16 16

"Elina!!!!" Teriak Mira melihat perempuan itu berlari menjauh memasuki lorong gua yang berakhir entah kemana

"Wah.... Ternyata kalian tidak bisa diremehkan yah" ucap Mirza yang mendengar teriakan Mira tadi

"Kalian! Kejar jalang yang satu itu" perintah Mirza pada kembar nakal. Dua laki-laki itu segera berlari masuk mengejar Elina

Zringgggg

"Woah, kau bahkan tak memberi aba-aba hahaha" ejek Mirza yang berhasil menghindari serangan Mira yang tiba-tiba.

"Mari kita mulai, murid cerdas" ucap Mirza yang kemudian melemparkan mantra sihirnya berkali-kali

Zringg

Duarrr

Zringg zringgggg

Mira menghindari serangan Mirza dengan mantra tameng yang akhirnya sihir itu terpental mengenai dinding gua.

"Dasar kucing jelek!!" Maki Mira mendekati Mirza, ia melemparkan sihir pembeku yang berhasil mengenai Mirza, sihir itu akan membuat nya tidak bisa bergerak untuk sesaat. Sebelum Mirza berhasil menghancurkan mantra itu Mira mendekat dan mengepalkan tangannya.

"Kucing jelek seperti mu harusnya di buang"

Brakkkkkkk

Mira meninju perut Mirza hingga ia terpental jauh ke tengah-tengah tempat Glen bertarung.

"Uhuk uhuk, kau lemah di kekuatan, tapi otakmu encer juga" ucap Mirza yang kembali bertarung dengan Mira

"Regaz! Hentikan ritual nya!" Teriak Glen

Regaz yang menang asik melawan para vampire lupa akan para wizard yang melanjutkan ritual itu.

"Dasar kaum tak berguna!" Teriak Regaz dan mengeluarkan aura besar kekuatan nya, para vampire tersungkur ke tanah dan dengan cepat Glen bersusah payah menusukkan racunnya pada para vampire itu satu persatu, para werewolf jahat itu berusaha melindungi vampire kawanan mereka.

"Dia datang!" Teriak wizard yang menyadari keberadaan Regaz, dua wizard laki-laki dari mereka segera keluar dari ritual dan menyerang Regaz.

"Abaikan dia" ucap Okta yang matanya semakin menghitam seperti orang mati, ritualnya hampir selesai.

Ghizey yang semakin merasa aneh dengan tubuhnya masih meronta, Okta berdiri dibelakangnya dan menyentuh puncak kepalanya. Sedangkan tangannya yang satu lagi ia tengadahkan menghadap keatas langit-langit gua yang memiliki lubang lumayan besar. Disana terlihat bulan sabit yang tepat berada ditengah.

Elina masih terus menyusuri lorong gua, entah sudah berapa kali ia memasuki lorong yang lain agar kembar nakal tidak bisa menemukannya.

"Pholi, dimana pholi...." Batin elina, ia kelelahan dan menyandarkan tangannya pada dinding gua. Saat ia menyentuh dinding itu dia merasakan sesuatu disana. Seperti ada sebuah ruang didalam batu itu.

"Apa ada pintu disekitar ini?"

Elina meraba dinding gua itu diberbagai posisi namun tidak menemukan adanya tanda pintu. Karena tak kunjung menemukan jalan masuk normal kedalam ruangan itu Elina mundur beberapa langkah dan mulai memutarkan tangannya yang perlahan membentuk bola biru.

Duarrrrrrr

Elina melemparkan sihir itu Kedinding gua sehingga ada ledakan yang membuatnya retak.

"Siap kurang kuat" ucap elina melihat dinding gua itu belum roboh sepenuhnya.

Duarrrrrrr

duarrrrrrr

Dua bola sihir ia lemparkan kembali hingga dinding gua tersebut bolong, ruangan yang dimaksud pun sudah terlihat. Disana terdapat lemari berisi botol kaca yang berisi benda-benda aneh, meja yang terdapat peta yang belum pernah elina lihat.

Perlahan Elina melangkahkan kakinya masuk kedalam.

"Dimana perempuan itu" terdegar suara laki-laki yang sudah pasti sikembar nakal. Elina kembali keluar dan memasang sihir agar lorong tempat nya berada tak terlihat. Tepat saat sihir itu terpasang kedua laki-laki bodoh itu berhenti didepannya.

"Ck, gunakan hidung bodoh mu itu"

"Kau yang tak menggunakan hidung mu"

"Aku sudah menggunakan nya dan sudah membawa kita sampai sini, sedangkan kau? Apa yang sudah kau lakukan?"

