21 Menikmati penderitaan

Hidup selalu penuh dengan misteri dan sulit untuk ditebak. Tetapi tidak ada hal yang lebih baik selain mensyukuri apa yang ada dan menerima takdir yang telah ditentukan.

Aku tiba pada saat-saat takdir buruk sedang menimpaku. aku berpikir bahwa ini adalah saat yang paling sulit sepanjang hidupku. Namun semua itu tidak pantas untuk dikeluhkan sebab untuk seluruh nikmat yang telah Allah berikan, penderitaan ini tidak ada apa-apanya.

Aku berpikir bahwa Allah sedang menunjukkan cintaNya melalui penderitaan ini, bagaimana aku menyikapi dan menerima itu sebagai sebuah ujian hidup yang ku tahu semua orang pasti pernah melewatinya.

Aku ingat sebuah ayat yang pernah diajarkan kepadaku waktu aku di pesantren dulu.

"(Al-`Ankabūt):2 Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan (saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji lagi?".

Setiap Hamba memang seharusnya diuji agar menyadari siapa sesungguhnya diri ini, bahwa ketika engkau menyadari bahwa keimanan mu sedikit bertambah maka Allah hadirkan sebuah cobaan untuk menguji itu, apakah keimanan itu sungguh-sungguh atau bahkan palsu.

Suatu hari di pertengahan tahun tabunganku habis. Akhir-akhir ini kakakku tak pernah memberi kabar ataupun mengirim uang, pikirku ia mungkin lupa dan akan mengirim uang besok atau lusa. Setiap hari aku memeriksa kartu kredit namun tetap kosong. Persediaan makanan di rumah hanya sampai sekitar seminggu lagi. Aku tidak tahu harus berbuat apa ketika persediaan makanan itu telah habis. Aku tidak menghubungi kakakku karena aku terlalu malu, biasanya tanpa ku hubungi ia akan mengirim uang setiap sebulan sekali, dan ia tahu bahwa aku tidak pernah meminta uang kepadanya. Aku berpikir bahwa mungkin kakakku sedang dalam kesulitan dan membutuhkan uang, mungkin juga ia sangat sibuk sehingga ia lupa, aku tak tahu pasti.

Kupikir aku harus menghemat, kabar dari kakakku tak kunjung datang, seminggu telah berlalu tanpa perubahan dan aku mulai cemas. Ku sandarkan seluruhnya kepada Tuhanku serta berserah diri.

Aku mulai gelisah ketika aku tidak memiliki apa-apa lagi, tetapi ketika aku memiliki apapun, sangat sedikit rasa syukur dalam hati ini, sungguh betapa buruknya aku.

Tidak ada tempat untuk berserah diri kecuali kepada Allah, ku sadari tidak pantas bagiku mengeluh dengan semua ini, ku tahu diluar sana masih ada orang lain yang lebih menderita. Dan Allah tidak pernah memberi ujian melebihi batas kemampuan umatNya.

Aku menikmati penderitaan ini, bahkan aku lebih senang seperti ini sebab ibadah ku bertambah, aku lebih sering berpuasa. Sungguh benar bahwa kita akan lebih sering mengingat Allah dikala kita berada pada posisi paling rendah dalam kehidupan. Aku mendapat banyak hikmah dan pelajaran dari penderitaan ini.

Ada yang bertanya bagaimana aku bertahan hidup? Pak Arman memiliki kebun singkong disekitar rumahnya dan aku meminta sedikit bibit singkong dari beliau dan ku tanam di belakang rumahku. Ku rawat itu dengan baik dan ku anggap seperti saudara sendiri. Mulai saat itu aku belajar bercocok tanam. Karena singkong itulah aku bisa bertahan hidup.

Satu hal lagi ketika aku tidak mampu membeli tabung gas, maka aku menggunakan kayu bakar yang ku ambil di hutan belakang rumah, cara kuno yang menyenangkan.

Banyak hal yang perlu disyukuri, banyak hal yang perlu diterima, dan banyak hal yang perlu dijadikan pembelajaran kehidupan yang sementara ini. Takkan selamanya aku diatas dan takkan selamanya pula aku dibawah. Tidak selamanya aku tersenyum karena kebahagiaan, terkadang pula aku bahagia karena penderitaan. Kenikmatan lebih terasa saat penderitaan menghampiri dan perjalanan dari penderitaan itu membuahkan cahaya kebahagiaan. Maka tegar lah wahai hati yang kaku, tidak ada penderitaan yang hakiki, lihatlah dari sisi yang lain, dari semua yang dijalani bukankah ini cara yang paling romantis hamba dan TuhanNya dalam percintaan?.

avataravatar
Next chapter