16 Petualangan Mencari Penawar

Aku memanggil semua tabib hebat dari berbagai daerah, namun tidak satupun tabib yang bisa menyembuhkan Raja, semua ramuan dari tabib dan percobaan sihir putih dari ahli istana, semuanya tunduk menyerah, tidak ada kemungkinan Raja membuka matanya, walau jantungnya masih berdetak lemas. Apa yang harus kulakukan? Apakah aku juga harus menyerah seperti mereka dan menunggu kematian Raja? Tidak, aku tidak boleh menyerah, ingatlah bagaimana pengorbanan Pangeran Joe padaku, Raja yang begitu menyayangiku, aku telah mendapatkan semua yang belum pernah kudapatkan, haruskah aku menyerah sekarang? Itu terlalu egois, aku akan melakukan apapun ntuk menyembuhkan Raja.

"Tabib!Jangan katakan kau menyerah, lakukan dengan benar!" tegasku marah.

"Ampun Pangeran! aku sudah mencobanya, tapi tetap tidak bisa, ampun Pangeran!"

"Omong kosong! Berani sekali kalian menyerah begitu saja pada keselamatan Raja, jika kalian ingin hidup, lakukan dengan benar!" Aku sangat emosi dan berteriak tak satabil. Aku keluar dari gerbang istana dan menghirup udara untuk menenangkan pikiran kacauku. Sekarang apa yang harus kulakkan?

"Jangan pernah membiarkan amarah merasukimu!" Sepertinya aku mengenal suara itu.

Menoleh ke belakang. "Guru Silmov Dan?"

"Aku tahu betul apa saja yang sudah terjadi di istana, dan aku tidak pernah mengajarimu ilmu pengacau pikiran, ilmu yang ku ajarkan adalah ilmu ketenangan. Maka, tenangkanlah dirimu dan berpikirlah lebih matang sebelum bertindak!" ucap Silmov tegas.

"Apa maksudmu?" tanyaku heran.

"Pikirkan saja sendiri!" Silmov Dan hendak menghilang, belum. "Oh iya, jika kau bertekat untuk meyembuhkan Raja, maka pergilah ke Gua Paku tempatnya di pinggir danau yang terletak di dalam hutan terlarang. Di sana ada penawar dari kekuatan 7 pelangi, penawar itu tersekap dalam gua itu selama ribuan tahun, banyak para penyihir yang hendak mengambilnya, namun tidak semudah itu tantangan yang harus mereka lewati, semua itu tergantung pada hidup dan mati. Tapi, jika kau punya hati yang tulus,pikiran yang tenang, dan berjiwa besar, maka aku yakin penawar itu akan membuka segelnya. Berjuanglah! Inilah taqdir yang telah Tuhan ciptakan." Setelah Guru Silmov menjelaskan panjang lebar dia menatapku dengan penuh harapan, air matanya dan dia menghilang. Aku janji padamu Guru, aku tidak akan mengecewakanmu!

***

Aku mengambil pembekalan untuk kepergianku, senjata panah sudah ku sediakan, lalu apa lagi yang kurang... eum, Moin-Moin! Tunggu, apa aku harus membawanya juga? Tidak, aku tidak mau membawanya, kalau dia terluka seperti kemarin itu bagaimana? Aku tidak bisa membawa Moin-Moin ikut, akan lebih aman jika Moin-Moin tetap di istana, lebih baik aku juga pergi sendiriaan tanpa pengawal, aku tidak ingin ada pengawal yang terluka, ini sangat brbahaya dan keselamatan raja juga terpenting, biarkan pengawal melindungi Raja dan kerajaan.

Tapi... untuk ahli pemegang kekuasaan istana siapa yang akan aku beri tanggung jawab seberat itu? tidak mungkin Moin-Moin, dia orang yang penakut dan khawatir, bagaiman dia bisa menghadapi istana dan kerajaan yang menyusahkan ini. Orang yang setia dan kupercayai di istana adalah Tamsa, baiklah biar ku beri dia ahli tanggung jawab kekuasaan ini.

Aku sudah mempersiapkan semuanya, baiklah kalau begitu lebih baik aku segera mengadakan rapat darurat. Aku memanggil semua orang istana berkumpul. Mereka semua menyaksikan ku di hadapan Raja yang tertidur sebagai kesetiaan pada Raja.