"Kalau begitu....."

Sniff snifff (mengendus)

"Kita kesini"

Mereka beranjak dari sana sehingga Elina menghela nafas lega, ia bertahan tak bergerak karena takut menimbulkan suara.

"Dasar bodoh, itu jalan kalian sebelumnya dan kalian malah balik mundur kesana" ucap Elina dan kembali masuk kedalam ruangan.

Ia menyusuri ruangan itu dengan tergesa takut ia akan terlambat. Elina menemukan sebuah tirai dan membukanya. Senyum puasnya terukir melihat Pholi yang sedang tertidur dengan damai.

Tiba-tiba tanah mulai bergetar sebentar dan tenang kembali.

"Aku harus cepat, Pholi! Pholi! Bangunnn!" Elina berusaha membangun kan Pholi sambil menampar pelan pipi tembem anak kecil itu. Karena tidak berhasil ia menggendong Pholi dan mencari pintu aslinya.

"Apa ini?" Herannya melihat sebuah batu hitam diatas meja, batu berkilau seperti berlian. Karena merasa tertarik dengan bentuk dan warnanya Elina mengambil dan mengantonginya.

"Pholi bangun!" Ucap Elina sambil berlari menyusuri lorong. Ia terus berlari berusaha mencari jalan yang benar.

Diruangan ritual Glen sudah terluka parah, sisi werewolf nya sudah berubah menjadi manusia kembali. Ia tergeletak dengan lemah dipenuhi dengan darah.

Sedangkan  Mira, ia jatuh pingsan karena kepalanya terbentur didinding Gua oleh serangan. Regaz yang tersisa kini melawan para musuh yang masih bertahan.

"Kau.... Tidak akan pernah mendapatkan raga ku" ucap Ghizey yang semakin kehilangan kesadarannya. Raga Okta semakin menghitam, meski warna kulit Okta menang hitam seperti orang Afrika tapi hitam pekat bak malam sangat terlihat jelas di lingkar matanya, urat tangannya yang berada di atas kepala  Ghizey juga menghitam. Dari dahi Ghizey yang putih terlihat seolah aura hitam itu menjalar padanya.

"Ghizey! Tetaplah sadar!" Teriak Regaz yang masih terus bertarung, para werewolf terus-menerus mencoba menusuk Regaz agar terkena racun werewolf namun Regaz masih bisa menghindarinya, meski ia berkali-kali terkena sihir.

"Sebelum kau bebas, apa ada sesuatu yang ingin kau katakan? Atau kau ingin sesuatu?" Ucap Okta dengan seringainya. Wajah Ghizey sudah hampir penuh dengan urat berwarna hitam.

"Hanya satu, kau.... Pembunuh orang tua ku?" Ucap Ghizey dengan susah payah menahan kesadarannya

"Aku tidak membunuhnya, tapi menentang ku adalah bunuh diri"

"Akhhh" teriak Ghizey yang merasakan kesakitan disekujur badannya, cahaya hitam dan dan merah terkuat dari tempatnya berada.

Ditempat lain Elina menghentikan langkahnya ketika mendengar teriakan Ghizey.

"Oh tidak, tidak, tidak tidak!!" Teriak nya

Ia segera berlari dengan kecepatan werewolf nya sambil membawa Pholi, dikarenakan gua yang luas Elina yang sudah hilang akal melemparkan semua sihir kearah dinding gua hingga hancur. Dinding gua yang terkena serangan Elina itu hancur meski tak sampai roboh

"Mom...." Ucap Pholi sambil meringis, seolah ia merasakan sedikit sakit yang Ghizey rasakan. Bahkan air matanya menetes.

"Pholi pasti kena sihir, Mira mungkin tahu cara membebaskan Pholi"

Suara teriakan Ghizey masih terdengar sehingga Elina bisa menyelidik asal sumber suara dengan pendengaran werewolf nya. Akhirnya setelah melesat kembali Elina sudah berada diruangan yang sama.

"Ghizey! Tetap sadar!" Teria Regaz.

Zringgggg

Brakkk

Duar

"Arghhh!" Regaz menggeram dan mengeluarkan tenaga intinya, seketika para musuhnya terpental. Regaz terdiam sebentar untuk mengumpulkan tenaganya kembali. Ia pun mengerang para wizard yang ada disana agar ritual terhenti. Jika mengeluarkan tenaga inti maka tenaganya akan melemah untuk sementara. Tenaga inti tidak bisa digunakan terus menerus dalam jangka waktu yang panjang.

"REGAZ!" Teriak Elina, seketika mereka semua melihat nya yang sedang menggendong Pholi.

