1 01 Prolog

Lyra menatap kaget. 'Orang' yang selama ini ia panggil 'kakak' sebab berpacaran ke kakak perempuannya tiba-tiba bilang ingin melamarnya.

Hal yang membuat ia semakin heran adalah, orang tersebut benar-benar serius!

Sekarang ia terlihat bagai burung tersesat sehabis jatuh belajar terbang bersama kawanan. Ditinggal sendiri.

Nasib.

But, Lyra akan segera menikah!

Ia pikir, dengan wajah jelek yang jauh dari sang kakak sulit menemukan pasangan hidup. Terlebih lagi ia masuk jajaran orang introvert akut. Bagaimana mau laku?

Ia sendiri lihat lawan jenis 'takut.' Kalau bertemu mereka seperti orang mati yang benar-benar tak bernapas. Tidak melakukan apapun, diam dan akan terus begitu.

Mengenai wajah, serius, ia berbeda dari sang kakak. Ibarat siang dan malam untuk masalah kulit, langit dan bumi untuk perbandingan wajah, 180° dan 100% untuk sikap.

Lengkap.

Tak percaya?

Salahkan gen atau benar yang Lyra pikir selama ini. Bahwasanya ia adalah anak pungut.

Beda jauh!

Sangat.

Lyra hanya menelan ludah, ia seperti orang kedatangan harta karun besar. Hujan emas nimpa kepala. Well, yang penting emas, gak apa-apa sakit. Nanti cari jalan biar kepala gak bersentuhan langsung.

"Apa alasanmu Denes? Bukannya kamu berpacaran ke Jane? Kenapa ingin menikah dengan Lyra?"

Sang empu yang disebut menunduk dalam. Lyra ya bukan Denes. Kalau orang itu mah terlihat tak terjadi apapun.

Tak jauh dari orang tersebut, sang kakak terlihat tanpa ekspresi.

Terserah hubungannya dengan Denes berakhir seminggu yang lalu. Tapi sekarang dengan mudahnya orang itu datang-datang melamar adik yang sangat jauh dari standar?

Tak ada arti apapun dibanding Jane!

Hanya orang rabun yang mau menikah dengan orang yang selain aneh tetapi punya wajah jelek.

Tak jarang ia dan sang adik berdebat soal genetik. Hello, darimana muncul wajah jelek tersebut sedangkan keluarga mereka cantik dan tampan?

Tumbuh sendiri?

Setiap melihat Lyra, Jane ilfeel setengah mati. Bagaimana bisa orang seperti itu berada di keluarga yang terkenal berwajah indah.

Orang malang yang tersesat.

Hanya Lyra sendiri yang tak mirip-miripnya sedikitpun.

"Saya menyukai cara Lyra bergaul. Meski tertutup, dia memancarkan inner beauty yang tak terbatas. Poros hidup dapat berubah terlebih soal kriteria pasangan."

Bolehkah Lyra tersanjung. Ia tak berpikir kalau Danes Alkhair adalah mantan pacar kakaknya sekalipun. Istilah 'bekas' bukan hal yang harus memenuhi pikirannya. Yang penting, Lyra pun menyukai orang tersebut.

Sangat.

Ah tidak, lebih tepat disebut kagum. Bagi Lyra tak salah mengagumi seseorang, namun tak harus suka dalam artian ingin mendapatkan mereka.

Cukup kagum.

Dibalik semua itu, Lyra tetap sadar tak mungkin poros hidup Danes yang selama ini jutek saat dengannya berubah dalam sekejap.

Lyra adalah orang yang realistis, ia sadar dimana posisi dan kedudukan.

Setelah proses lamaran selesai, para orangtua menyuruh Lyra dan Denes berbincang. Keputusan tetap berada ditangan kedua orang tersebut. Jikalau selesai, proses ini pun berakhir.

Kedua belah keluarga tahu, tak mungkin keduanya sempat berbincang sebab lamaran ini terjadi begitu cepat. Saking mendadaknya, kalau salah satu anggota keluarga pihak perempuan punya riwayat penyakit jantung, sudah pasti berakhir di rumah sakit.

Wow.

"Maksud Kakak apa?"

Lyra langsung bertanya to the point. Ia tak mau muluk-muluk, sebab tahu, hari pernikahan akan dilaksanakan seminggu lagi. Mereka tidak berada di ajang cari jodoh yang langsung main iya-iya baru setelah itu berkenalan lebih jauh.

Lyra walaupun jelek punya standar untuk pasangan hidup. Orang yang akan menemani ia sampai ajal menjemput. Tak mungkin ia sembarang ambil keputusan.

