2 2. Hugo Halbert

Malam itu aku tak bisa tertidur, aku bangun dan mengelilingi mansion dan melihat-lihat. Aku menuju taman dan duduk dipinggir bangku taman sambil menarik nafas dalam-dalam mencoba menghirup udara malam yang terasa segar. Aku rindu ayah dan ibu ku. Aku harap semua nya segera membaik. Aku ingin sekali membantu, tapi aku tak bisa apa-apa. Dan disini aku malah semakin merepotkan nenek.

Aku harus bekerja dan membantu perekonomian keluarga ku, tapi setelah lulus aku tak pernah sama sekali bekerja. Hidupku dulu terasa gampang terutam menghabiskan uang dalam semalam.

Apa yang harus ku lakukan?

Pagi nya aku putuskan menceritakan semua niat ku pada nenek, dia tersanjung dengan tujuan ku. Dia bilang niat ku ini sangat mulia. Dia juga mengijinkan ku untuk melamar kerja, namun disitu masalah nya. Aku terlalu takut.

Nenek berfikir sebentar hingga akhirnya dia bicara, "Bagaimana kalau kau bekerja saja di Halbert Corp?"

Aku mengerutkan dahi ku, "Halbert Corp?" Kenapa nama itu tak terasa asing ditelinga ku.

Nenek ku tertawa pelan, "Hugo Halbert?" Kata nya mencoba mengingatkan ku.

"Nenek mau aku bekerja disana?" Kata ku tak percaya, "Ya ampun nenek, aku sudah lama tak bertemu dengan nya." Kata ku lagi.

"Kalian kan berteman sejak kecil, jadi kenapa tidak?"

Mendengar nama nya saja aku sudah bergetaran, kemarin aku melakukan research tentang nya.

Hugo Halbert, pengusaha muda yang baru saja menjabat sebagai CEO menggantikan ayah nya yang sudah pensiun. Hugo terkenal dengan sikap nya yang dermawan dan baik pada semua orang. Tak jarang setiap wanita mengincar nya.

Aku juga baru tau kalau dia bekerja sama dengan perusahaan ayah ku, tapi selama ini aku tak pernah mengetahui nya. Ya, karena hidupku hanya untuk bersenang-senang.

"Ayo, tunggu apa lagi? Bersiaplah, kita kesana." Kata nenek ku yang kemudian masuk ke kamar nya untuk bersiap-siap.

Aku pejamkan mata ku, sebelum akhirnya bersiap juga. Aku ikat rambut ku dengan tinggi, aku pakai riasan wajah yang simple, aku juga mengenakan kemeja putih panjang ku dengan perpaduan rok span pendek. Kemudian aku ambil sepatu hak ku dan mengenakan nya.

Aku ambil tas ku dan mengisi nya dengan beberapa surat penting, takut dibutuhkan saat disana.

"Astaga, aku lupa kalau cucu ku ini sangat cantik." Celoteh nenek, membuat ku semakin percaya diri.

Selama perjalanan nenek menceritakan padaku tentang bagaimana Hugo. Dia memberi tahu ku bahwa Hugo masih sering mengunjungi nenek, juga menanyai kabar nya. Aku tak tau kalau Hugo sepeduli itu.

Nenek juga bilang kalau Hugo sudah beberapa kali membantu perusahaan ayah ku. Wow, nenek benar-benar mencoba membuat ku menyukai Hugo. Seperti nya dia lelaki yang baik.

Sesampai nya disana, mulut ku terbuka lebar. Takjub.

Ayahku juga memiliki banyak perusahaan besar, tapi tak pernah ku lihat yang sebesar dan semewah ini. Mata ku terus memandang sekeliling, perlahan berjalan masuk ke dalam.

Kami menuju resepsionis, menanyai apakah Tuan Halbert punya waktu. Tapi hanya dengan menyebut nama nenek ku, resepsionis itu langsung memperbolehkan kami menemui Hugo.

Kami menaiki lift menuju ke lantai paling atas, dimana ruangan Hugo berada. Aku terus melihat semua nya melalui lift kaca yang trasnparan. Kantor ini mewah sekali.

Setiba nya kami dilantai atas, aku melihat beberapa pelamar. Ada yang sibuk menunggu, ada juga yang keluar dengan air mata. Inilah yang membuat ku khawatir.

Nenek ku segera berjalan masuk dan menemui beberapa pekerja yang menjaga tepat didepan pintu ruangan.

"Nyonya Odelia? Tuan Halbert sudah menunggu mu." Nenek ku tersenyum.

Beberapa pekerja mengisyaratkan bahwa hari itu interview diberhentikan sementara. Aku dan nenek pun langsung melangkah masuk. Semua mata tak ada henti nya menatap ku, ada juga yang berbisik. Aku tak tau kenapa.

"Hugo." Panggilan nenek ku, membuat laki-laki dihadapan ku menatap ke arah kami. Mata nya masih biru seperti terakhir kali aku melihat nya, tubuh nya tinggi besar, wajah nya sangat memesona dengan bibir yang berwarna pink natural, dia juga memiliki gigi putih indah saat dia tersenyum ke arah kami. Benar-benar lebih tampan dibanding yang aku lihat di Internet.

"Nenek, apa kabar? Maafkan aku sudah lama belum mengunjungi mu lagi." Seperti nya dia tak sadar nenek ku tak datang sendirian.

"Tak apa, lihat. Ini Sarah." Mata nya pun langsung tertuju pada tatapan ku. Membuat hati ku berdegup kencang melihat betapa indah nya mata itu.

"Kau ingat? Sahabat mu sewaktu kecil." Kata nenek ku lagi mencoba mencairkan suasana.