"Dimana si dua tolol itu!" Geram Mirza yang terduduk ditanah akibat serangan Regaz tadi.

"Wizard itu sudah tidak berguna! Hancurkan mantra ritualnya!" Teriak Elina lagi. Didalam penerawangan nya Regaz menyerang semua musuh dan berhasil menang, namun sayangnya ritual itu telah selesai dan Ghizey sudah pergi.

Para wizard panik dan semakin menyerang Regaz agar tidak bisa mengganggu Okta, Elina datang untuk mengantikan posisi Regaz dalam melawan wizard, ia mengeluarkan sisi wolf nya dan segera bertarung, sebelumnya ia sudah meletakkan Pholi didekat Mira yang pingsan.

Regaz mengeluarkan segala tenaganya untuk menghancurkan mantra yang melingkari Okta dan Ghizey, namun segala serangannya tidak berarti dan tak berpengaruh sama sekali.

"Awwww" ringis Mira yang mulai tersadar dari pingsannya, kepalanya masih terasa ngilu namun itu teralihkan ketika melihat keporak porandaan yang ada didepannya.

"Pholi!" Ucap Mira, ia menggendong dan mencoba membangunkan pholi.

"Gawat, dia dimantrai" ucap Mira sambil melihat kearah Ghizey.

"Mantranya..... Aku pernah membaca mantra pelepas mantra pengikat batin, di buku Retrare halaman 51, tapi... Apa isinya.... Astagaaa!" Mira panik berusaha mengingat mantra yang sudah ia baca

"Tetap tenang Mira... Tetap tenang....cobalah ingat..... "

"Toz....Tozzulleara" ucap Mira yang akhirnya mengingat mantranya. Ia menempelkan tangannya pada dahi Pholi dan berusaha berkonsentrasi

"Tozzulleara" ucap Mira dan cahaya hitam menguat keluar dari tubuh Pholi.

"Hikz... Sakit.... Hhuhuhu" tangis Pholi seolah anak yang baru bangun tidur

"Pholi! Bangun! Pholi" ucap Mira dan akhirnya Pholi terbangun. Matanya basah dan dirinya terlihat lemah. Ia menatap Mira dan memperhatikan sekeliling mencari Ghizey, meski Ghizey mengurangi keterikatan mereka agar Pholi tidak merasakan sakit ia rasakan tetap saja keterikatan itu tetap tak hilang sepenuhnya, Pholi masih bisa merasakan meski tak se menyakitkan Ghizey.

"MOM!" teriak Pholi dan segera berlari mendekati ritual.

Mira bangkit dari dan segera mendekati tegas yang bertarung dengan para wizard dan vampire yang kembali bangkit.

"Lawan kalian disini!" Teriak Mira dan membantu Regaz. Hanya mereka yang tersisa melawan musuh yang juga mulai bangkit satu persatu.

Ghizey sudah mulai kehilangan kesadarannya, Okta sudah mulai tersenyum senang saat melihat bulan mulai berubah menjadi warna merah

"Mom" teriak Pholi yang tak bisa masuk dalam lingkaran, Regaz terus berusaha memecahkan mantra sedangkan Mira bertarung, Elina sudah tersungkur kesakitan sambil berharap bayangan kilas yang ia lihat tidak nyata.

"Mom!!' teriak Pholi yang merasakan Ghizey melemah, seketika suara retakan tulang terdengar dari tubuh anak kecil itu. Kulitnya yang putih halus bak bayi mengeluarkan bulu-bulu hitam yang lama kelamaan menjadi sayap ditangannya. Dalam sekejap anak kecil bantet itu sudah berubah menjadi burung Phoenix yang besar didalam gua.

Duarrrrrrr

Semburan api besar berwarna biru membakar semua orang, para vampire yang masih tak sadar terbakar dan yang lainnya memasang perisai. Burung Phoenix itu mengalihkan sasarannya pada mantra  yang menyelimuti Ghizey, ia menyembur api tanpa henti kesana, hawa panas menyelimuti gua yang luas dan besar itu.

"Pholi..... Bulan...." Rintih mira berharap Pholi mendengar

Pholi dalam wujud phoniex nya kehabisan nafas dan ia menengadah ke atas, ia melihat bulan dan langsung paham tindakannya selanjutnya. Ia segera terbang ke langit gua dan menutupinya.

"Jangan ganggu ritual ku!!!" geram Okta

Sringgg

Jlebbb

Kyaakkk

Suara rintihan burung Phoenix terdengar saat cahaya hitam seolah menembus badannya, Pholi terus bertahan disana hingga kehabisan tenaga dan terjatuh ke tanah tepat dihadapan Ghizey.

