13 Hutan Terlarang?

Baiklah, langkah awal jiwa dan ketenangan. Aku memegang panahku dan mulai kosongkan pikiran, menikmati hembusan angin sedikit lama, tenang... dan tenang. Lalu langkah kedua, yaitu keseimbangan. Aku mulai mengarahkan panahku pada pohon yang diberi tanda silang. Dengan jiwa yang tenang aku harus menyeimbangkan panahku serta posisi tubuhku. Ketiga fokus, tatapan tajam pada tanda silang yang ku arahkan ujung panah itu, tetaplah fokus pada target atau tujuanmu. Keempat keyakinan, yakin dan yakin bahwa aku bisa melakukannya, aku mengenakaan targetku, aku bisa dan yakin. Dan yang terakhir, lakukan. Aku siap melakukannya, setelah ke empat hal itu kulakukan maka aku harus melepaskan panahku. 3... 2... 1 lakukan!

Tapk!

Hhh, sudah kulakukan.

Suara tepukan tangan. Aku menoleh ke belakang, teryata itu... Silmov Dan.

"Panahan yang bagus Pangeran, kau lolos menjadi muridku dalam sekali tancapan, kau memang luar biasa, kau hebat!" puji Silmov Dan.

"Be... benarkah itu? Terima kasih Guru!" aku menunduk tersanjung.

"Sebuah kehormaan bagiku untuk mengajarimu, maka untuk selanjutnya perhatikan cara panahku!" perintah Silmov.

Aku memperhatikan cara Silmov memanah, begitu tenang dan cepat, bahkan tanpa berpikir 5 hal itu telah dikuasainya dengan sempurna. Panahannya membelah panahanku yang tertancap di silangan pohon.

Setelah itu Silmov terus mengajariku hingga siang hari.

"Matahari sudah terik, kau pasti lelah dan lapar, jadi pulanglah!" perintah Silmov menghentikan aku yang terlalu bersemangat hingga lupa waktu.

"Baiklah Guru, untuk hari ini aku ucapkan terima kasih!" ucapku hormat.

"Baiklah, aku akan menerima ucapan terima kasihmu bila suatu hari nanti kau berhasil menyelamatkan dunia dengan panahan yang kau pelajari dariku." Silmov menatapku penuh harapan. "Baiklah, aku pamit, muridku!" Silmov pergi dan menaruh kepercayaanya padaku.

Setelah dia pergi aku melirik sekelilingku, dimana Tamsa dan Moin-Moin? Lebih baik aku mencari mereka, tidak mungkin mereka meninggalkanku sendirian disini karena bosan, sangat tidak setia.

"Hei... kalian dimana? Moin-Moin! Tamsa!" Aku telah berteriak dan mencari di mana-mana selama 10 menit, tapi mereka belum muncul. Tidak mungkin, mereka membuatku khawatir, atau jangan-jangan mereka.... "Moin-Moin!!!"

Aku tidak boleh menyerah, tidak tidak tidak... ayolah apa yang harus kulakukan? Apa mereka sudah kembali ke istana? Haruskah aku kembali memastikan?

Aku berlari secepat mungkin kembali ke istana.

"Moin-Moin! Dimana kau?" Aku terus panggil menjerit, "Moin-Moin!"

"Maaf Pangeran, kenapa Pangeran berteriak?" tanya pelayan kebun istana.

"Apa Moin-Moin sudah pulang?"

"Sudah Pangeran, tadi Putri di bawa pulang oleh pengawal Tamsa, dalam keadaan pingsan," ucapnya.

"Apa? Moin-Moin pingsan? Bagaimana bisa?" aku penuh dengan kekhawatiran dan tanda tanya, aku berlari ke kamar Moin-Moin lebih cepat.

"Moin-Moin!" teriakku sampai di pintu kamar. Raja dan pengawal berada di dalam dan sedang berbincang tentang sesuatu.

"Putraku, jangan khawatir Moin-Moin baik-baik saja," ucap Raja dengan nada datar.

"Apa yang sudah terjadi? Kenapa Moin-Moin bisa seperti ini?" Aku tak sabar. Mereka hanya terdiam. "Tamsa, katakan apa yang sebenarnya terjadi?" tanyaku tegas.

