1 The Police (Part 1)

💨The Police part 1💨

Cast :

- IPDA Diva Wijayanto (Anggota Polisi) Inspektur polisi dua

- AKP Raka Subrata (Anggota polisi) Ajun Komisaris Polisi

- Briptu Riri Cristiany (Anggota polisi)

- Briptu Tegar (Anggota Polisi )

- Bripda Deden (Anggota Polisi )

- Lily

- Profesor Rudi dan istrinya Nyonya Rudi

- Tio Prakoso (pelajar SMU Elite)

Panji, Tia, Yudi, Diki, Reza, Fanny (teman SMU Tio)

Familly's Diva

AKBP Wijayanto atau Yanto (daerah Sulawesi) #Ayah Diva

Familly's Tyo

AKBP Bima Prakoso #Ayah Tio/atasan Diva

Nyonya Prakoso# Ibu Tio

Cerita ini hanyalah sebuah imaginasi meskipun tak menutup kemungkinan terjadi dalam dunia nyata (apa yang kita anggap fiksi sebenarnya sudah banyak terjadi), jika ada kesamaan kisah, hanyalah faktor ketidaksengajaan.

***__***__***

Seorang gadis cilik menghampiriku, gadis itu memakai baju piama kedua tangannya memeluk boneka bukan boneka sih tapi bantal yang berbentuk beoneka,.

"Kakak --- kakak---Aku ta-kut--aku takut, teriak gadis cilik itu." Aku langsung memeluknya dan bertanya "Apa kau mimpi buruk lagi? tanyaku. Sambil menatapku gadis cilik itu mengangguk, aku tahu apa yang dia rasakan.

Sekarang kau tidur dengan kakak di sini? jadi kau jangan takut lagi ada kakak yang menjagamu di sini. Gadis cilik itu hanya mengangguk tak mengatakan apapun.

Kejadian yang sangat mengerikan, kedua orangtuanya meninggal di bunuh komplotan prampok, karena ayahnya ingin mempertahankan sesuatu entahlah aku tidak tahu. Ini suatu keajaiban gadis cilik itu tidak ikut terbunuh, karena gadis itu bersembunyi di dalam lemari, mungkin Tuhan masih melindungi gadis cilik itu.

Kalian pasti bertanya-tanya mengapa gadis itu sekarang berada di rumahku? Yap....ayahku membawa gadis cilik itu ke rumah ini. Ayahku adalah seorang polisi tepatnya Kepala Polisi, mungkin ayahku kasihan pada gadis cilik itu atau gadis itu memiliki kesamaan denganku. "Entahlah aku juga tidak mengerti!"

Ayah menceritakan semua kejadian yang dialami gadis cilik itu, miris sekali. Bayangan masa lalu itu kembali hadir dalam ingatanku, Ibuku! Sudah 12 tahun kejadian itu, aku berusaha untuk tegar dan menjalani hidupku dengan baik... Aku ingin memberikan kasih sayang pada gadis cilik itu Lily nama yang bagus tuhan telah memberikan malaikat kecil itu di keluargaku dia akan selalu kuanggap sebagai adik kandungku...Aku tidak ingin orang-orang yang aku sayangi meninggalkanku----

Mungkin suatu saat kebenaran itu akan terungkap--walau aku harus menunggu sampai seribu tahun lamanya Aku tahu...

Surabaya, Desember 12, 2012

Rumah mewah Profesor Rudi ayahnya Lily

Prov----Prof. Rudi

"Kalian berdua sembunyi disini, kata seorang pria pada istri dan anaknya. Sebuah ruangan yang khusus dibuat oleh profesor.

"Tapi bagaimana dengan Bapak? tanya sang istri cemas.

"Bapak akan urus semuanya...mereka segera datang, jaga ini! sambil memberikan sebuah kaset DVD ini sangat penting. Lily harus menjaga benda ini jangan di kasih sama orang jahat, kalau kau bertemu dengan polisi berikan benda itu....

"Baik, ayah---tapi ayah harus kembali...."

"Ayah, janji....."

dan profesor pun langsung menutup pintu dan mengunci ruangan tersebut, dengan sebuah kode rahasia....

sementara di luar rumah banyak orang yang memakai baju hitam-hitam lengkap dengan senjata mereka.... mereka adalah komplotan hitam yang ingin mengambil software itu.

"Rudi buka pintunya!!! kau tahukan kalau aku marah apapu aku bisa lakukan...Teriak seorang". Rudi pun langsung membuka pintu rumah

"Apa yang kau inginkan?

"Kau tahu kan apa yang aku inginkan, software itu..berikan padaku dan kau akan hidup dengan damai."

