webnovel

Bab 15 - Pertemuan

Unedited

Jam tangan yang dipakai Brandon sudah menunjukan pukul tujuh malam. Brandon akhirnya mengakhiri sesi latihan mereka hari ini. Sebelum teman-temannya itu pulang ke tempat tinggal mereka masing-masing, Brandon mengajak mereka makan malam bersama di tempat biasa mereka makan.

Hal yang ingin dikatakan Brandon akan membuat Angga, Ferrel dan Daniel tercengang. Brandon sudah tidak sabar ingin melihat ekspresi ketiga sahabatnya itu. Memikirkan reaksi mereka saja sudah bisa membuat Brandon tersenyum sendiri.

"Lo kenapa senyam-senyum sendiri? Ke bentur dimana kepala elo tadi?" ucap Daniel yang tempat duduknya berhadapan dengan Brandon. Angga duduk di samping Brandon dan Ferrel duduk di samping Daniel. Mereka berempat sekarang sedang menunggu makanan pesanan mereka.

"He, gue baru sadar, Dan. Muka elo kalo dilihat dari arah dekat ternyata ganteng juga" Canda Brandon. Ferrel dan Angga langsung tertawa begitu mendengar apa yang di katakan Brandon.

"Waduh, elo rabun jauh ya? udah dari dulu kali muka gue ganteng begini. Muka Adam Levine mah kalah sama muka gue" balas Daniel lebih membuat Brandon cs tertawa, "Sialan, gak percaya mereka. Diem nggak elo semua. Kalo lo pada nggak diem, gue bongkar kejelekan lo semua disini. Diem elo, Ga. Muka aja kalah tampan sama muka gue, pake ikut ngetawain segala" Brandon dan Ferrel tertawa semakin keras.

"A*jing lo, Dan. Jangan samain muka gue sama muka elo dong" balas Angga bercanda, "Yang di bawah elo itu mah, Ferrel bukan gue"

"Gak baik bohong, Ga. Muka gue ini paling tampan dari antara kita berempat" ucap Ferrel menepis perkataan Angga.

"Terus yang kedua siapa?" tanya Daniel mengikuti pembicaraan Daniel.

Daniel memberikan senyum manisnya sambil mengerjapkan kedua matanya. Sedangkan Angga tersenyum imut, menunjuk kedua pipinya. Dan Brandon hanya menatap mereka bertiga tanpa ekspresi.

"Yang kedua?" Ferrel pura-pura serius memperhatikan wajah mereka bertiga, "Yang kedua, Brandon"

"Tch" Brandon berdecak tidak percaya tapi setengah tersenyum.

"Gue gak terima"

"Kok Brandon?"

Angga dan Daniel menyuarakan ke tidak setujuan mereka secara bersamaan.

"Lah, inikan menurut gue. Gak terima? ya sudah" balas Ferrel malas tersenyum mengejek.

"Terus yang ketiga siapa?" ucap Brandon pura-pura penasaran.

"Ketiga, Sorry, Ga. Daniel" Angga mengumpat sedangkan Daniel bersorak kegirangan.

Brandon menggelengkan kepala, merasa lucu. Dia tahu Ferrel hanya bercanda. Dan dia tahu juga Angga dan Daniel, tahu.

Mereka berempat itu memiliki karakteristik wajah yang berbeda-beda. Tapi semua sadar bahwa mereka memiliki wajah yang tampan.

Dari mereka berempat Angga adalah The brain, otak mereka. Kalau mereka sedang mengalami masalah, Angga-lah yang pertama selalu dicari mereka.

Sementara posisi Daniel adalah The Joker. Daniel suka sekali melucu tapi terkadang ceritanya itu tidak selucu apa yang di pikirnya.

Sedangkan Ferrel, dia merupakan leader dari mereka semua. Walaupun umur mereka sama tetapi cara berpikir, bersikap dan tingkah laku Ferrel tidaklah seperti mereka bertiga. Ferrel lebih dewasa daripada mereka.

Terakhir Brandon, dia adalah The face, The Visual dari The Storm.

Walaupun sadar mereka berempat tampan, tapi bukanya dia sombong, tapi wajah Brandon itu, sedikit, hanya sedikit, lebih tampan dari ketiga temannya itu. Mungkin karena wajahnya yang sedikit blasteran.

