webnovel

Chapter 1 : Awal Mula Impian

Matahari mulai bersinar cerah. Suara ramai pasar di kota itu menandakan hari sudah beranjak pagi. Asuka terbangun dari tempat tidurnya. Ia bergegas mencuci wajahnya dan bergegas menuju ke kamar adiknya.

"Kingga cepat bangun agar tidak terlambat," ujarnya sambil menggoyang-goyangkan tubuh Kingga, tetapi Kingga malah kembali menutupi tubuhnya dengan selimut.

Melihat adiknya yang sangat pemalas, ia langsung menarik selimut itu sampai Kingga terjatuh ke lantai. Kingga terbangun dan melihat kakaknya yang menatap dirinya dengan tajam.

"Tatapan ini... aku tahu apa yang mau kakak lakukan," kata Kingga dalam hati. Kingga sontak menutup wajah kakaknya dengan selimut yang tengah dipegang sang kakak dan berlari dengan cepat keluar kamarnya. Sesaat setelah itu Asuka nampak mengejarnya dari belakang.

"Aaa...!!! Maafkan aku kak...!!!" kata Kingga sambil berlari menuruni anak tangga.

"Ku bunuh kau Kingga...!!!"

Mendengar kata Asuka, Kingga langsung berlari semakin cepat. Tak habis akal, Kingga lalu menjatuhkan baju besi pajangan didekat dinding. Asuka pun terjatuh ketika menginjak baju besi itu. "Kiiinggaaa...!!!" Teriakan Asuka benar-benar sangat keras, sampai terdengar di seluruh penjuru kastil. 

Saat sarapan pun tiba. Nampak sejumlah daging panggang, dan buah-buahan segar tersaji diatas meja besar itu. Terlihat Asuka tengah duduk ditemani kedua orang tuanya. Asuka nampak tidak selera menyantap daging panggang diatas piringnya.

"Asuka, apa kau bertengkar dengan adik mu lagi?" Tanya Ayahnya ketika melihat kejadian itu. Asuka sama sekali tidak menggubris pertanyaan ayahnya. Saat itu juga Kingga datang ke ruangan tersebut. Kingga masih sedikit was was dengan kakaknya. Kingga tahu bahwa kakaknya pasti masih marah padanya. Kingga pun duduk di sebuah kursi yang bersebrangan kakaknya. Saat Kingga duduk Asuka langsung melempar garpu sehingga menancap di atas kepalanya. Ia ketakutan setengah mati. Ayah dan ibunya bertukar pandang melihat kejadian itu.

"Aku minta maaf, Kak," dengan wajah senyum agak takut.

"Lain kali akan ku pastikan garpu ini tertancap langsung di dahi mu," kata Asuka sambil mendekat dan mencabut garpu yang ada di atas kepala Kingga. Kingga mengelus dahinya karena terbayang bila itu benar-benar terjadi padanya. Setelah sarapan mereka pun berangkat ke perguruan beladiri.

Di perguruan beladiri seperti biasa Kingga tampak malas dan tidak mau berlatih. Oleh karena itu Kingga sering kalah saat berlatih tanding dengan rekan-rekannya, walau rekannya adalah seorang perempuan. Berbeda dengan kakaknya yang tampak serius setiap kali latihan. Sampai saat istirahat pun kakaknya masih terus menganyunkan pedang kayu yang berada ditangannya.

Saat itu Kingga sedang bermalas-malasan dibawah sebuah pohon. Saat itu juga teman Kingga bernama Ken, Shirou, dan Shin datang menghampiri Kingga.

"Hey… bukankah itu Si Pemalas,"Shin hendak memancing emosi Kingga seperti biasa.

"Diamlah Shin…!" Kingga nampak terpancing.

"Kurasa Asuka tidak beruntung memiliki adik payah seperti mu,"kata Ken.

"Ken dia bukan payah, hanya saja dia tidak berbakat," Shirou menambahkan.

"Sudahlah Kingga, kau hanya akan membebani hidup mu," Shin nampak merendahkan.

"Shin…" Kingga menyerang Shin dengan pedang kayunya. Dengan mudahnya Shin menghindar dan memukul Kepala Kingga dengan pedang kayu miliknya. Kingga hanya terdiam menahan sakit. Kemudian datang lah Miki, salah satu murid perempuan di perguruan itu.

"Teman-teman jangan ganggu dia, apa kalian tidak punya kerjaan lain," kata Miki.

"Kingga ternyata kau hanya bisa bersembunyi dibelakang wanita," Shin memancing emosi Kingga dan meninggalkan Kingga. Karena marah, Kingga pun mengejar mereka. Shin dan teman-temannya hanya tersenyum ketika berhasil memancing emosinya.

"Kemarilah jagoan," kata Shin.

"Ayolah Pemalas," Mereka memasang kuda-kuda bertarung.

Dengan sigap Asuka memukul kepala Mereka semua dengan pedang kayunya. Shin, Shirou, dan Ken langsung jatuh dan meronta kesakitan. Sedangkan Kingga hanya merasakan Sedikit sakit karena sudah biasa dipukul oleh kakaknya.