"Cuih....aku tidak sudi memberikan barang itu padamu, kau pasti akan menghancurkan dunia ini dengan software itu."

"Beraninya kau menghinaku, cepat seret dia"....teriak sang bos pada anak buahnya.

aku langsung mengeluarkan pistolku dan berusaha menembak bajingan itu tapi---anak buahnya terlalu banyak aku tidak bisa menguasai situasinya, terlalu berbahaya....

"Walaupun aku mati kau tidak akan mendapatkan barang itu, tanpa kode itu apapun yang kau buat tidak akan berguna". Teriak Rudi.

DIAAMMlah....

Sambil mengeluarkan pistol bos itu langung menembank profesor tiada ampun

DOR-DOR-DOR... 

Suara tembakan terdengar di ruangan itu

dan profesor langsung tergeletak tak bernyawa dengan luka tembakan yang sangat parah, darah segar mengalir di perutnya membasahi lantai...

"Aku akan mencarinya sendiri...kau sudah tidak berguna lagi profesor HaHaHaaaaa"

"Geledah semua ruangan ini cari benda itu sampai dapat...teriak sang bos"

"Baik...Bosss"

Di ruangan rahasia, tepatnya ruangan bawah tanah plus ruangan laboratorium milik profesor...

"Lily, dengarkan ibu kau harus hidup, ibu dan ayah sangat mencintaimu, jadi bila penjahat itu datang ke sini jangan bicara apapun, jangan menangis atau berteriak, mengerti"

"Tapi bagaimana dengan ibu?"

"Ibu akan di sini menjagamu, kau pasti kuat kau anak pintar"

"Aku mengerti, bu." Sambil mencium Lily lalu sang ibu menutup dinding itu dengan lemari, jadi dinding itu adalah kamar rahasia yang dibuat oleh profesor, agar suatu saat nanti kejadian genting apapun akan aman untuk bersembunyi.

"Bos, sepertinya di bawah ada ruangan tersembunyi, pasti mereka bersembunyi di sana. Ucap seorang anak buah.

"Bagus...pasti si jenius itu menyimpannya di sana....."

"Kau bisa memecahkan kode itu?

"Tentu saja! Berapa lama? 15menit

15 menit kemudian pintu itu bisa dibuka...masuk cari mereka....

"Hallo, nyonya apa kabar?"

"Kau---rupanya kau...."

"kau tahu apa yang terjadi pada suamimu---dia telah mati...hahahaha"

"Apa ? itu tidak mungkin?"

"Itulah kenyataannya nyonya, kalau anda memberikan barang itu kau akan selamat, menurutlah,,,,,,,"

"Aku tidak tahu barang apa yang kau maksud....?"

Karena istri profesor tidak mau memberitahukan dimana barang tersebut, akhirnya bos itu membunuh istri profesor dengan menusukan sebuah belati ke perutnya...Nyonya Rudi meninggal seketika karena kehabisan darah....

"Bagaimana bos,? barang itu tidak di temukan juga dan sekarang polisi sedang dalam perjalanan,"

"Sialan...polisi selalu saja ikut campur, kita pergi sekarang sebelum para polisi sialan itu datang."

Profesor Rudi

Prov End

Suara serine polisi telah terdengar di kediaman profesor Rudi, Ada yang memberi informasi bahwa komplotan hitam telah melakukan aksinya di daerah ini.....

"Pak, kita terlambat mereka telah membunuh penghuni rumah ini".

"lalu apa yang mereka cari?' tanya AKBP Yanto

"Padahal mereka tidak mengincar harta, aneh mungkin yang mereka cari bukan barang biasa, ada yang mencurigakan di bawah ada ruangan rahasia."

"Ayo kita ke ruangan itu pasti ada petunjuk". kata AKBP Yanto

Mereka pun pergi ke ruangan bawah, semua barang-barang di sana sudah berantakan...Pak Yanto sangat penasaran dengan lemari atau rak buku yang ada di sana, dia berjalan menghampiri rak buku tersebut dan memegang salah satu buku yang dibilang cukup tebal tersebut...sedetik kemudian, rak itu bergeser kesebelah kanan dan terlihat apa yang ada di dalamnya, seorang anak perempuan usia sekitar 5 tahunan lebih. Aku langsung menghampiri anak kecil itu.

"Halo, nak apa kabar, keluarlah jangan takut paman adalah polisi". kata AKBP yanto

tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibir gadis cilik itu, gadis itu hanya menuruti kata-kataku, langsung aku gendong gadis itu...tersirat ketakutan di wajahnya, pucat dan tegang, badannya dingin, dia tidak menangis dan tatapannya kosong.

