4 Diskusi hati

Ujian akhir semester baru saja selesai, ku jalani dengan baik-baik saja. Sekarang hanya menunggu hasil ujian, sementara itu aku sering belajar di perpustakaan, membaca beberapa referensi dan mendiskusikan dalam hati. Ada hal menarik perhatianku dalam proses itu. Ku temukan sebuah buku tentang perbandingan agama, ada sebuah pertanyaan yang menarik yang mengatakan "apa yang membedakan ciri-ciri tuhan dengan ciri-ciri ciptaan?". Apa ciri-ciri tuhan dan apa ciri-ciri ciptaan? menariknya itu mengganggu kepalaku karena sepanjang umurku aku tidak pernah diajarkan tentang hal itu dan aku tidak mampu menjawab pertanyaan itu. Maka ku lanjutkan membaca beberapa referensi tentang hal itu dan menemukan sebuah jawaban yang menggoyahkan hati nurani ku. Ada lima jawaban yang ku temukan, yang pertama Tuhan itu kekal selama-lamanya sedangkan ciptaan tidak kekal selama-lamanya, yang kedua Tuhan itu tidak berawal dan tidak berakhir sedangkan ciptaan pasti ada awal dan pasti pula ada akhir, yang ketiga Tuhan itu tidak terikat oleh ruang dan waktu sedangkan ciptaan tentu saja terikat oleh keduanya, yang keempat Tuhan itu tidak bergantung kepada apapun sedangkan ciptaan tentu saja bergantung, dan yang terakhir adalah Tuhan itu tidak istirahat dan tidur sedangkan ciptaan butuh istirahat dan tidur. Semua hal itu tidak pernah ku dengar dari pendeta atau ahli Agama, aku terdiam sejenak dan merenungkan dalam hati, semua hal itu diterima oleh akal ku sendiri dan di iyakan oleh hati nurani ku. Aku mulai bimbang dan ingin mengetahui lebih dalam lagi tentang semua ini. Aku bertanya pada sahabat ku Ariel tentang ini, dia menjelaskan bahwa dalam agamanya memang di ajarkan tentang hal itu, dia berkata bahwa dalam agama Islam yang diajarkan lebih dulu adalah mengenal Tuhan lalu kemudian menyembah tuhan, sedangkan dalam agama ku hanya diajarkan untuk menyembah tuhan. Aku mulai berfikir, sebuah pertanyaan muncul dalam kepalaku, bagaimana mungkin kita menyembah Tuhan sebelum kita mengenal yang di sembah. Hari-hari hanya ku habiskan untuk merenungi pertanyaan itu dalam kepala ku, dan pada titik itulah aku mulai gelisah.

Dalam ruang di rumah kontrakan, ketika aku bangun pagi dengan secangkir kopi hangat, aku mulai diskusi dengan diri sendiri, melibatkan hati ada akal, aku terbiasa dengan diskusi seperti itu. Merenung dan tidak banyak mengeluarkan kata-kata, namun di dalam kepala, semua pertanyaan tiba-tiba muncul, namun sungguh sangat menggangu. Kucari hiburan untuk melupakan itu sejenak, bermain game atau menonton acara televisi, tapi itu tidak terlalu berpengaruh karena setelah itu pikiranku kembali berpusat pada hal seperti itu, aku tidak ingin seperti itu, aku ingin menyelesaikan semua ini segera sehingga aku tidak terganggu oleh pikiran semacam itu lagi.

Hati tidak mungkin berbisik untuk sesuatu yang salah, aku tahu itu sejak awal. Jadi jika pertanyaan itu bersumber dari hati maka tentu saja itu adalah hal yang memang pantas untuk di pertanyakan dan pantas pula untuk di cari tahu jawabannya, maka itu yang akan aku lakukan. Aku mencari jawaban di YouTube dan muncul video dari seorang mualaf, mualaf itu artinya orang yang pindah agama menjadi agama Islam, jadi dulu dia seorang non muslim dan sekarang seorang muslim. Bagi ku menuntut ilmu itu tidak perlu melihat siapa yang menyampaikan, tetapi aku lebih melihat apa yang dia sampaikan. Beliau berkata bahwa setiap manusia telah ditanamkan dalam hatinya untuk mengenal Tuhan, bahkan sebelum kita lahir didunia ini, sebenarnya kita telah mengenal Tuhan, itulah yang disebut "fitrah".

Hari-hari telah berlalu dan kejiwaan ku mulai terganggu akibat hal-hal dalam pikiran yang tidak kunjung usai. Aku sempat sakit beberapa hari karena pikiran yang menggangu, Ariel selalu datang merawat ku dan memberiku nasehat. "sobat, Jangan menyiksa diri lebih jauh lagi, ada hal yang memang seharusnya untuk di pikirkan tetapi tentu saja dengan batasan yang semestinya. Ketahuilah yang perlu untuk kamu ketahui, aku tahu bahwa kamu adalah seorang pemikir, tapi jangan pula menyiksa dirimu dengan tidak tidur berhari-hari hanya karena sesuatu yang ingin kamu tahu, berilah segala sesuatu itu haknya, otak memang memiliki hak tapi jangan lupa bahwa tubuhmu itu juga memiliki hak untuk istirahat".

avataravatar
Next chapter