2 Myrtus

Mulut Hadasa terbuka lebar, menandakan perasaan kagum dan bingung diantaranya. Menganga dan tidak mengatakan apapun dari mulutnya, mungkin itulah ungkapan yang bisa didapat dari wajahnya. Hadasa lalu berjalan mendekati sebuah tanaman yang berada tepat di depannya.

Tanaman itu terlihat memiliki bunga dengan kelopak bunga yang berjumlah enam buah dengan panjang sekitar 1,8cm. Tanaman itu juga memiliki buah yang berbentuk seperti berry kecil yang berwarna ungu kehitam-hitaman. Meskipun begitu, terlihat satu buah yang berbeda, buah itu berbentuk bundar dengan warna kuning yang melengkapinya.

Melangkah mendekat ke tanaman itu, perlahan-lahan Hadasa berjalan mendekatinya. Saat ia sudah sampai di dekat tanaman itu, Hadasa terlihat diam sewaktu memperhatikannya.

Memperhatikan bunga itu selama beberapa detik, Hadasa lalu menyentuh tanaman itu dengan tangan kanannya.

Setelah melakukan itu tiba-tiba saja Hadasa membalikkan tubuhnya, melihat persis kearah belakangnya dimana di sanalah posisi toilet yang baru saja ia pakai berada.

Tapi, toilet itu tidak berada di belakangnya. Rasanya bangunan kecil itu tiba-tiba saja menghilang dengan sekejap mata saat ia mengalihkan pandangannya.

Wajahnya menunjukkan kebingungan, ia lalu melepas pegangan tangannya pada tanaman itu.

Kemudian ia kembali melihat ke arah sekitarnya, di sana terlihat ada banyak sekali pohon yang mengelilingi dirinya.

Menunjukkan wajah kebingungan, ia lalu berjalan kearah dimana toilet yang baru saja ia pakai berada. Menginjakkan kakinya di tanah tempat toilet itu baru saja berada, Hadasa lalu melihat-lihat kearah atas dan bawah secara berulang-ulang kaki.

Kebingungan, mungkin itulah hal yang melanda kepalanya saat ini. Untuk memastikan lebih lanjut, ia lalu menyentuh tanah dan rerumput-rumputan yang berada tepat di bawahnya.

Hadasa lalu sadar akan sesuatu. Tidak mungkin jika sebuah bangunan bisa hilang dalam sekejap mata, bahkan bangunan kecil seperti toilet yang baru saja ia pakai tersebut.

Bayangkan jika setelah kau buang air besar dengan tenang di toilet, yang kau lihat bukanlah keset bertuliskan 'Welcome' melainkan sebuah hutan, ya benar, hutan. Untuk sebagian orang, mungkin biasanya mereka akan panik dan meminta tolong, tapi diriku berbeda...

Hadasa pun berlari kesana kemari dan mondar mandir tanpa arah tujuan, bersikap layaknya orang yang sedang panik dan ketakutan, ia melakukannya.

Ia lalu berlutut dan mengarahkan pandangannya kearah langit, setelah itu ia lalu melipat tangannya dan mulai memohon akan sesuatu.

"Ya Tuhan.. Aku akan bersedekah 100 ribu rupiah setiap bulan.. Pasti Tuhan!. Aku janji! Maka dari itu tolong ampuni aku ya Tuhan!"

Padahal, polisi pun tidak mau menerima uang 100 ribu.. Masa iya, Tuhan mau.

Merasa jika do'a tersebut tidak akan bekerja dengan cepat, Hadasa pun melakukan cara yang lain.

"Halo?!"

"Apa ada yang sedang mengerjaiku?!"

"Jika ini adalah sebuah candaan, tolong hentikan sekarang juga!"

Melihat kearah manapun yang bisa ia lihat, ia berteriak dengan sangat keras.

Tidak mendapatkan respon apapun, Hadasa lalu pergi mendekati sebuah pohon. Ia lalu terlihat seperti sedang mencari sesuatu di pohon tersebut.

Merasa tidak menemukan apa-apa, ia lalu duduk bersandar pada pohon tersebut dan mengeluarkan sebuah jam tangan yang ia taruh di saku celananya.

Melihat jam tangan tersebut dengan serius, Hadasa lalu menyadari sesuatu yang aneh.

"...Bukankah tadi masih sore hari?"

"Apa jamnya rusak?"

Setelah beberapa saat melihat jam tangan tersebut, Hadasa lalu bangun dari duduknya. Ia lalu memasukkan jam tangan miliknya itu ke saku celananya dengan tangan kanannya.

"Berdiam diri saja tidak akan membantu, lebih baik aku berjalan-jalan menyusuri tempat ini terlebih dahulu."

Bangun dan berdiri dari duduknya, Hadasa lalu berjalan menyusuri hutan tempat ia berada saat ini.

...Setelah berjalan-jalan selama kurang lebih 15 menit, Hadasa akhirnya sudah mendekati suatu tempat. Tempat itu merupakan sebuah jalan, jalan yang sepertinya menghubungkan sebuah desa dengan sebuah desa atau tempat-tempat lainnya.

Hadasa yang berjalan keluar dari hutan itu akhirnya sampai pada jalanan itu. Ia lalu berjalan keluar dan melihat orang-orang yang berada di sana.

Orang-orang yang ada di sana terlihat agak aneh, Hadasa pun dibuat bingung karenanya.

Terlihat ada seseorang yang memiliki telinga yang dimiliki oleh hewan-hewan pada umumnya, namun juga ada orang-orang yang terlihat seperti manusia normal pada umumnya.