"Pak lebih baik saya yang mengurus anak itu, akan saya bawa ke rumah sakit sekarang juga." kata seorang polisi wanita.

"Baik kuserahkan gadis itu padamu jaga dia baik-baik". Kata Pak Yanto

"Siap Pak".

Sambil menggendong gadis cilik itu polisi wanita itu membawanya ke dalam mobil, menuju rumah sakit...gadis cilik itu tertidur, dia tidak salah kenapa harus dia yang menerima beban yang sangat berat.

***___***___***

Di sebuah rumah sakit di kota surabaya sudah seminggu aku menjaga gadis itu, masih belum mau berbicara seperti orang bisu saja, aku tahu perasaannya sangat terguncang....aku langsung menelepon ayah...

"Ayah, bagaimana kalau gadis cilik itu tinggal bersama ku dirumah kita.

"Ayah pikir itu ide yang sangat bagus, besok ayah akan membeli tiket ke Jakarta, ayah juga akan kembali ke Jakarta".

"Syukurlah kalau ayah setuju dan tidak keberatan soal ini, tapi kalau ayah kembali, bagaimana dengan kasus yang ayah tangani".

"Tenang saja ayah percaya pada anak buah ayah, sepeti ayah percaya padamu Div".

"Diva ngerti kok, sudah dulu yah Diva mau belanja dulu untuk keperluan besok.

"Beye ayah".... "

"beye Diva".

***_____***_____***

Di kediaman Diva, pukul 20.10 WIB

Ting---Toong suara bel rumah itu berbungi.

"Tunggu sebentar!! siapa sih yang datang malam-malam begini." keluh Diva.

"Non---sudah biar bibi saja yang membukakan pintu...."

"Ok, bi aku nyiapin makan malam dulu...."

beberapa detik kemudian.

"Siapa bi?". tanyaku

"Aku"____ teriak laki-laki itu, Diva sudah tahu siapa yang datang karena teriakan itu.

"Raka? kenapa kau datang malam-malam begini?" kalau bertamu ucapkan salam.

"Assalamualaikum....

"Wa alaikum salam... "ah--aku tahu, pasti kau ingin makan gratis kan?" Sudah duduklah di meja makan dengan Lily.

"Lily, bagaimana kabarnya?" Tanya Raka.

"Baik-baik saja paman".

"Eh--eh kenapa kau memanggilku paman, apa aku kelihatan tua?"

"Memang kau kelihatan tua"__sindir Diva makannya cepatlah menikah___hahaha

"Sudah--sudah kalian mengeroyokku___

"Div, setelah makan aku ingin berbicara dengan mu.

"Baik, seperti biasa kan? urusan pekerjaan". Diva sudah bisa menebak maksud ucapan Raka.

"Mmm... ya, begitulah".

Setelah selesai makan malam, aku langsung menyuruh Lily pergi ke kamarnya untuk tidur sementara aku dan Raka pergi ke ruang kerja untuk membicarakan masalah pekerjaan____

"Masih belum ada pergerakan dari mereka?" Tanya Diva

"Ya, kulihat begitu, tapi aku telah mengerahkan anak buahku untuk menyelidiki komplotan itu!"

"Aku mengerti, cukup sulit untuk menangkap mereka, sepertinya mereka bukan komplotan biasa, mereka sangat profesional, mungkin ada yang mengalirkan dana untuk aksi yang mereka lakukan, seperti pembunuhan, perampokan, pengeboman, penculikan, dan masih banyak lagi sabotase yang mereka lakukan."

"Kita perlu hati-hati".

"Aku berpikir apa komplotan itu berhubungan dengan kematian kedua orang tua anak kecil itu?"

"Maksudmu Lily?" Diva mengangguk mengiakan perkataan Raka.

"Raka kau tahu apa yang aku temukan?"

"Apa, katakanlah?"

"Sudah lama aku ingin menceritakan hal ini, tapi kau selalu sibuk begitu pula dengan ayah aku tidak mengatakan hal ini___

"Apa ini hal yang penting?"

Sambil menghela napas dan berjalan ke sebuah lemari Diva membuka lemari itu dan mengambil sesuatu, sebuah kotak yang isinya kaset DVD.

"Apa itu?" tanya Raka penasaran.

" Kau akan kaget dengan isinya, mungkin benda ini yang mereka cari selama ini."

"Apa maksudmu?"

