1 1

"Dimana aku?"

dreeett....

aku menoleh ke arah pintu yang tak jauh dari tempat aku berbaring, seorang wanita muda dengan pakaian aneh mendekat ke arahku dengan tersenyum, aku melihat ke segala sudut ruangan yang sangat asing ini, semua berwarna gelap hingga menimbulkan kesan suram, abu" dan hitam menghiasi segala pernak perniknya, hanya kasur tempat aku berbaring yang di lapisi kain putih. dan... tunggu sebentar, apa yang sedang aku pakai? sejak kapan aku berganti pakaian?

"Micella, Akhirnya kau sadar... aku kira kau terluka parah setelah Billie menyerangmu, apa kau baik-baik saja?"

Aku mengamati wanita muda yang cantik ini, matanya hijau bagai safir, rambutnya berwarna coklat

"mata yang indah" gumamku. "Micel?" Sahut wanita itu kembali padaku dan berhasil membuatku tersentak.

"Ya....? Apa kau berbicara denganku? Siapa Micella? Dan dimana ini? Aku belum pernah melihat ruangan ini, dan siapa kamu, apa kau yang menyelamatkanku di lobang itu?"

Aku langsung menghujami pertanyaan yang harus aku ungkapkan untuk menjawab semua alasan keberadaanku disini. Namun belum beberapa detik aku menanyakan hal itu justru membuat ekspresi terkejut pada wanita itu, alisnya berkerut memperlihatkan ekspresi heran dan mulutnya yang mulai membulat.

*Peltakk*

Astaga! Wanita ini baru saja memukul kepalaku dengan jarinya

"Micel, aku gak bercanda, apa kepalamu masih sakit? Kau pingsan dilapangan tadi".

What? Apa yang terjadi, kenapa aku pingsan di lapangan? Aku sudah mulai panik, rasanya sudah sangat aneh disini apakah aku mimpi? Tidak mungkin, kepalaku baru saja dipukul oleh wanita ini. Aku kembali mengamati seluruh ruangan berharap akan mendapat jawaban alasan keberadaanku disini, aku bergegas turun dari tempat tidur kecil ini dan berlari kecil menuju jendela di ujung ruagan, ketika aku menyentuh lantai aku menyadari aku tidak memakai alas kaki dan langsung menatap kebawah, bukan kakiku yang membuat aku terjekut tapi pakaianku. Sejak kapan aku memakai pakaian yang sama-sama aneh dengan pakaian wanita disampingku. Baiklah aku akui pakaian ini tidak aneh justru sangat klasik seperti pakaian kerajaan dulu namun ayolah... semua orang tahu ini zaman apa, aku melihat cermin dibilik samping tempat aku berbaring tadi, aku berkaca dengan cermin kecil dan mengamati wajahku.

Huftt.... aku kira aku berada ditubuh orang lain. Aku kembali berlari ke arah jendela yang seharusnya aku tuju pertama kali tadi, terlihat lapangan rumput yang asri dan sebuah lapangan seperti lapangan sepak bola tidak jauh dari sini, disebelah kiri aku melihat danau, entahlah itu danau atau laut tapi dilihat dari betapa tenangnya air  dan luasnya ia menggenang dan dikelilingi gunung itu aku yakin itu adalah danau. Aku terpaku ditempat aku berdiri sekarang, melihat kebawah dan mendapati beberapa orang aneh lainnya sedang menatapku sambil berbisik bisik, belum lagi keterkejutanku dengan semua yang terjadi sekarang.

Aku berbalik, perasaan ku tak karuan dan aku tak tahu harus bagaimana, perempuan tadi masih setia menatapku dengan keheranan dan mendekati ku.

"Micel, kau baik-baik saja, kenapa wajahmu memucat?"

"Siapa micel? Aku Ghizey! Dan dimana aku? Kenapa dari tadi kau tidak menjawab pertanyaanku?! Dan siapa kau?!"

Aku semakin menekan semua perkataan ku, aku tak bisa tenang jika begini.

"Iya tentu saja kau Ghizey... Ghizey Micella, Aku Mira, Temanmu.... kau di ruang Pengobatan sekarang".

Aku terkejut mendengar jawabannya, sejak kapan namaku jadi seperti itu aku Ghizey Camilla bukan Micella, dan dia Mira? Siapa Mira? Ruang pengobatan? Pantas saja susunannya seperti bilik rumah sakit meski ruangan ini di dominasi oleh warna gelap.

"Huft.... Oke, Nama kamu Mira, dan Aku Ghizey.... Ah Ghizey Micella?" Sahutku memastikan

Mira hanya mengangguk sambil menatapku heran.