"Ampun, Pangeran! Saat Pangeran sedang fokus belajar panah dengan Guru Silmov, aku melihat Putri sedang mengejar kupu-kupu sampai pintu masuk hutan terlarang. Jadi, aku mencegah Putri untuk tak masuk ke hutan terlarang itu, tapi aku teralu jauh hingga Putri memasukinya. Saat aku memasuki hutan tersebut aku kehilangan jejak Putri, hutan terlarang itu sangat misteri Pangeran, bahkan jejak dan aroma apapun bila di hutan itu tidak ada satu pun yang bisa menciumnya, tak akan ada peninggalan jejak, bahkan seseorang dapat terbunuh secara misteri tanpa serangan apapun. Untungnya aku mempelajari ilmu pelacak, walau kecil kemungkinan tapi aku berusaha hingga menemui Putri, walau saat itu Putri sudah dalam keadaan pingsan di bawah genangan air hitam. Setelah itu, aku langsung membawanya ke istana Pangeran, maaf aku tidak sempat memberi tahu Pangeran, karena ini dalam kondisi darurat, ampun Pangeran!" penjelasan Tamsa yang begitu panjang.

"Baik aku mengerti sekarang, bisakah sekarang aku berdua saja bersama Moin-Moin?" Aku meminta mereka keluar dan memberiku waktu untuk menembus kesalahanku.

Kegagalanku adalah tidak dapat melindungi Moin-Moin. Moin-Moin maafkan aku! Maafkan aku... pantaskah aku mendapat maafmu? Sungguh Moin-Moin, aku bersalah, melihatmu terbaring hatiku sangat sakit, aku sangat bersalah. Kenapa aku tidak ada saat itu? kenapa...

Aku terus menangis dan menggenggam tangan dingin Moin-Moin, matanya belum terbuka, tubuhnya belum bergerak, kapan Moin-Moin akan bangun? Moin-Moin bangunlah, lihatlah aku, sedikit saja, buka matamu.

Sudah malam, kau masih sama, bahkan aku yang tertidur di sampingmu, aku menagis lagi melihatmu masih sama.

Tok tok tok...

"Siapa?"

"Ampun Pangeran! Raja memangil Pangeran untuk makan, karena dari siang Raja sedih melihat Pangeran belum makan," ucap pelayan.

"Bagaimana aku bisa makan jika kekasihku belum makan, dan bahkan dia belum membuka matanya!" tegasku bersedih.

"Ampun Pangeran! Baiklah, akan aku sampaikan pada Raja," ucap pelayan itu lalu pergi.

Aku masih menggenggam tangan Moin-Moin, tidak satupun jari yang bergerak. Coba kupikirkan, sebenarnya mengapa hutan terlarang itu sangat misteri? Apa al-kisah nyata yang telah membuat hutan terlarang itu menjadi menakutkat? Aku sangat penasaran, haruskah aku masuk ke hutan terlarang untuk memastikannya? Tapi... aku tidak akan meninggalkan Moin-Moin sendirian lagi, aku akan menunggu Moin-Moin sadar dan bertanya langsung padanya apa yang terjadi saat itu.

Hari sudah gelap, kekasihku belum juga sadar. Aku meyuruh beberapa pelayan menjaganya, sedangkan aku ingin ke ruang buku istana, untuk mencari informasi dan sejarahnya hutan terlarang.

Satu ruangan besar dan di penuhi banyak buku, membentuk banyak lorong-lorong panjang, memang sangat sulit mencari satu informasi saja. Aku mulai mencari dari rak paling depan, aku baru tahu ternyata rak paling depan di penuhi buku cerita roman dan sejarah roman istana. Kalau begitu aku cari di rak ke dua, tidak juga semuanya di koleksi buku tata cara dalam perperangan, cara menggunakan pedang dan senjata lainnya.

Sudah 40 menit aku mencari hingga rak ke lima, belum ku jumpai buku tentang sejarah hutan terlarang. Rak ke enam koleksi buku istana dan raja pertama, sepertinya ini tidak perlu. Dan yang terakhir rak ke tujuh, tentang Raja dan rakyat, hubungan internasional, perdagangan. Dari sebanyak rak buku dan buku-buku kenapa tidak ada satupun buku tentang hutan terlarang? Huh, buat lelah saja, buku seperti itu masa tidak ada di istana, apa benar tidak ada atau ada seseorang yang yang mengambilnya, mungkin di simpan di penyimpanan lain, atau Raja membuangnya? Aku...

"Maaf Pangeran, anu... Putri sudah sadarkan diri," ucap seorang Pelayan dengan tergesa-gesa.

"Benarkah? Baiklah." Aku sangat senang mendengar kabar itu, aku berlari secepat mungkin, tak sabar aku ingin melihatnya, memeluknya, menciumnya, aku sangat merindukannya.

"Tapi...."

***

avataravatar
Next chapter