"Ini adalah sebuah software yang isinya kode rahasia, langsung saja kita lihat. (lalu Diva kembali ke meja dan memasukan DVD itu pada komputer kerjanya_____

"Apa ini ???___ Ini kan? kode untuk mengaktifkan roket/bom

(sejenis roket atoau bom atom____yang daya ledaknya melebihi bom atom yang diledakan pada perang dunia ke 2 di jepang tadinya Profesor itu membuat Roket untuk kepentingan IPTEK tapi hal itu di luar dugaan bosnya sangat serakah jadi roket itu di salah gunakan).

"Aku tidak percaya dengan hal ini, data-datanya sangat lengkap semuanya." Kenapa kau tidak memberitahu ayahmu?" Tanya Raka.

"Itu entahlah aku juga tidak tahu mungkin mereka masih mengintai anak itu dan mereka ingin mendapatkan kepingan DVD ini."

"Jadi apa yang harus kita lakukan?" Tanya Raka.

Diva tersenyum dan berkata : "Kita harus melindungi anak itu dan DVD ini".

"Caranya?" "Kita pikirkan besok di kantor."

"Div, hati-hati ini sangat berbahaya, kau jangan menyelidiki kasus ini sendirian, aku selalu ada untukmu, membantumu..."

"Aku tahu itu, terimakasih Ka...."

🍁🍁🍁

Mabespolri (Markas Besar Polisi Metro Jaya)

Pukul 07.30 WIB

***____***____***

" Selamat pagi, Pak Komandan".

"Selamat Pagi Ipda Diva Wijayanto silahkan duduk__ada yang ingin aku bicarakan.

"Maaf, Pak tentang pekerjaan apapun saya siap."

"Ini bukan pekerjaan yang seperti biasanya."

"Maksud Bapak, saya tidak mengerti?"

"Jadi begini saya mempunyai anak laki-laki yang sulit di atur dan sering tawuran ___anak berandalan itu___dan aku ingin kau mengawasinya, itu juga kalau kau tidak keberatan."

"Kenapa harus saya Pak?"

"Usiamu sama dengannya___itu akan mempermudah mengawasi anak itu, sekaligus kau bertugas menyelidiki para pelajar SMU yang terlibat narkoba, genk motor dan kejahatan yang dilakukan pelajar___

"Saya jadi mata-mata sekaligus bodyguard bagi anak bapak?"

"Bagus kau sudah mengerti, jadi kau menyamar menjadi pelajar SMU dan dekatilah anakku itu."

"Baik Pak aku terima tugas ini, saya berjanji akan menjalankan misi ini dengan baik."

"Bagus kalau begitu, bersiaplah besok, semua administrasi sedang di urus___

"Siap, Pak Komandan saya mengerti."

"Kau boleh pergi, (sebelum pergi Diva memberi hormat pada atasannya itu)

Diva berpikir mungkin Ayahnya turut ikut campur masalah ini, karena atasannya berteman baik dengan ayahnya Diva, "Kenapa aku harus menjadi pelajar SMU lagi, ini benar-benar aahh...aku tidak habis pikir."

"Hey, kau kenapa kesal begitu?" Tanya Raka

Oh, kau hormat Pak Ajun Komisaris Polisi Raka Subrata, aku tahu kalau tugas yang akan aku jalani ini sangat aneh, Menjaga Pelajar SMU, memangnya aku babysister, tidak seperti biasanya atasan tidak memberiku pekerjaan berat atau berbahaya.

"Oh, karena hal ini kau jadi murung, anggap saja ini refressing sebelum menjalankan misi yang berbahaya".

"Kau jangan meledekku..."

"Tidak, aku bukan meledekmu aku tahu kalau dirimu itu bisa menjalankan misi ini dengan baik."

'Terima kasih, Ka kau selalu menghiburku, Raka kalau ada pergerakan tentang komplotan itu kau harus cepat hibungi aku____"

Di ruangan Diva.....terdenganr suara seseorang mengetuk pintu Tok-tok-tok

"Siapa? Masuklah !"

"Hormat ___ Bu, ini file dari Bapak AKBP Bima."

"Simpanlah di atas meja, terima kasih'.

"Sama-sama, Bu".

Diva langsung menyambar file yang diberikan anak buahnya. Anak berandalan sangat menarik, Diva tersenyum, katanya anak itu susah diatur, keras kepala, seenaknya, selalu menindas temannya, selalu tawuran. "Wah, banyak sekali schedule anak ini." gumam Diva

Jam sudah menunjukan pukul 12.30 siang waktunya untuk makan siang, Raka bergegar ke ruangan Diva, untuk mengajaknya makan siang, terlihat di jendela kaca Diva sedang sibuk dengan laptopnya....

"Diva, kau ada waktu?

"Aku sibuk mengerjakan data-data ini, mungkin aku akan lembur."

"Jangan terlalu keras bekerja, besok kau harus pergi ke sekolah."