Masih merasa bingung akan hal tersebut, Hadasa lalu mengalihkan pandangannya dan mulai berjalan menuju suatu tempat yang sepertinya merupakan sebuah desa di tempat tersebut.

Sembari berjalan, ia memperhatikan orang-orang yang berada di sekitarnya. Orang-orang yang berada di sekitarnya tersebut terlihat aneh, mungkin begitulah kata yang bisa di ungkapkan saat melihatnya.

Orang-orang tersebut memakai pakaian ala-ala cerita fantasi yang bisa ditemukan di sebuah buku ataupun komik.

Berjalan-jalan di desa tersebut, Hadasa lalu sampai ke sebuah tempat yang dimana di sana terdapat sebuah jembatan kecil yang menghubungkan sebuah jalan dengan jalan lainnya dari sebuah sungai kecil.

Ia lalu mendekat dan mengarahkan kepalanya ke sungai kecil tersebut sambil menyeimbangkan tubuhnya agar tidak terjatuh ke dalam sungai tersebut.

Berhati-hati saat melakukannya, Hadasa lalu melihat air dari sungai tersebut yang kelihatannya sangat bersih.

Setelah itu ia lalu pergi dari sungai tersebut dan berjalan lagi untuk mengelilingi desa tersebut. Di sana ia melihat jika ada sekumpulan anak-anak yang bermain.

Tersenyum saat memperhatikan mereka, ia lalu pergi berjalan menjauh dari mereka dan melanjutkan hal yang sedang ia lakukan.

Memakan sebuah potongan wafer coklat crunchy yang ia beli sebelumnya sambil berjalan, Hadasa lalu sampai di dekat sebuah bangunan yang belum jadi dan sepertinya sedang dikerjakan oleh orang-orang yang berada di bangunan tersebut.

Terlihat seseorang sedang memanjat bangunan tersebut melalui semacam pondasi, Hadasa lalu memperhatikannya dari bawah.

Memegang wafer coklat tersebut dengan tangan kannya, perlahan terlihat jika ada rintik-rintik air cat yang terjatuh yang berasal dari ember yang dibawa oleh salah satu orang yang sedang membangun rumah tersebut.

Hadasa yang sedang memerhatikan orang tersebut tidak menyadari jika ada beberapa rintik-rintik dari cat air tersebut yang jatuh. Salah satu dari rintik-rintik air cat tersebut pun mengenai wajahnya.

Menyadari hal tersebut, ia lalu membersihkan wajahnya dengan mengelapnya dengan lengan kirinya dan kembali melihat orang yang akhirnya sudah sampai di atas bangunan tersebut.

Setelah berjalan cukup lama, ia pun akhirnya memutuskan untuk duduk di suatu bangunan yang ada di desa tersebut.

Bangunan itu terlihat kosong dan kumuh, sepertinya bangunan tersebut telah ditinggalkan untuk waktu yang cukup lama. Maka dari itulah Hadasa memutuskan untuk duduk sebentar di tempat tersebut.

Ia lalu mengeluarkan sebuah telepon genggam sejenis flip phone dari saku celananya, dan lalu membuka ponsel tersebut seperti biasa.

'Tidak ada sinyal' itulah yang tertulis di bagian atas ponsel tersebut.

"Seperti yang kuduga, ini adalah dunia paralel yang memakai fantasi sebagai temanya."

Setelah mengatakan itu Hadasa lalu melihat kearah keramaian yang berada di dekatnya, orang-orang itu sepertinya sedang berkumpul karena suatu hal.

Saat memperhatikan keramaian tersebut ia lalu melanjutkan perkataannya.

"Aku rasa aku bisa berasumsi jika dunia ini memakai budaya abad pertengahan..., jika saja aku lebih serius dalam pelajaran sejarah..."

Menghela nafasnya saat mengatakan hal tersebut, ia lalu menutup matanya dan menyenderkan tubuhnya pada dinding bangunan tersebut.

"...Dunia dimana terdapat makhluk-makhluk mitologis atau legendary creature seperti demihuman dan Martichoras kah..., terasa seperti mimpi saja."

Setelah mengatakan itu, Hadasa lalu mencubit pipinya dengan kuat. Tetapi ia merasakan rasa sakit dimana artinya itu...

"Sakit, sepertinya ini memang bukan mimpi."

Memandangkan orang-orang yang berada di keramaian itu kembali, ia lalu penasaran akan apa yang sedang mereka lihat.

Penasaran akan keramaian tersebut, ia lalu berdiri bangun dari duduknya dan berjalan kearah keramaian tersebut.

Di sana sangat ramai, Hadasa yang berjalan diantara keramaian tersebut akhirnya berhasil sampai pada barisan depan.

Di sana, ia melihat ada banyak sekali orang yang berpakaian seperti seorang kesatria yang sedang berbaris. Namun saat ia baru saja sampai beberapa detik di sana... "Bubar..., jalan!" Salah satu orang yang kelihatannya merupakan seorang komandan itu lalu membubarkan mereka, orang-orang yang berpakaian seperti kesatria itu lalu bubar dari barisannya dan pergi menjauh dari tempat tersebut.

"...Sudah selesai? Padahal aku baru saja datang..."

Mengatakan itu dengan perasaan kecewa, perlahan-lahan orang-orang pun pergi dari keramaian itu, menyisakan Hadasa yang baru saja datang kesana.

To Be Continued

avataravatar
Next chapter