"Maaf membuat mu lama menunggu Miki, Ayo segera kita mulai," Asuka pergi meninggalkan Kingga.

"Tunggu…" Miki menyusul Asuka.

"Kak Asuka kenapa kingga sering bermalas-malasan? Apa dia sering melakukan pekerjaan yang melelahkan?"Miki menoleh ke arah Asuka.

"Tidak, setiap harinya anak itu memang selalu bermalas-malasan, setiap hari aku yang selalu merapikan kamarnya, bahkan sampai-sampai aku ditugaskan untuk menjaga Si Payah ini terus-terusan, benar-benar merepotkan,"mereka pun tiba disebuah gudang penyimpanan buku. Nampaknya mereka ditugaskan untuk merapikan tempat tersebut.

"ems…Apa kakak merasa repot dengan tingkah lakunya," kata Miki sambil menata buku.

"Tidak, karena bagaimana pun juga dia tetaplah adikku, aku akan menjaganya seumur hidupku, aku menyayanginya lebih dari apapun,"Asuka melihat kearah miki.

"Miki sejak tadi kau terus bertanya mengenai adikku, atau jangan-jangan…" Asuka tersenyum.

"Bukan apa-apa," wajah Miki mulai memerah.

"Kau suka padanya…" Asuka berusaha menggodanya.

"AA…" Miki pun lari meninggalkan perpustakaan.

"hey…Miki urusan kita belum selesai," Asuka tersenyum dan kembali menata buku-buku itu.

Wajah Miki tampak semakin memerah Miki hanya bisa bersandar disebuah tembok didekat tangga menuju perpustakaan. Sampai suatu ketika Kingga melewati anak tangga tersebut. Ia hendak menemui kakaknya. Kingga terhenti ketika melihat Miki yang tengah bersandar didekat tangga tersebut. Miki yang mendengar suara langkah kakinya pun langsung melihat siapa yang datang mendekat. Alangkah terkejutnya ternyata yang datang adalah Kingga. Wajah Miki semakin memerah dan berkeringat.

"hey… Miki…"

Dengan gugup Miki berusaha menjawab "iya…"

"Apa yang kau lakukan di situ?"Kingga mulai mendekati Miki.

"Miki, aku ingin berterimakasih karena telah membela ku tadi," Kingga menatap matanya.

"Iya…"

"Miki kenapa wajah mu berkeringat? Apa kau sakit," Kingga memegang kepala Miki. Miki yang terkejut pun menepis tangannya dengan keras dan membuat Kingga terjatuh.

"Maafkan aku…" Miki kemudian berlari meninggalkan Kingga.

"Itu benar-benar menyakitkan," kata Kingga pelan.

"Kurasa kau sudah mulai ada perasaan dengannya," Asuka bersandar pada sebuah tembok dibelakang Kingga.

Kingga langsung terkejut mendengar perkataan itu "sejak kapa kau berada disitu?"

"Cukup lama, cepatlah Sensei Tokaido menunggu kita," Asuka menarik tangan Kingga.

"hey…Kakak, tidak perlu terburu-buru".

Sampailah mereka di sebuah lapangan. Terlihat teman-temannya termasuk Sensei Tokaido sudah menunggu disana. Tiba-tiba saja Kingga dipanggil untuk maju di depan barisan. Nampaknya Kingga akan diadu spar dengan Shin.

"Sensei, Kenapa aku harus melakukan latih tanding," Kingga nampak kaget.

"Ini untuk memperlihatkan hasil latihan kalian selama aku berlibur kemarin, ini membuatku tahu siapa yang malas latihan," Sensei Tokaido memberikan tatapan tajam kepada Kingga.

"Mulai," Sensei Tokaido mengangkat tangannya.

"hey…tunggu aku belum siap."

Dengan sigap Shin langsung menjatuhkan Kingga. Nampak teman-temannya menertawakannya.

"Kingga…kau malas latihan lagi.."Sensei Tokaido menjitak kepala Kingga. Mereka pun kembali ke dalam barisan.

"Selanjutnya Asuka melawan Shirou."

"Apa!!!"Shirou terkejut.

Shin nampak membisiki Shirou, "semoga dia mengampuni nyawa mu."

Shirou nampak gemetaran didepan Asuka.

"Mulai," Sensei Tokaido memberi aba-aba.

Shirou langsung terjatuh terjungkal ditanah.

"Shirou, ternyata kau juga malas berlatih," Sensei Tokaido menjitak kepala Shirou. Shirou langsung terjatuh.

Shin terlihat menahan tawanya. Hingga Sensei Tokaido memanggilnya kembali.

"Shin apa kau berlatih selama liburan kemarin?"

Dengan bangga Shin menjawab, "tentu saja aku berlatih"

"Baguslah kalau begitu. Asuka, aku ingin kau bertarung lagi melawan Shin,"

"Sensei, bukankah Asuka baru saja bertarung melawan Shirou, mungkin saja dia masih lelah dengan pertarungan sebelumnya,"

"Jangan banyak alasan, cepat berdiri dan lawan aku!" Asuka mulai memasang kuda-kuda.

Shin langsung terkejut mendengar hal itu dia pun berdiri dan mendekati Asuka.