Walau itu orang yang ia kagumi sekalipun.

"Aku menyukaimu. Maaf selama ini bersikap buruk."

Dahi Lyra menyeryit bingung. Jangan bercanda, cara Denes berucap jelas-jelas tak menyakinkan. Berbanding terbalik saat dihadapan keluarga besar ia tadi.

"Kakak serius atau tidak?"

Alis Denes terangkat, ia kurang menyakinkan?

Padahal lihat, ia sudah melakukan yang terbaik. Kalau soal sifat ya beginilah ia. Bagi orang-orang boleh terlihat kurang namun baginya sudah cukup. Denes tak suka hal-hal yang melebihi takaran.

Sedang dan tepat.

"Dengar, aku serius, apa kamu butuh bukti?" ujar orang tersebut sambil menatap lurus.

Ya Tuhan, beginikah sifat Denes yang sesungguhnya?

Lyra tak habis pikir. Berarti ia tertipu cover luar. Denes tak sebaik dan sekeren yang ia pikir. Sangat jauh malahan. Tak pernah Lyra pikir ia akan terjebak situasi menyebalkan begini.

"Iya, coba buktikan," ujar orang tersebut.

Lyra yang sebelumnya tak pernah berani menatap mata tajam Denes jauh keluar batas. Ia bisa melakukan apapun.

Harga diri Lyra sedang dipertaruhkan. Ia tak bisa diam, meski harus bersikap jauh dari ia yang terlihat.

Cup.

Lyra terpaku saat benda lembut menyentuh permukaan bibir. Bukan sekedar menempel akan tetapi pergerakan yang tak mampu Lyra proses.

Ia dicium tepat dibibir!?

Mimpi apa Lyra!?!?

Wow!

Saat ciuman tersebut lepas Lyra masih bisa merasakan napas hangat Denes menerpa wajahnya. Yang berarti posisi mereka sangat dekat satu sama lain.

Ia tak mampu merespon benar hal yang terjadi.

"Lumayan, ku pikir bibirmu tak semanis ini."

Wajah Lyra blushing oleh ucapan vulgar Denes. But hell no!

Yang itu tadi first kiss Lyra yang ia jaga sebaik mungkin. Dengan mudah diambil orang yang belum tentu menyukai ia atau tidak?

Bagaimana kalau orang tersebut cuman sekedar mempermainkan?

Sekali lagi, Lyra sadar dimana letak kedudukan dan posisinya!

"Sudah percaya?"

Brak!

Lyra spontan menutup mulut pakai tangan saat tanpa sadar mendorong kuat tubuh Denes sampai terjungkal.

Dasar Lyra bodoh!

Kalau reflek kenapa tidak dari tadi saat orang itu begitu mudah mencuri first kissmu!?

Ringisan tertahan Denes membuat Lyra sadar harus membantu bukannya diam tak jelas.

"Ma-maaf Kak, aku gak sengaja. Ku pikir kamu tadi... pokoknya aku minta maaf."

Lyra berusaha membantu Denes yang dibalas orang tersebut menggerutu.

Tak jauh dari mereka Jane tengah memperhatikan interaksi antara kedua orang tersebut. Seluruh adegan dari awal sampai akhir terekam jelas oleh indera penglihatan Jane. Termasuk ciuman yang sering mereka perbuat dulu.

Jujur, cara berpacaran Jane bebas. Untuk sebatas skinship tingkat keras dan halus ia beri akses. Well, meski begitu ia 100% masih tersegel. Cara bermain mereka pun aman sebab Jane tak begitu bodoh.

Tangan perempuan tersebut mengepal kuat. Tak bisa dibiarkan, ia harus melakukan sesuatu.

Hal pertama adalah menunjukkan dimana posisi tepat untuk si aneh Lyra.

Alasan ia dan Denes putus oleh sebab Jane bosan bercampur main-main. Biasanya mereka pun memang sering berselisih paham sih.

Jane adalah orang yang keras kepala sedangkan Denes ingin menjadi dominan. Jane tak suka dibawah kendali, oleh sebab itu ia muak. Lantas terjadilah hal yang membuat mereka putus.

"Lyra adikku, masa iya sih kamu mau barang bekas? Apalagi itu bekasku. Fine, aku tak rela presdir mapan dan tampan seperti Denes Alkhair untuk orang aneh. Kamu adik, tapi aku meragukannya."

Tangan Jane semakin mengepal kuat. Ia ingin 'menghabisi' Lyra hingga berubah remahan roti kering. Lihat, Jane tak akan diam!

*****

avataravatar
Next chapter