1 1. Wendigo

Iblis yang pertama dikenal adalah Lucifer. Lucifer sebelum menjadi iblis ia adalah seorang malaikat. Dia adalah malaikat pertama yang melayani Tuhan. Sekaligus Malaikat yang paling dekat dengan-NYA. Ketika Tuhan menciptakan manusia (Adam), Lucifer di perintahkan untuk sujud kepada Adam namun karena kesombongannya merasa dirinya lebih tinggi derajadnya dari pada Adam ia pun enggan dan menolak untuk mematuhi perintah Tuhannya, maka Lucifer di usir dari surga ke bumi. Membantahnya Lucifer menjadi asal usul terjadinya Dosa pertama kali. Setelah Lucifer dibuang dari surga maka namanya berubah menjadi Satan. Satan merupakan iblis neraka yang memiliki kekuatan sangat kuat. Lebih kuat dari semua iblis yang ada di neraka. Ia pun menaruh dendam kepada manusia dan memutuskan untuk menjerumuskan manusia untuk melakukan dosa agar masuk ke dalam neraka.

Amara lahir dari seorang wanita, manusia dan malaikat bernama Lucifer. Dia adalah nephilim terakhir yang ada di muka bumi. Nephilim sejak zaman dulu memang sudah ada. Mereka memiliki bentuk tinggi seperti raksasa, dan semuanya binasa saat peristiwa air bah Nabi Nur AS. Tapi tidak ada yang tau, kalau ada Nephilim terakhir yang masih hidup di zaman ini. Dia adalah Amara, dan dia seperti manusia pada umumnya, hanya saja dia memiliki banyak keunikan.

                                 ****

"Beri jalan!" jerit seorang perawat laki-laki, sambil mendorong bed pasien. Orang-orang di ruangan itu mulai menyingkir, membuat pasien yang baru saja datang, dapat dengan mudah lewat. Posisi ruang gawat darurat yang mengharuskan melewati lobi, ternyata membuat sulit pekerjaan para perawat. Apalagi jam sibuk seperti sekarang, banyak pasien yang datang untuk kontrol, maupun berobat.

Pasien yang baru masuk tadi terlihat mengenaskan. Beberapa bagian tubuhnya terkoyak, seperti habis dimakan binatang buas. Anehnya, detak jantung serta indera penglihatannya masih bekerja.

Amara sedang mengepel lantai, melihat datangnya seorang pasien, ia pun mendekat, mengikuti jejak yang selalu tertinggal di lantai putih beraroma citrus yang baru saja ia bersihkan. Dia tidak mengeluh, hanya menarik nafas panjang, dan menatap sang pembuat masalah yang kini sudah masuk ruang gawat darurat. Beberapa pengunjung terkejut, melihat pasien aneh dengan kondisi mengerikan tadi. Bahkan beberapa menyempatkan berdiri, berbisik pada orang di sampingnya, dengan berbagai pendapat mengenai apa yang telah menimpa orang itu.

Amara mengernyitkan kening. Dia memandang aneh pada bercak yang ditinggalkan sang pasien aneh tersebut. Gadis itu jongkok, dan memungut cairan cokelat agak gosong di lantai. Amara mengusap di ujung jari, bahkan tak segan mengendusnya. Beberapa potongan daging juga tercecer di lantai. Hal itu membuat pengunjung menatapnya jijik.

"Amara! Apa yang kau lakukan. Segera bersihkan kotoran itu!" perintah senior yang kini berdiri di dekatnya.

"Oh, maaf." Amara bergegas mengepel ulang tiap lantai dengan noda cokelat itu.

Ruang gawat darurat memiliki tirai yang walau tertutup sekalipun, masih dapat terlihat aktifitas dari dalam. celah kecil di antara tirai atas dan bawah, membuat Amara leluasa memperhatikan orang yang baru saja masuk tadi.

Dokter jaga berusaha memberikan pertolongan agar pasien nya melewati masa kritis. Walau Amara tahu, itu tidak akan berhasil. Tubuh itu hanya akan bertahan beberapa menit saja, karena orang yang telah kehilangan beberapa potongan daging dengan cara mengerikan itu, tidak akan hidup lagi.

"Wendigo," ucap Amara lalu melanjutkan pekerjaannya, dan kembali ke belakang. "Tapi ini bukan di Amerika. Jadi ...." Amara tidak melanjutkan kalimatnya karena dia sendiri tidak tahu jawaban pasti yang bisa menjelaskan kebimbangannya itu. 

Ada sebuah legenda atau mitologi yang dipercaya oleh orang Algonquain, suku asli di wilayah Amerika Utara. Di mana, terdapat satu makhluk mitologi yang digambarkan seperti seekor anjing besar yang bernama Wendigo. 