Aku mengulurkan tangan ku, untuk berjabat tangan, "Sarah." Kata ku datar. Tangan nya menjabat ku dan aku rasakan seperti setruman menyetrum tangan hingga ke sekujur tubuh ku.

"Hugo." Kata nya tersenyum tipis.

Nenek menjelaskan Hugo tentang maksud dan kedatangan kami kesana. Aku hanya diam sambil terus memperhatikan ruangan milik Hugo ini. Tak ada yang istimewa, tak ada juga hiasan-hiasan pendekor ruangan. Terlihat sangat simple.

"Tadi aku juga melihat banyak pelamar, kira-kira itu untuk posisi apa?" Nenek ku kembali bertanya.

Hugo menjelaskan kepada nenek dengan hati-hati tapi juga tegas. Mata nya terlihat begitu serius saat bicara, apalagi mengenai pekerjaan.

Seolah sadar aku memerhatikan nya, mata nya beralih menatap ku. Aku langsung mengalihkan tatapan ku kemanapun mata ku ingin menatap. Aku bisa melihat bibir nya sedikit tersungging setelah aku malu karena ketahuan memperhatikan nya.

"Baiklah, Nona Odelia. Kau mau aku pekerjakan disini sebagai asisten pribadi ku?"

Asisten pribadi? apa itu artinya aku akan terus bersama-sama dengan nya? Aku bisa mati karena jantungan, tiap hari melihat nya yang tampan ini.

Dengan sigap aku mengangguk.

"Baiklah, kau bisa bekerja mulai besok." Hugo langsung memberikanku semua tugas yang akan ku kerjakan, tapi aku menahan nya.

"Tunggu dulu, aku tidak ingin aku diterima disini secara cuma-cuma. Semua pelamar diluar sana begitu susah payah untuk bisa bekerja disini." Aku berhenti membuat mereka menatap ku.

"Jadi?" Tanya Hugo lagi.

Aku memberi nya semua berkas-berkas mengenai diriku. "Lebih baik kau baca dulu semua ini, lalu kau putuskan apa aku pantas bekerja disini atau tidak." Kataku lagi.

Mata Hugo menatap ku tajam, dia seperti berpikir tentang sesuatu yang aku tak tau apa itu.

"Baiklah." Dia ambil berkas-berkas itu dari tangan ku. "Aku akan menghubungi mu nanti."

Kami berpamitan dan nenek langsung tersenyum bahagia, "Aku senang dengan tindakan mu tadi." Nenek ku berkomentar.

"Aku hanya ingin agar aku dapat pekerjaan karena diriku nek, bukan karena dia tidak enak dengan mu makanya dia menerima ku. Lagipula lihatlah orang-orang yang kesusahan interview, dan aku dengan mudah nya diterima?" Kata ku menggeleng kepala.

"Tak sia-sia orang tua mu memberi mu pendidikan." Komentar nenek membuat ku tertawa pelan.

"Tentu saja." Aku menjawab dengan percaya diri nya membuat nenek menggeleng kepala. "Terima kasih, nek. Tanpa mu aku tak bisa melakukan ini." Kata ku lagi.

Kami berjalan keluar dari lift dan segera menuju mobil. Pak Usman sudah menunggu kami didepan, perlahan dia bukakan kami pintu mobil dan membiarkan kami masuk.

Tapi, seseorang memanggil nama ku, "Sarah Odelia?" Aku menoleh ke mana suara itu memanggilku.

"Bisa kita foto bersama? Astaga kau terlihat lebih cantik dari yang aku lihat di internet!" Kata nya. Aku melihat segerombolan wanita heboh, dan berusaha mendapatkan foto bersama ku.

Oh. Aku lupa. Sekarang aku sadar kenapa orang-orang terus memperhatikan ku tadi.

Aku cukup terkenal di sosial media, anak tunggal dari pengusaha sukses. Mereka juga menyebut ku 'Princess In Wonderland'

Wow.

Aku bilang nenek untuk tunggu sebentar dan segera berfoto bersama mereka.

"Terima kasih. Yaampun, kau cantik sekali." Aku tersenyum dan sesekali mengucap terima kasih.

Di mobil nenek terus saja membercandai aku, katanya fans ku banyak.

Kalau begitu kenapa aku tak daftar menjadi model saja ya? Astaga, kenapa aku malah menjadi seorang asisten?!

Malam pun tiba, dan lagi-lagi aku tidak bisa tidur. Aku mengecek sosial media ku dan melihat beberapa foto tadi. Mereka menge-tag ku dan menulis beberapa caption.

@ashilaloveyou : Yeay! Akhirnya bisa foto bareng sama @sarahodelia

@catycat : @sarahodelia cantik banget :)

@serazoo : @sarahodelia thank you, udah mau diajak foto. Ini perempuan baik banget deh, masih sempet-sempet nya mau foto padahal dia udah mau masuk mobil. hihi xx

Ada juga beberapa komentar seperti aku dikabarkan berpacaran dengan Hugo. Astaga.

Karena itu pertama kali nya aku kesana, beberapa media mengira aku dan Hugo selama ini pacaran diam-diam.

'Setelah putus dari seorang Model, kini Hugo Halbert memacari Sarah Odelia 'Princess In Wonderland'

Bro, are you kidding me?

Aku menggeleng kepala dan mematikan ponsel ku, tapi satu pesan masuk membuat ku kembali melihat nya. Pesan itu dari Halbert Corp.

Aku diterima bekerja disana.

Perlahan aku tersenyum kemudian berlari menuju kamar nenek ku, yang kemungkinan sudah tidur.

"NENEK AKU DITERIMA." Kata ku sambil berlari-lari menuju kamar nya dengan sesekali menggoyangkan pinggul ku, berjoget ria. Entah apa gerakan yang aku lakukan, tapi aku merasa seperti seekor katak yang melompat-lompat.

avataravatar
Next chapter