2 Lingkungan baru...

Setiap langkah yang ku jalani selalu saja membawaku pada rasa keingintahuan yang mengganggu kepalaku. Disaat awalnya semua baik-baik saja, pikiran yang tenang dan hati yang tentram ku jalani sebelum aku berada disini(Indonesia). Akhir-akhir ini aku sering menghabiskan waktu di kepalaku, bertengkar argumen tanpa pernah ada sebuah kesimpulan. Tentang apa yang ada disini dan bisakah aku mempertahankan kepercayaan yang selama ini diturunkan kepadaku dari orang tua ku.

Setiap malam setelah kejadian di masjid itu, dorongan dalam hati terus saja mengusik untuk mencari tahu lebih dalam tentang semua ini. Aku tiba di rumah kontrakan yang sedikit terlihat tua namun nyaman untuk di tinggali. Di rumah inilah paling sering ku habiskan waktuku sembari menunggu perkuliahan dimulai. Aku perlahan beradaptasi dengan lingkungan yang baru bagiku, orang-orang di desa ini sedikit cuek tapi ramah, kucoba bergaul dengan mereka dan ternyata mereka mudah akrab dan mudah untuk diajak diskusi. Perkuliahan baru akan dimulai sekitar 4 bulan lagi, pada 4 bulan itu aku belajar bahasa Indonesia dari seorang guru yang juga tetanggaku sendiri, namanya pak Arman, beliau pernah tinggal lama di Korea, beliau bercerita bahwa waktu di Korea bekerja sebagai pelaut di sebuah kapal ikan di Korea sekitar 5 tahun, beliau kembali ke Indonesia tahun lalu dan sekarang bekerja sebagai guru mengaji. Itulah awal aku mulai akrab dengan pak Arman dan sering ku habiskan waktuku untuk diskusi di rumahnya.

Aku cepat belajar, aku perlahan menggunakan bahasa Indonesia dalam kehidupan sehari-hari ku disini. walaupun belum banyak yang ku kuasai namun itu adalah langkah baik untukku kedepannya. Selain belajar bahasa Indonesia bersama pak Arman, aku juga sering diskusi tentang apa saja, tentang kehidupan, tentang umum, tentang kemanusiaan, tapi belum pernah sekalipun kami diskusi tentang agama, aku agak sedikit takut membahas tentang hal itu, aku pikir belum saatnya diskusi tentang agama. Hari demi hari telah berlalu, belum sekalipun aku memberi kabar kepada ibuku, entah mengapa aku sedang malas menghubungi ibuku, karena biasanya, ketika aku sedang tidak bersama dengannya dan hanya berbicara melalui telepon, aku sering menangis mendengar suaranya. Pernah suatu hari waktu aku ikut dalam acara Pramuka selama 3 hari, belum cukup 1 hari aku sudah tidak sanggup dan ingin segera pulang menemui ibuku, kakakku berkata bahwa aku adalah anak yang manja dan itu memang aku.

Tak terasa sudah 3 bulan aku berada disini, dan mulai terbiasa dengan lingkungan tempat tinggal ku, suara adzan yang setiap 5 kali sehari terdengar keras walaupun ku tutup rapat-rapat pintu rumah dan jendela, bahkan telingaku pun ku tutup dengan kedua tanganku masih tetap terdengar dengan jelas, awalnya itu mengganggu ku, tapi sekarang aku telah terbiasa dengan itu. Suara mengaji Anak-anak dari rumah pak Arman juga terdengar jelas. Setiap sore setelah mengaji, anak-anak bermain dan tertawa riang di tanah kosong depan kontrakan, aku mengamati dari teras rumah sambil membaca buku, aku suka menunggu dan melihat ketika tiba waktu magrib anak-anak itu masih bermain, para orang tuanya pun datang dengan membawa rotan, aku sering tertawa melihat kejadian itu. Tahu tidak? hal tersebut terulang setiap hari menjelang magrib.

Aku mulai menyukai lingkungan baru ini, lingkungan yang mengajarkanku banyak hal, membuat hidupku disini tidak membosankan, aku lebih sering tertawa disini daripada di negara ku sendiri. Lingkungan yang jauh berbeda inilah yang mengubahku menjadi pribadi yang lebih baik lagi, tak ada lagi kata yang mampu menggambarkan betapa berartinya lingkungan baru ini bagi hidupku hari ini, hari esok, dan kehidupan setelah ini.

avataravatar
Next chapter