"Dan sekarang... aku dimana? Maksudku aku tahu ini ruang pengobatan tapi aku dimana? Tepatnya didaerah mana aku sekarang dan kenapa aku disini?!"

Mira kembali terkejut dan membulatkan mulutnya, dia mundur beberapa langkah dengan tatapan mata yang tak berkedip melihatku.

"Suster Zusan....!" Mira berlari keluar meninggalkan ku yang masih setia didekat jendela, aku kembali menatap keluar, aku tidak tahu aku berada dimana, pasti aku mimpi...

Plakkk

Aku menampar pipiku sendiri dengan keras dan meringis kesakitan, "bukan mimpi" gumamku. Aku mendengar suara langkah mendekati ruangan dan berbalik untuk melihat siapa yang datang, disana ada wanita yang sudah lumayan berumur dan laki- laki tua dengan jenggot yang sudah memutih namun masih kekar dan berjalan tegap.

"Micella?" Sapa wanita baru itu padaku.

"Aku bukan micella, namaku Ghizey Camilla" sahutku datar.

Wanita itu menatap Mira dan kembali melihatku "duduklah dulu nak, agar aku bisa memeriksa mu"

Aku yang tidak tahu dia orang baik atau bukan sehingga aku masih diam ditempat, namun aku juga ingin jawaban sehingga aku memilih jalan ke tempat tidurku semula, aku duduk dan mereka bertiga mendekat ke arahku, aku hanya diam sampai wanita itu meminta izin untuk memeriksaku.

Setelah aku mengangguk dia meletakkan telapak tangannya ke keningku dan mulai berkonsentrasi, aku hanya menatapnya kosong mencoba menebak apa yang sedang wanita paruh baya ini lakukan. Cahaya hijau keluar dari telapak tangannya yang menempel pada dahiku, aku tersentak seketika namun itu tak membuat tangan itu lepas dari kepalaku. Seketika kupingku berdenging dan kepalaku mulai sakit kemudian menampilkan bayangan bayangan yang tak ku kenali.

"Dasar lemah"

"Oh ayolah... sosok sepertimu mau melawan Billie? Hahah..."

Orang-orang itu menrtawakanku, aku melihat sekeliling dan mengusap leherku yang sakit ketika terjatuh tadi, hidungku sepertinya sudah mengalirkan darah segar yang membuat beberapa vampire ingin ikut menghabisiku

"Heh lemah, menyerahlah...."sahut wanita blonde dan putih layak albino didepanku

"kau gak akan bisa melawanku, padahal aku kira kau sehebat ayahmu, ahahhaha"

Aku mengeratkan tinjuku, namun belum sempat aku berjalan mendekatinya wanita itu sudah menghantamku lebih dahulu

Brakkk

Pandanganku kabur, yang aku ingat aku sudah terbaring diatas rerumputan.

Wanita paruh baya itu melepaskan tangannya, aku juga membuka mataku dan merasa sakit dikepalaku berkurang.

"Dia orang yang sama, tapi aku tidak tahu apa yang terjadi padanya, dia sepertinya kehilangan ingatan padahal aku bisa melihat banyak memori dikepalanya, tapi itu memori yang berbeda" sahut wanita itu kepada lelaki tua disampingnya.

Mereka saling menatap dan meninggalkan aku dan Mira disini. Mereka berjalan setidaknya beberapa meter agar pembicaraan mereka tidak terdengar dariku, aku diam sambil menatap keluar memikirkan ingatan yang aku sendiri tidak tahu apakah aku yang mengalami itu. Selang beberapa lama mereka kembali dan menatapku

"nak, kami tidak tahu apa yang terjadi padamu, namun kami harap kau akan kembali mendapatkan memorimu, aku Ezalgan, kepala Sekolahmu dan ini suster Susan salah satu perawat disini, dan yang sudah bersamamu dari tadi adalah Mira sahabatmu... untuk sekarang aku percayakan mira untuk mengatasimu, mungkin para perawat akan mencari ramuan untukmu dan Mira akan mencoba mengingatkanmu berbagai hal yang kau lupa. sekarang kau boleh kembali ke asrama dan beristirahat, aku yakin kau belum sembuh total"

Aku hanya mengangguk dan mengikuti Mira, kami keluar ruangan dan berjalan beriringan tanpa sepatah katapun, aku yakin Mira juga pasti kebingungan akan diriku

*Jangan lupa tinggalkan Jejak yah....*

Beri komentar dan suara nya yah teman-teman ini pertama kali aku nyoba menulis cerita fantasi semoga kalian suka

❤❤❤❤❤

avataravatar
Next chapter