"Dengar Asuka, aku tidak seperti Shirou, aku tidak akan mengalah hanya karena kau…" Shin langsung terjatuh sebelum selesai berkata. Asuka pun berjalan meninggalkannya. "Wanita…" tambah Shin.

"Asuka, kau boleh kembali," seru Sensei Tokaido.

"Kingga, Shirou, Shin kalian akan kuberi hukuman, kau juga Ken."

Ken terkejut, "kenapa aku harus ikut?".

"Kau pikir aku tidak melihat mu, Kau telah memakan kue ku tadi pagi."

Ken hanya bisa terdiam mendengar perkataan Sensei Tokaido. Mereka pun dihukum berdiri sambil memikul ember air di tengah lapangan.

Waktu mulai menunjukkan sore hari, tiba saatnya para murid perguruan pulang ke asrama masing-masing. Sore itu seperti biasanya Asuka mampir ke gubuk Lily. Ia selalu berbincang bincang dengan Lily sehabis pulang latihan.

"Kau sudah datang kak?" gadis kecil itu tersenyum.

"Bagaimana kabar mu, Lily?"mendekati gadis itu.

"Baik," gadis itu kemudian nampak murung.

Angin mulai bertiup kencang, rambut Lily terkibas karena angin tersebut. Asuka duduk disamping Lily. Tiba-tiba saja Lily menangis dan kemudian memeluk Asuka dengan sangat erat. Asuka diam sejenak dengan tangan mengelus kepala anak itu.

"Sudah jangan menangis, apa yang membuatmu bersedih?" Asuka berkata dengan senyum diwajahnya.

"Aku teringat dengan keluargaku, waktu itu aku hanya bisa melihat mereka ditengah kobaran api bersama dengan para penjahat itu, aku sangat takut, aku berlari meninggalkan mereka, aku memang telah bersalah," Lily menangis tersedu-sedu.

"Itu bukan salahmu. Menurut ku itu adalah pilihan yang terbaik yang bisa kau lakukan saat itu," Asuka berkata dengan nada lembut. Betapa merana gadis di hadapannya itu.

"Kak kapankah aku bisa bertemu dengan mereka lagi?"

Asuka terkejut juga tiba-tiba dilontari pertanyaan seperti itu. Namun ia tetap mencoba menghibur Lily.

"Suatu saat nanti, kau pasti bisa bertemu mereka lagi suatu saat lagi," sambil terus mengelus rambut Lily.

Lily mengangkat kepalanya. "Kakak bolehkah aku bertanya satu hal".

"Ya tanyakan saja, tapi kau jangan bersedih lagi," Asuka menatap mata Lily dengan senyum di wajahnya.  Kemudian gadis kecil itu mengusap air matanya.

"Apa impian kakak".

Asuka diam sejenak. Lagi-lagi pertanyaan mengejutkan. "Kakak ingin bisa bertualang mengelilingi dunia ini, mencari hal-hal baru yang belum ku ketahui sebelumnya".

"Apa kakak akan meninggalkan ku," nampak serius.

Asuka terdiam lagi. "Aku tak akan pernah meninggalkan mu," jawab Asuka dengan wajah tersenyum.

"Berjanjilah!" kata Lily dengan wajah polos.

"Aku berjanji akan terus berada disamping mu," Asuka tersenyum.

"Terimakasih, baiklah aku akan berjuang hinga menjadi pendekar hebat seperti kakak," Kata Lily sambil memandang bulan.

"Jadi itu impian mu," Asuka tersenyum.

"Aku jadi malu," sambil menutupi wajahnya dengan tangannya. Kemudian mereka mulai tertawa bersama.

"Baiklah, sudah saatnya aku pulang," Asuka meninggalkan gadis itu.

"Kakak berhati-hatilah," kata Lily.

"Tenang saja," Asuka melanjutkan langkahnya.

Ditengah perjalanan ia berhenti sejenak dan memandang langit.

"Bintang yang indah," Asuka terdiam sesaat dan kemudian angin bertiup mengibaskan rambutnya.

"Dingin…" Asuka memegang erat kedua lengannya dan berjalan pulang.

Sampai di istana Asuka langsung berlari menuju ruang makan. Nampak Kingga dan orang tuanya tengah menunggunya.

"Kakak kau terlambat makan malam lagi," Kingga bersedekap.

"Maafkan kakak," Asuka segera duduk di kursi sebelah Kingga.

"Kakak kau membuat ku kelaparan menunggu kakak," Kingga kesal.

"Lalu kenapa tidak makan duluan?" Dengan wajah kesal.

"Aku tidak mau melihat mu makan sendirian?" Kingga memalingkan wajahnya.

"Benarkah? Dulu kau pernah bilang tidak mau makan jika tidak aku temani," Asuka tersenyum.

"Kakak jangan mengungkit masa lalu," Kingga lanjut menyantap makanannya.

Selesai makan Asuka dan Kingga berjalan menuju kamar mereka masing-masing. Kingga langsung beranjak tidur, tetapi Asuka tidak bisa tidur pada malam itu. Ia terus dihantui dengan firasat buruk.

Next chapter