webnovel

ujian akademi iblis

aku berjalan menuju akademi iblis, memandang sekitar dengan ekspresi datar, aku menyadari ada beberapa orang yang melihatku, tapi aku tidak memperdulikannya.

namaku Zenn Azreleon, aku sering mendapatkan perlakuan yang dimanja oleh orang tuaku padahal aku tidak pernah mau itu, mau gimana lagi? keinginan orang tua tidak bisa dibantah bahkan tidak boleh ditolak, apapun keinginan orang tua harus diikuti.

Zenn, seorang pemuda berambut hitam, bermata merah dan cukup tampan. Dia biasanya terlihat mengenakan seragam sekolah putih, yang terdiri dari kemeja hitam, jaket dan celana putih, dan lencana bergambar salib, Dia juga memakai celana panjang putih, ikat pinggang hitam, dan rantai logam.

aku sudah tiba di akademi iblis, para siswa baru lainnya juga sudah banyak, saat aku berjalan menuju pendaftaran, aku dilirik dengan tatapan sinis oleh beberapa siswa lain, sementara beberapa siswi memandangku sambil tercengang.

mataku tertuju pada seorang siswi yang mempunyai rambut blonde-kecoklatan,bermata orange bercampur kuning. dia biasanya mengenakan seragam sekolah berwarna putih yang terdiri dari kemeja hitam, jacket,dan celana putih,ia juga memakai hiasan logam.

aku tetap berjalan ke akademi, sambil perlahan-lahan mendekati siswi tersebut.

saat aku sampai di sebelah siswi tersebut aku menyamakan laju langkahku dengannya.

"halo."

aku menyapa siswi tersebut.

"ada apa?"

jawab perempuan itu.

"kau siswa baru tahun ini?"

aku bertanya lagi.

"ya"

jawabnya.

perempuan itu sepertinya memiliki sifat yang dingin sekali.

"namamu?"

aku bertanya lagi.

"Azaleana Shevaya, panggil aja leana, namamu?"

dia menjawab dan bertanya dengan ekspresi datar.

"namaku Zenn Azreleon, panggil saja Zenn"

sepertinya aku dan leana memiliki kesamaan, yaitu sifat dingin.

"hmmm, sepertinya kamu memiliki kekuatan yang besar."

kata leana.

aku sedikit terkejut mendengar ucapan leana, bagaimana dia bisa tau tentang kekuatanku?

"lumayan"

aku menjawab pertanyaan leana.

"maaf tidak sopan, akar kekuatan yang kamu miliki jenis apa?"

aku bertanya pada leana.

"penciptaan, kalau kamu?"

kata leana.

"sepertinya akar kekuatan kita bertentangan, akar kekuatanku adalah kehancuran"

aku mengatakannya pada leana.

ekspresi leana berubah, dia yang awalnya berekspresi datar, kini berubah menjadi sedikit tercengang.

"kehancuran....?? itu artinya... kamu memiliki kekuatan menghancurkan yang besar, terlebih lagi dengan kekuatan sihirmu yang sangat besar itu"

kata leana.

tanpa sadar kami sudah sampai di tempat ujian, kebetulan aku dan leana ada di jadwal yang sama.

"hmm, begitukah?"

aku menjawab perkataan leana.

"Zenn Azreleon dan Azaleana Shevaya, silahkan masuk ke arena"

terdengar suara pengumuman ujian telah dimulai.

"kebetulan sekali"

aku berkata dengan sedikit lega karena berada di arena yang sama dengan orang yang aku kenal, walaupun baru kenalan.

"ya."

jawab singkat dari leana.

aku dan leana sudah berada di dalam arena, kami menunggu perintah.

"tembakan sihir api tingkat dasar terkuat kalian."

kata panitia.

leana langsung menciptakan lingkaran sihir di tangannya.

"hellblaze."

api merah kehitaman keluar dari lingkaran sihir di tangan leana, objek yang dijadikan target terbakar karena hellblaze milik leana.

"lumayan juga leana."

aku memuji sihir yang dikeluarkan leana

"terima kasih Zenn."

kata leana.

"mari lihat sebesar apa kekuatanmu"

kata leana lagi.

"oke."

di tanganku langsung menyembur hellblaze tanpa mengucapkan mantra lagi.

target, dinding, bahkan area luar sekolah meledak dengan kerasnya akibat besarnya daya hancur hellblaze milikku.

"sudah kuduga."

kata leana dengan santai dan ekspresi datarnya.

"masih terlalu besar... ya."

aku sedikit kecewa dengan diriku sendiri karena gagal menekan kekuatanku.

"iya Zenn, kekuatanmu harus ditekan lebih kuat lagi."

jawab leana.

"aku mungkin harus belajar untuk menekan kekuatanku lebih kuat lagi."

aku berkata pada diriku sendiri.

"aku duluan ya."

leana berjalan menuju ruang ujian berikutnya.

"ya."

aku menjawab

setelah beberapa jam, leana sudah pulang duluan ke rumah, tetapi Zenn masih belum keluar dari arena ujian yang pertama.

aku memutuskan untuk melanjutkan ujian. setelah ujian selesai dan aku dinyatakan lulus, aku langsung pulang menuju rumah.

Next chapter