Akulah hutan terlarang, hutan bayangan hitam yang penuh misteri! Dimana semua orang takut memasukinya karena tahu bahwa hutan ini tidak akan membiarkanmu pergi begitu saja, semuanya tergantung hidup atau mati, hahaha..." Masih saja dia bersikap sombong.

"Aku seorang Pangeran tidak pernah takut pada mati dalam menjalankan tugas kesetiaan pada kerajaan dan rakyat."

"Kau anggap kau seorang yang sedang melakukan kebenaran? Tindakanmu benar? Maka kau salah bocah kecil, kau telah melakukan kesalahan besar," ucap hutan terlarang tanpa ragu.

"Apa maksudmu? Kau tidak tahu apa-apa tentang kerajaan kami!"

"Aku tahu semuanya, termaksud siapa kau sebenarnya, hahaha...."

"Apa maksudmu? Sudah aku katakan aku ini seorang Pangeran!"

"Kau akan tahu siapa dirimu sebenarnya bila kau tahu apa maksud dari jalan yang kau tempuh itu! Hahah.... "

"Sudah, jangan banyak tertawa, cepat beri aku jalan menuju gua paku!" perintahku.

"Baiklah, aku sangat menyukai tekat kuat mu itu, berjalanlah dengan santai dan nikmati tantanganmu selanjutnya! Hahaha..."

Ini akan menjadi tawanya yang terakhir, hutan terlarang telah membuka kepungan pohon berduri dan mestabilkan jalannya. Sekarang aku harus bersiap untuk menghadapi tantangan selanjutnya.

***

avataravatar
Next chapter