Wendigo sendiri adalah makhluk yang jahat pemangsa daging manusia.  Wendigo sendiri dapat berubah wujud menjadi manusia. Sedangkan, jika dilihat dari versi lain, Wendigo sendiri adalah satu makhluk tinggi besar yang digambarkan seperti dengan rusa yang bertanduk besar dan berjalan membungkuk. 

Suku dari Indian America meyakini bahwa makhluk itu adalah roh manusia yang telah dikutuk menjadi jahat. Selain kejam dan sering membunuh makhluk hidup, Wendigo menurut legenda mampu memerintahkan makhluk hidup apa pun di sekitar wilayahnya. 

Pukul 02.00

Jam kerja Amara sudah habis. Waktunya dia pulang, dan beristirahat setelah enam jam berkutat dengan sapu, alat pel, dan bahkan kotoran yang kerap terjatuh di lantai. Baginya itu adalah hal biasa.

Dia pergi ke ruang ganti menuju lokernya. Seragam cleaning service yang disediakan di rumah sakit, segera dilepas, digantikan dengan kaos lengan pendek ditambah dengan jaket jeans belel. Amara juga mengambil tas yang berisi dompet serta ponsel miliknya. 

Rumah sakit itu memperkerjakan banyak sekali orang. Yntuk pegawai cleaning service sendiri dibagi menjadi 4 shif. Hari ini Amara mendapatkan jatah terakhir. Dia sudah biasa pulang hampir pagi seperti sekarang, namun jika tubuhnya terlalu lelah, maka Amara memutuskan tidur di ruang istirahat khusus pegawai cleaning service yang berada di dekat ruang ganti.

Tapi hari ini dia ingin segera pergi dari rumah sakit, bukan untuk pulang, melainkan untuk memeriksa lingkungan sekitar. Sejak kemunculan pasien korban gigitan hewan buas yang disebutkan para perawat tadi, membuat Amara gelisah. Dia tidak yakin kalau pelaku yang melakukan hal itu adalah hewan buas. Lebih-lebih daerah tempat tinggalnya tidak ada hutan belantara yang bisa menampung atau menjadi tempat tinggal harimau. beruang, bahkan singa. Para perawat yang tidak ingin menjadikan hal ini sesuatu yang besar, lantas menyebutnya diserang hewan buas.

"Kasihan pasien tadi. Dia sudah meninggal," ucap salah satu rekan kerjanya yang juga sudah selesai dengan jatah shif terakhirnya.

"Iya, tubuhnya hancur begitu. Mana mungkin dia selamat. Kalaupun selamat, justru kasihan. Benar, kan?" sahut rekan lainnya.

Mereka berdua baru saja membersihkan ruang UGD dan menjadi saksi kematian orang tadi. Desas desus yang terdengar membuat situasi justru tidak baik. Karena orang orang yang berada di rumah sakit tidak percaya jika pasien tadi digigit hewan buas. Hanya saja di antara mereka tidak ada yang bisa memberikan jawaban apa pun.

"Mara? Kamu sudah mau pulang?" tanya Bianca yang sudah melihat Amara siap dengan style sehari harinya.

"Iya."

"Mara ... Apa kau tidak takut, katanya ada hewan buas yang sedang berkeliaran. Pasien tadi sampai meninggal!" ungkap Ressy.

"Tapi aku harus pulang. Semoga tidak terjadi hal buruk di perjalanan nanti. Kalau begitu, aku pergi dulu, ya. Kalian mau menginap?"

"Ah, tidak. Kami pulang juga. Untung Riko membawa mobil, jadi kami bisa menumpang. Atau kau ikut kami saja. Daripada harus pulang jalan kaki."

"Tidak usah. Terima kasih. Lagipula arah rumah kita berbeda. Ya sudah, aku pergi dulu."

"Hati - hati, Mara!"

Amara berjalan terus keluar, meninggalkan gedung bertingkat itu. Suasana di jalanan tentu sudah sangat sepi. Walau sesekali masih ada kendaraan yang lewat. Bahkan ambulan masih kerap mondar mandir di sekitar. Rumah sakit tentu tetap sibuk, walau tidak terlalu repot seperti saat siang hari.

Sebuah ambulan muncul dari arah gerbang pintu masuk rumah sakit. Amara baru saja keluar dari sana, dan menyempatkan diri berhenti untuk melihat pasien seperti apa yang datang. Namun di balik semak semak yang ada di sekitar rumah sakit, ada sebuah suara yang terdengar aneh bagi Amara. Dia sontak menoleh, dan mengernyitkan dahi. Matanya liar mencari makhluk yang kini meresahkan warga sekitar.

Di sana,di sudut gelap yang ada di atas bukit yang ada di depan rumah sakit, Amara melihat sepasang mata merah menyala.

"Kena kau!" katanya lalu berlari menghampiri makhluk itu yang kini justru menghindari Amara.  

avataravatar