"Benar juga, aku lapar kita kekantin yuk?"Ajak Diva

"Oke___Inspektur Diva

di kantin Kepolisian

"Bagaimana dengan pekerjaanmu?" tanya Diva

"Aku lusa harus ke Makasar, kau tahu kan di sana sering terjadi kerusuhan, belum lagi teror bom dan teroris."

"Densus 88 telah menemukan beberapa terduga teroris di beberapa tempat_____ mungkin masih banyak tempat yeng belum terhembus oleh anggota kita_____masih dalam pencarian.

"Bagaimana kabar ayahmu?" Tanya Raka.

"Ayah sedang tugas di Sulawesi, yah biasa dia paling pulang ke sini pas libur atau bebas tugas."

"Lalu keluargamu bagaimana, Ka?" Tanya Diva.

"Mereka masih liburan di luar negeri, sekarang mereka sedang berada di Eropa tepatnya di kota Paris____ melupakan anaknya ini".

"Div, besok aku antar ke sekolah ya?"

"Dengan mobil polisimu? ga deh lebih baik aku pake sepeda saja, lebih sehat".

"Eh, jangan menghina mobil dinasku, kau juga punya tapi kau ga mau menerimanya iya kan?"

"Dasar paman___paman___paman ."

"Mulai lagi--mulailagi? "Bercanda, Raka".

🍀🍀🍀

Hari ini hari Kamis, Diva telah bangun dari jam lima pagi karena hari ini Diva pertama kali masuk sekolah, huh pertamakali? demi menjalankan tugas yang diberikan atasannya Diva rela menyamar menjadi seorang pelajar.

"Li, kau sudah bangun?"

"Tentu saja kak aku sudah siap untuk sekolah., kakak pake seragam aneh banget mana seragam dinas kakak?" Tanya Lily.

"Itu__ ntar kakak ceritakan deh, kita sarapan dulu, jangan lupa bawa bekal makanan."

Sudah menjadi kebiasaan Diva selalu menyuruh Lily membawa bekal, yah supaya higienis tidak jajan sembarangan yang membuat perut kita sakit.

"Siap, bupolisi."

"Lily, sekarang kakak tidak mengantarmu ke sekolah, kau pergi dengan mang Didin saja.

"Tidak apa-apa kak, tapi kakak berangkat pake apa?"

"Sepeda..........

"Kenapa tidak pake motor matic saja?"

"Lagi pula sekolah kakak dekat kan, jadi lebih sehat dengan sepeda".

"Kalau begitu terserah kakak saja".

Setelah selesai sarapan mereka berdua berangkat ke sekolah dengan kendaraan yang berbeda.

Dua puluh menit menit kemudian sampailah Diva di depan gerbang sekolah Elite, untunglah waktunya tepat, maklum di Jakarta itu sarapannya macet dan macet, Diva langsung masuk dan memarkirkan sepedanya dulu, tentu saja hanya Diva yang membawa sepeda mereka semua memakai mobil ataupun motor____ sangat mencolok sekali diantara puluhan motor dan mobil hanya aku yang memakai sepeda....Akupun langsung bergegas pergi dari area parkir menuju ruangan kepala sekolah, di ruangan kepala sekolah aku sudah di sambut oleh beliau, tentu saja beliau (kepala sekolah) sudah tahu siapa sebenarnya diriku yang sedang menyamar, Tidak lupa Kepala sekolah memperkenalkanku pada wali kelas-ku.

"Ayo ikut denganku ke kelas". Kata Bu Dewi (Wali kelas-ku)

"Baik, Bu..."

"Kau, pindahan dari surabaya?"Tanya Bu Dewi

"Iya, Bu..."

Seorang guru memasuki sebuah kelas. Di belakang guru itu, berjalan seorang siswi. Ia berdiri di depan kelas menatap tenang pada seluruh penghuni kelas yang kini perhatian mereka sedang terfokus padanya.

Fokus semua siswa kembali pada guru yang berdiri di depan kelas.

"Semuanya—hari ini kalian mendapat teman baru" kata Bu Dewi "Dia murid  pindahan dari Surabaya"

"Apa kabar? Aku, Diva Wijayanto" gadis berpotongan rambut pendek itu menunduk pelan. Memperkenalkan dirinya.

Setelah cukup untuk pertemuan awal dengan teman-teman barunya. Gadis itu segera menuju ke tempat duduk yang ditunjukkan padanya.

Gadis manis dengan raut wajahnya yang terlihat tenang, Diva Wijayanto, hanya duduk termenung. Sesekali matanya mengawasi kumpulan murid laki-laki yang duduk tak jauh darinya—mereka terus memandangi Diva Wijayanto.