Karena Pholi berhasil mengganggu ritual itu dalam sebentar Ghizey mendapatkan sedikit kekuatan nya kembali

Arghhh

Ringis Ghizey saat ritual kembali menariknya, ia masih bisa melihat Pholi yang perlahan berubah menjadi seorang anak kecil kembali, tubuhnya pucat seolah mayat dengan luka dibadannya.

Selama ini Ghizey hanya menganggap Pholi sebagai peliharaannya dikarenakan identitas nya seekor Phoenix, namun mengingat laki-laki kecil itu selalu memanggil nya ibu dan menempel padanya membuat Ghizey merasa sedih melihat keadaan Pholi. Apalagi Phoenix kecil itu melindungi dirinya.

Ghizey melihat Mira yang sudah tersungkur kalah, hanya Glen yang masih bersusah payah menguarkan tenaga intinya yang sudah keluar dua kali. Tanpa sadar Ghizey menango melihat keadaannya.

"Seharusnya aku tidak kedunia ini" ucap Ghizey perlahan sambil menahan kesakitannya

"Kau salah, kau harus terlahir sebagai bayaran atas apa yang orang tuamu lakukan. Hahahha" ucap Okta sambil tertawa bergema

Mendengar perkataan itu Ghizey terdiam seketika, mendengar sebutan orang tua dia tidak hanya merasa sedih, tapi juga marah.

"Yah... Aku harus membalas apa yang orang tuaku lakukan. Mereka tidak membiarkan ku merasakan kehadiran mereka saat aku tumbuh besar. Mereka meninggalkan ku dengan penuh tanda tanya" ucap Ghizey dengan gigi yang menggeretak, bola matanya yang awalnya hitam kini berbuah menjadi merah.

Okta yang panik langsung menekan kekuatan pada Ghizey hingga gadis itu meringis dan tertunduk kembali.

"Aku akan membalas mereka, membalas dendam mereka padamu!" Teriak Ghizey yang terdengar antara pilu dan amarah

"Akhhhh!" Pekik Ghizey dengan keras. Seketika mantra yang mengelilinginya  lenyap dan Okta terpental jauh kebelakang, aura merahnya keluar dari tubuh Ghizey layaknya asap yang membara.

"Kau! Si tanpa mahkota! Apakah aku harus menyebutkan nama aslimu? Jorez Tholasa!!!" Ucap Ghizey yang masih membara

"Kau mau membunuh ku? Itu tandanya kau mau membunuh teman mu" seringai okta yang berada dalam kendali laki-laki bernama Jorez

Sringgg

Brakkkk

Okta terhempas kekanan dan dengan cepat Ghizey mengikuti nya.

Nguunnggg

Drett.... Dret..... Brakkkk

Okta mengeluarkan kekuatan nya dan membuat bebatuan yang berada didalam gua terbang dan tiba-tiba menghantam Ghizey hingga perempuan itu tak terlihat

"Ghizey!!" Teriak Regaz dan segera melesat untuk melawan Okta yang hendak melanjutkan mantranya.

Duarrrrrrr

Bebatuan itu berserak dan terpental keberbagai arah, dengan cewek ghize membantu Regaz dalam melawan Okta.

Sringgg

Dua kekuatan merah beradu dengan satu kekuatan hitam, Regaz dan Ghizey melawan Okta dengan kekuatan inti mereka masing-masing, dikarenakan kekuatan yang sangat kuat saling beradu gua mulai roboh, Elina, Mira, langsung beranjak menolong Glen dan Pholi untuk keluar dari sana.

Brakkkk

Okta terhempas ke dinding gua dan kali ini ada dua tubuh yang terlihat disana.

"Selamatkan Okta" ucap Ghizey sebelum melesat mendekati wujud sitanpa mahkota yang seperti sebuah mayat yang sepenuhnya hitam, Danya matanya yang putih.

"Jadi ini wujud makhluk rendah seperti mu, kau benar....aku harus balas dendam"

Ghizey membuka kepalan tangannya dan cahanya merah pekat seperti darah mulai keluar dari sana.

Zringgggg

Sringgg

Trakkkk

Serangan tak terduga mengenai Ghizey hingga dia tersungkur, dua orang laki-laki melesat dari arah lain menarik si tanpa mahkota dan menghilang, mereka membawa Mirza dan beberapa kawawan mereka yang msih diselamatkan, mereka hilang layaknya abu.

-Jangan lupa mengundi/Vote dan beri komentar yah pleasee ❤️-

Maaf atas banyaknya typo

avataravatar