"Semuanya dengarkan aku, saaat ini kondisi darurat maka aku tidak sempat menyuruh kalian duduk walau sebentar saja, karena itu dengarkan aku baik-baik. Sudah aku putuskan aku akan berpetualang mencari penawar pelangi di gua paku hutan terlarang, sendirian. Jadi, karena aku Pangeran pergi meninggalkan istana, maka bukan berarti kalian boleh sewenag-wenangnya bertindak tak patuh pada tugas kalian. Kalian berkerja melindungi kerajaan untuk mendapatkan uang agar masa depan kalian cerah. Jika kalian berani melakukan pelanggaran sedikitpun, maka aku akan mencabut masa depan kalian itu, mengerti!" tegasku.

"Mengerti..." ucap mereka semua tunduk.

"Yang kedua, aku menitip sang Putri pada kalianuntuk di lindungi dari bahaya apapun, siapa saja di antara kalian yang mampu melindungi Putri, maka aku akan mengangkat jabatannya sebagaai penasihat kerajaan."

"Baik!" turut mereka lagi.

"Yang ke tiga, Tamsa, kau adalah teman dan orang yang ku percayai selama aku berada di istana, setia dan bijak. Karena itu, untuk sementara atas kepergianku dan sakitnya Raja, aku telah mempercayaimu, kau akan mengambil alih kerajaan, penguasa kerajaan untuk sementara, jadi semua keptusan yang bijakmu untuk menjalankan kerajaan dengan benar aku telah mempercayaimu untuk mengambil alih ini. Maka lakukanlah tugas barumu selama aku pergi!

"Ampun Pangeran! Tapi aku hanyalah orang yang di tuduh berkhianat pada kerajaaan, bagaimana aku bisa mendapat kekuasaan itu?" Tunduk Tamsa.

"Sudahlah, aku sudah katakan bahwa aku mempercayaimu hanya dengan itu kau akan melakukan tugasmu!" tegasku.

"Jika itu yang Pangeran inginkan, maka aku akan melakukan tugas ini," ucap Tamsa yakin.

"Kalau begitu, aku pergi!" ucapku, menatap Moin-Moin dengan mata rindu.

"Pangeran!" Moin-Moin mencegahku dengan pendaman air mata.

Aku telah berbalik ke belakang dan tak berani untuk menatap Moin-Moin, kerena aku tidak yakin aku akan pulang dengan selamat. "Selamat tinggal, kekasihku!" Aku menahan ketegaan hati, aku pergi dari orang yang kucintai hanya untuk orang yang ku sayangi, maaf bila tindakanku salah, tapi bila aku sudah bertekat maka tak ada satupun yang bisa menghentikannya.

"Pa..Pangeran... !" Moin-Moin berlari memelukku dari belakang sambil menangis. Bagaimana ini, aku tak kuat menahan air mata. "Pangeran jangan tinggalkan aku!" Tangan yang bergetar dan dingin memelukku dengan penuh kehangatan, mungkin ini untuk terakhir kali aku merasakannya.

"Maafkan aku Moin-Moin, bagaimanapun aku harus melakukannya, aku harus menolong Raja, begitulah caraku berterima kasih pada Pangeran Joe, aku mohon relakan aku!" Aku membuka pelukan erat Moin-Moin.

"Kalau begitu aku juga ikut bersamamu!" Moin-Moin bersi keras.

"Tidak, Moin-Moin aku tidak ingin kehilanganmu, kau tahukan bagaimana hutan terlarang itu? Saat itu saja aku hampir kehilanganmu, jadi jangan ikut! Tetaplah di istana, maka kau akan aman!" ucapku meyakinkan Moin-Moin.

"Tapi Pangeran..." aku memotong.

"Tidak, aku bilang tidak maka tidak Moin-Moin, aku pergi!" tegasku demi Moin-Moin, lalu pergi. Maaf bila aku telah tega padamu, tapi aku harus melakukannya sendiri. Moin-Moin jaga dirimu! Tetaplah tersenyum jangan merengut, kau harus makan dan coba melupakanku saat ini, dan bila aku tidak kembali, aku ingin kau terus hidup dan tersenyum dimanapun kau berada.

"Pangeran, kudamu sudah siap!"

Aku menaiki kuda dan saat itulah aku menangis, aku ingin sekali menoleh kebelakang melihatmu Moin-Moin, tapi aku tidak bisa. "Hakk!" aku memukul kudaku begitu keras agar pergi lebih cepat, tapi tetap saja aku mendengar jerit tangisan Moin-Moin sampai kejauhan.

***

avataravatar
Next chapter