Tentunya mereka tak mengira jika siswa baru di kelas mereka bukanlah seorang gadis biasa. Diva Wijayanto, Perwira Pertama dengan pangkat Inspektur Polisi dua (Ipda). Saat ini usianya masih 20 tahun.

Pertanyaannya, mengapa Diva adalah seorang Perwira Polisi disaat gadis-gadis seusianya masih mengenyam pendidikan bangku sekolah ?

Tentu, karena bangku pendidikan hanyalah sebuah formalitas bagi gadis itu. Seorang jenius yang banyak menangani kasus apapun seperti penculikan, pengeboman, terorisme, pembunuhan berantai dan banyak lagi kasus yang ditanganinya, juga membobol kode rahasia keamanan saat dirinya masih berumur 7 tahun. Dia direkrut secara khusus oleh Kepolisian.

Diva tergabung dalam pasukan elite (semacam Densus 88/ BIN/Pansus AD) yang dibentuk dan dilatih untuk melakukan misi perang non konvensional, anti teroris, pengintaian, aksi langsung dan pertahanan luar negeri. Dia sangat terlatih dan dipersenjatai oleh senjata khusus karena tugas anggota pasukan elit yang selalu dilakukan secara diam-diam dan berhubungan dengan informasi rahasia.

Diva pernah berada di garis depan saat Indonesia mengirimnya ke Afganistan—gadis itu adalah sniper. Ia cukup disegani oleh teman-teman seprofesinya. Walaupun Diva menjadi perwira polisi tapi tetap saja dia selalu di perlukan oleh militer AD (Angkatan darat) untuk mengadakan pelatihan-pelatihan bagi perwira-berwira baru.

Dulu sebelum Diva masuk menjadi anggota polisi, Diva dilatih oleh seorang kapten Angkatan Darat. Kapten Wiguna Yuda, beliau yang melihat kemampuan Diva yang sangat mengagumkan, setelah 2 tahun dilatih di Kamp AD Diva di ambil oleh ayahnya yang waktu itu masih berpangkat Inpektur Polisi...Diva di tempatkan di Tim Penjinak Bom (Gegana) Diva dilatih disana untuk menjadi anggota khusus selama 4 tahun dan selama 4 tahun itu juga Diva menjalankan misi yang sangat berbahaya.....

"Sekarang tes tertulis".

"Taa-pii Buu kami belum siap!"

"Sudah, jangan banyak protes lagi! Diva, kau boleh tidak mengikuti tes ini bila kau mau?"

"Aku akan mencoba mengerjakannya".

"Bagus, sekarang Rama bagikan kertas ini pada teman-temanmu! Perintah Bu Dewi pada seorang siswa sepertinya ketua kelas di sini.

"Baik, Bu".

"Kerjakan soal matematika itu dengan benar".

"Selamat pagi Buu---teriak seseorang

"Kau lagi, Tio kau selalu kesiangan!"

"Biasa Bu macet, dijalan ada tawuran."

"Sudah sana duduk."

"Makasih Buu"

"Dasar, berandalan tidak sopan, tidak disiplin". gumam Diva.

"Tio, loe tawuran lagi?" tanya Panji

"Biasa ada biang kerok yang berani nantang gue."

"Terus itu wajah loe babak belur hahah, apa situasinya parah banget?"

"Sialan hari ini gue apes banget ketuanya turun tangan sendiri"

"Untung loe masih hidup, coba kalau ga gue ga tau siapa lagi yang akan membela genk kita."

"Sialan loe ji, loe nympahin gue mati?"

"Bercanda bro....jangan di masukin ke hati dong."

"Eh, siapa dia?"

"Mana? Oh yang duduk di deket jendela pindahan sekolah dari surabaya namanya Diva Wijayanto". Jelas Panji

"Cantik?"

"Apa cantik? loe ingin main-main dengan gadis itu?"

"Kita taruhan gimana?"

"Ok! jadiin dia pacar loe gimana? Kalo kalah motor loe buat gue?"

"Setuju dil, sebaliknya kalo gue menang motor loe juga buat gue...

"OK!" Loe ga ngisi tes itu? tanya Panji

"Buat apa ga ngaruh" jawab Tio enteng.

"Sudah 30 menit kumpulkan jawaban kalian". kata Bu Dewi

Diva mengambil headset ponselnya dan memasang headset itu di telinganya.

"Ipda Diva bagaimana kondisi di sana?"

"Aman terkendali komandan, tapi anak itu telat masuk".

"Memang selalu begitu anak nakal itu selalu telat masuk karena tawuran".