Padahal dalam keluarganya dia tidak memiliki orang yang mempunyai darah dari luar Indonesia. Brandon sendiri tidak mengerti kenapa dia sampai terlihat blasteran.

Mungkin gue anak pungut kali yaa. Ucap Brandon bercanda dalam hati.

**********

Melihat teman-temannya semua sudah selesai makan, Brandon pun memutuskan untuk mengatakannya sekarang.

Baru saja Brandon akan mengatakan berita besar itu, ponsel yang ada di kantung celananya berbunyi. Begitu melihat Sarah mengirimkan-nya pesan, senyum kecil langsung menghiasi wajah tampannya.

Brandon setengah kaget karena Sarah mengirimkannya sebuah pesan. Sungguh tidak biasa. Brandon lalu membuka isi pesan tersebut. Dia menyipitkan matanya begitu membaca pesan dari Sarah. Sarah mengatakan bahwa orangtua Sarah ingin bertemu dengannya.

Orangtua Sarah pengen ketemu gue? Apa gue siap? Apa gue sudah bener-benar siap untuk menikah?

Brandon bertanya dalam hatinya. Nyalinya sempat ciut ketika membaca pesan Sarah. Brandon kembali memikirkan semuanya yang terjadi.

Senyum mulai terbentuk lagi di sudut bibir Brandon.

Yep. Gue siap. Gue siap kalau yang jadi istri gue adalah Sarah. Gue siap jadi Ayah yang baik buat anak gue dan Sarah.

Dia kemudian membalas pesan Sarah dengan mengatakan bahwa dia akan bertemu dengan orang tua Sarah. Dia juga menanyakan kapan dan dimana mereka akan bertemu dengan orangtua Sarah. Sarah membalasnya dengan cepat tentang tempat dan waktu mereka akan bertemu dengan orangtua Sarah. Brandon lalu memasukan ponselnya kembali ketika selesai membalas pesan Sarah.

What a day !

Ternyata pandangan Angga, Daniel dan Ferrel dari tadi tertuju pada Brandon. Ketika dia mengangkat kepalanya, mata ketiga temannya itu sedang memperhatikannya dengan serius dan penasaran.

Brandon menarik nafas panjang dan menghembuskannya pelan, "Gue mau married" Tiga kata itu membuat teman-temannya menatapnya dengan mata terbuka lebar. Daniel bahkan sampai tersedak minumannya, karena terkejut

"What?"

"Serius?" Ucap Angga dan Ferrel bersamaan.

"Elo nggak sakit-kan, Brand?" Tanya Angga terlihat tidak percaya akan perkataan Brandon.

"Gue nggak sakit dan gue serius" Jelas Brandon dengan wajah yang super serius. Angga dan Daniel menatapnya dengan tidak percaya.

"Sama siapa?" Hanya Ferrel-lah yang sepertinya percaya dengan ucapan Brandon. Dia tahu cuma Ferrel yang akan percaya kepadanya. Percaya akan ucapannya itu.

"Sarah" Brandon mengatakan nama Sarah dengan tegas.

"Sarah siapa?" Tanya Angga dan Daniel secara beraamaan. Mereka berdua kemudian saling menatap "Elo ngikutin gue" Tambah mereka bersamaan lagi. Angga dan Daniel kemudian mulai menertawakan perbuatan mereka sendiri. Ferrel tersenyum melihat sikap dari Angga dan Daniel.

"Sarah yang di restoran kemarin"

Brandon sempat melihat bahwa mata mereka bertiga kembali terbuka lebar ketika Brandon mengatakan tentang kejadian kemarin. Akhirnya mereka bertiga hanya mengangguk mengerti.

Brandon tidak menjelaskan kondisi keadaan Sarah saat ini pada mereka. Mereka juga tidak bertanya kenapa Brandon akan menikah. Mereka menghargai privasi Brandon. Kalau Brandon ingin mengatakannya, dia akan mengatakannya, kalau dia tidak mau, mereka juga mengerti.

Teman-temannya itu pun memberikan ucapan selamat kepada Brandon. Mereka juga ingin bertemu dengan Sarah, orang yang akan di nikahi Brandon. Mereka ingin mengenal Sarah sebelum Brandon menikah dengan Sarah. Dan sudah pasti mereka sangat penasaran dengan sosok Sarah.

Brandon berharap bahwa mereka akan menerima Sarah dan memperlakukan Sarah dan anak yang ada didalam kandungan Sarah dengan baik.

******

Next chapter