"Awasi terus anak itu, aku berharap banyak padamu, Diva.

"Baik Pak aku mengerti".

Sepertinya gadis itu selalu melihat gue, apa itu perasaan gue aja. pikir Tio.

"Loe ngomong apa?" tanya Panji. "Ah, ngga apa-apa!"

Bel berbunyi panjang menandakan jam istirahat telah tiba. Semua murid beringsut dari tempat duduk mereka, meninggalkan kelas.

Lalu Tio menghampiri Diva, untuk berkenalan dengan gadis itu.

"Hai, kita belum kenalan kan? nama gue Tio loe Diva kan?"

"Udah tau nanya?" jawab Diva ketus.

"Loe ga tahu siapa gue?"

"Ah, ya seorang anak dari seorang ayah pejabat polisi AKBP Bima Prakoso".

"Loe, tahu dari mana tentang gue? haha... ternyata gue terkenal.

"Ya, terkenal dengan kenakalannya___dasar berandal".

"Apa yang loe ucapkan tadi?"

"Loe pasti tuli!"

"Hahaha anak ini berani sekali, lihat aja loe bakal nysel karena loe pernah menghina gue.

Sambil tetap membaca buku Diva berkata "Gue ga takut amcaman loe!"

"Ah, bocah ini bener-bener kalao dia cowo udah gue bejek-bejek jadi perkedel".

Semua siswa menatap Diva heran dan juga takut melihat Tio yang sedang marah karena di remehkan seorang cewe. Tio langsung keluar kelas dengan wajah yang merah tentu saja marah, tidak tahu apa yang akan dirinya lakukan pada gadis sialan itu...

🍀🍀🍀

Diva memasuki salah satu ruang kecil di dalam toilet wanita. Ia duduk beberapa saat di dalam toilet itu. Suara langkah kaki beberapa orang terdengar memasuki toilet. Diva membersihkan diri dan keluar dari kamar kecil itu.

BYUR..

Saat membuka pintu, Diva disambut dengan guyuran air di seluruh badannya. Gadis itu mematung. Ia menatapi kumpulan pria, kurang lebih empat sampai lima orang. Mereka berdiri menghadang Diva. Raut wajah mereka sangat tidak bersahabat.

"Ada apa?" tanya Diva

"Perlukah kami memperkenalkan diri?"

Mereka tersenyum sinis.

"Apa mau kalian?"

"Minta maaf pada bos kami?"

"Itu tidak mungkin terjadi".

dan perkelahian itu terjadi, tentu saja dengan kelihaian Diva yang memiliki kemampuan ilmu beladiri di atas rata-rata, sangat mudah sekali bagi Diva untuk mengalahkan pria-pria itu, semuanya babak belur begitu juga Diva karena Diva hanya seorang diri menangani mereka berlima, bibirnya sempat berdarah karena pukulan seorang di antara pria-pria itu

"Ah, sialan anak berandalan itu, awas akan aku balas dia, memalukan sekali, untungnya di tas Diva masih menyimpan jeketnya.

Diva langsung pergi ke kelas mencari Tio, ternyata dia tidak ada kemudian Diva bertanya kepada seorang siswa dimana tempat nongkrongnya genk Tio.

Kau langsung bergegas ke kantin dan menghampiri Tio dengan seragam basah kuyup, dan tapa babibu...

BUG-BUG kulayangkan pukulan dan tinjuan di wajah dan perutnya.

"Rasakan itu, hah". Tio pun meringis kesakitan karena pukulanku, aku langsung pergi dari tempat itu dan kembali ke kelasku, duduk di bangkuku dan mengambil jeket dari tasku lalu memakainya. "Aku tidak ingin sakit gara-gara hal sepele seperti ini. Tiba-tiba ponsel Diva berbunyi terlihat di layar kaca ponselnya "Komandan". gumam Diva.

"Ada pergerakan lagi tentang komplotan itu___tinggalkan sekolah dan cepat ke markas segera"."Baik, Komandan tapi anak itu?" "Tenang saja tidak akan terjadi apa-apa dengannya__ "Aku sudah mengirim anak buahku ke sekolahmu untuk menjemputmu. "Baik Pak".

Gadis itu mau kemana, pelajaran belum selesai. "hey, loe mau kemana? kabur?" tanya Tio.

"Jangan campuri urusan gue?" Aku pun langsung bergegas keluar kelas sambil menggendong tas, aku tahu pasti Tio mengikutiku. Seorang laki-laki berpakaian polisi lengkap tengah menungguku di pos penjaga keamanan, laki-laki itu memberi hormat padaku karena pangkatnya di bawahku, lalu membawaku ke dalam mobil dinas kepolisian

"Bagaimana situasinya?"

"Bom itu ada di sebuah mall daerah Jakarta Selatan, mereka juga mengirim selembar kertas sepertinya teka-teki".

"Waktu kita tidak banyak, kita harus cepat bergerak, langsung ke TKP pasti Komandan setelah menunggu di sana."

"Baik, Bu". ucap bawahannya itu.

🍀🍀🍀

"Gue gak nyangka pukulannya kuat banget, sampe-sampe gigi gue terasa mau copot, apalagi perut sakit banget", gadis yang aneh, kuat, dan misterius. kenapa gadis itu pergi begitu saja padahal pelajaran belum berakhir dan tadi aku melihatnya dengan seorang polisi yang sedang menunggunya di pos keamanan. jangan-jangan dia penjahat, atau mungkin pencuri.

"Loe kenapa lagi Tio, mikirin cewe itu lagi kan?" menurut gue cewe itu aneh, misterius tatapannya itu tajam seperti___ apa yah? pokonya dia cantik.

"Ha--cantik, mata loe katarak ya ji?"

"Emang bener tanya aja sama yudi dan Diki".

"Betul--betul itu tidak diragukan lagi..."

🍀🍀🍀

Sebuah Mall Bernama x yang terletak di daerah Jakarta

pukul 11.00 Wib.

"Hormat Pak." Diva memberi hormat pada atasannya itu.

"Syukurlah kau sudah datang, kau bisa menjinakan bom itu?"

"Saya usahakan, sekarang dimana letak bom itu?"

"Ditempat parkir."

"Aku harus memastikan jenis bom itu".

Seluruh orang telah di evakuasi agar pekerjaan polisi untuk menjinakan bom ini dapat berjalan dengan baik dan lancar.....

"Hati-hati Diva." kata atasannya, Divapun mengangguk dan langsung pergi ke dalam (ke area parkir) bawah tanah, di sana sudah bayak polisi dan tim gegana yang sedang menjinakan bom tersebut. "Siang Pak saya Ipda Diva, ada berapa bom yang ada di sini?" tanya Diva.

"Jumlahnya ada tiga, yang satu sudah di jinakan oleh seorang anggota kami."

"Jadi tinggal dua lagi, jenis bomnya?"

dengan hati-hati Diva membuka tutup bom itu, di sana ada kabel warna serta jam wekker yang terus berdetak mengejar waktu, dengan hati-hati Diva meraba kabe itu dan memotonng dua kabel secara bersamaan sedetik kemudian suara jam berhenti berdetak___ akhirnya Diva bisa menjinakan bom itu.

"Bagaimana dengan bom yang satunya lagi?" tanya Diva pada petugas.

"Sedang di jinakkan oleh petugas kami." "Apa waktunya cukup?" tanya Diva kembali.

"20 menit lagi, tapi petugas belum bisa menjinakkannya".

"A--pa, kita tidak punya waktu lagi? "Tapi Inspektur bom itu tertanam di bawah lantai dan kabelnya?

"Apa semua orang telah di evakuasi, aku takut ada seseorang yang belum di evakuasi."

Diva menahan nafasnya dan menghembuskanya kembali, keringat dingin bercucuran di pelipisnya dia tetap berusaha tenang , jantungnya masih tidak terkontrol. "Kamu harus tenang Diva", Diva langsung menyusuri kabel itu, sebuah mobi sedan "Buka bagasi mobil itu!" teriak Diva, benar dugaan Diva bom itu menyatu dengan mobil, bisa gawat kalau bom ini tidak sempat di jinakan. Diva meneliti kabel-kabel yang ada di dalam bagasi itu, ketegangan menghiasi ruangan parkir itu."

"Diva kau mampu menjinakannya?" tanya atasannya

"Akan aku usahakan, pak" jawab Diva pada alat pendengarnya.

Diva teringat tentang kode itu, kabel warna merah dan hijau harus di potong, dan waktu yang tersisa 3 menit lagi, dan Diva memotong kabet itu sambil menutup mata... Krek tapi____ kenapa? angka itu belum berhenti... 2 menit... 1menit..... Diva pun teriak pada semuanya

"Tinggalkan area ini, Bom tidak bisa di jinakkan... semua petugas berhamburan keluar menyelamatkan diri dari area parkir, dan sedetik kemudian terdengar bunyi ledakan yang sangat keras...bunyi bom itu

Akkkhhhaaaaaa

DiiiiivaaaAAAA teriak Pak Bima........

Apakah yang akan terjadi pada Diva? apakah Diva selamat.......

~TBC~

avataravatar
Next chapter