18 Destinasi yang sejati

Masih dalam masa libur lebaran, perkuliahan semester lima akan dimulai sekitar sebulan lagi. Aku masih bingung apa yang akan aku lakukan disela-sela libur semester ini.

Aku mendiskusikan hal itu kepada pak Arman, kebetulan beliau mempunyai saudara yang menjadi seorang guru di sebuah pesantren. Letak pesantren itu agak jauh dari tempat aku sekarang berada, kurang lebih 100 km. Jarak bukan sebuah masalah, aku senang akan lingkungan yang baru, aku telah memutuskan untuk menghabiskan masa libur ku di pesantren itu.

Pak Arman menelepon saudaranya di pesantren itu, Alhamdulillah beliau mengindahkan keinginan saya, saya bisa membantu membersihkan lingkungan pesantren sekaligus memperdalam ilmu agama, mendapatkan pengalaman baru, itu baik untuk saya dan semoga Allah meridhoi aku.

Pak Arman memberiku alamat, nomor telepon dan sebuah nama. Beliau memintaku untuk menghubungi menghubungi nomor itu ketika aku telah sampai kota tujuan.

Aku menikmati perjalanan menggunakan kereta api. Gunung, sawah, ladang, hingga perkampungan warga yang terlihat sederhana dan tenang, semua hal itu sedikit memanjakan mata ini yang lelah dengan kebiasaan melihat buku. Pengalaman pertama bagiku menggunakan kereta api dengan perjalanan panjang ini, melelahkan namun menyenangkan, aku akan menceritakan seluruh hal ini kepada ibuku suatu hari nanti.

Aku telah tiba di stasiun kota setelah menghabiskan banyak waktu dalam perjalanan. Ku hubungi nomor yang pak Arman berikan padaku dan mengirim koordinat lokasi, beliau akan menjemput ku.

Pikirku tidak ada perjalanan panjang lagi, tapi nyatanya aku masih harus melakukan perjalanan kurang lebih 4 jam menggunakan mobil untuk menuju ke pesantren itu. Dalam hati memberi semangat "jangan mengeluh".

Beruntungnya, saudara pak Arman ini sangat baik dan cepat beradaptasi dengan orang yang baru, tidak ada kesulitan bagiku untuk berbincang dengan beliau di sepanjang perjalanan. Beliau tidak ada bedanya dengan pak Arman, sama-sama baik terhadap ku. Aku benar-benar bersyukur bisa bertemu dengan orang-orang baik seperti beliau, dan membantuku dalam banyak hal.

Selalu ada hal yang bisa diceritakan membuatku merasa tidak bosan dalam perjalanan. Akhirnya kami tiba di pesantren itu, lega rasanya tubuh ini bisa bergerak bebas. Kami tiba agak malam sehingga lingkungan pesantren terlihat agak sepi dan tenang, tanpa ada aktivitas diluar ruangan.

Beliau menuntunku menuju ke kamar untuk beristirahat, kamar yang sederhana yang dilengkapi dengan satu buah kasur, satu buah meja belajar dan kursi, lemari, dan sebuah kipas angin usang, hanya itu yang ada didalam kamar itu. Alhamdulillah.

Aku menatap langit-langit kamar sembari menari-nari di dalam pikiran, merencanakan apa yang akan aku lakukan disini, pada terakhir dalam pikiran itu, aku berkata "manusia hanya bisa merencanakan, bila tiba-tiba terjadi sesuatu diluar dari rencana semula, semua itu diluar dari kemampuan dan keinginan, aku akan menerima apa yang telah ditakdirkan untukku".

Perjalanan panjang menuju pesantren ini membuatku merasa sangat lelah sehingga aku hampir telat untuk sholat subuh berjamaah. Beruntungnya seorang santri membangunkan ku dengan susah payah. Aku mengikuti rutinitas santri disini, kegiatan apapun yang para santri lakukan, aku juga turut serta melakukannya. Seperti biasa, awalnya memang agak sulit karena aku belum terbiasa, namun aku tahu perlahan nantinya semua akan terasa biasa saja.

Aku mulai beradaptasi dengan lingkungan pesantren ini. Bertemu orang-orang yang kupikir sejalan denganku yaitu mencari ridho Allah. Aku tidak tahu apa yang akan Allah tunjukkan kepadaku disini, namun yang pasti adalah akan ada sesuatu yang bermanfaat yang bisa menjadi bekal pembelajaran untukku.

Walaupun status ku sebenarnya adalah seorang mahasiswa, namun aku merasa disini aku setara dengan para santri, status kami sama, yaitu seorang pelajar, maka tidak ada sedikitpun rasa malu dalam hati ini untuk belajar hal dasar, seperti memperbaiki bacaan Al-Qur'an, menulis Bahasa Arab, mengenal huruf Hijaiyah dan cara pengucapannya, mengenal tempat keluarnya huruf. Bahkan aku tidak malu untuk belajar kepada santri yang lebih menguasai hal itu.

Awalnya ada beberapa santri yang menertawakan ku, tapi itu bukan sebuah masalah, aku memaklumi hal itu. Aku tidak menganggap hal itu sebagai sebuah ejekan dari mereka, aku hanya menganggap hal itu sebagai sebuah candaan dalam sebuah pertemanan, dan itu baik karena akan lebih mudah dan cepat untuk akrab dengan mereka, dan itu yang terjadi, baru beberapa hari saja aku disini, aku sudah memiliki banyak teman. Mereka banyak membantuku belajar, aku bersyukur akan hal itu.

Begitu pula para guru dan para pimpinan pondok pesantren ini, mereka sangat baik dan ramah terhadap ku. Mereka dengan tulus ikhlas mau menerima kedatanganku dan mengajarkanku tentang agama yang indah ini. Dan tanpa meminta bayaran sedikitpun. MasyaAllah.

Aku lebih menyukai belajar disini daripada belajar di kampus. Disini aku belajar apa yang selama ini aku ingin pelajari, jika bukan karena orang tua ku, aku lebih memilih untuk meninggalkan kuliah ku dan menghabiskan waktu di pesantren ini. Namun itu tidak akan terjadi, aku tidak ingin mengecewakan orang-orang yang telah berjuang dan menaruh harapan besar kepadaku, terutama ibuku. Aku ingin menyelesaikan apa yang telah aku mulai di awal ketika aku pertama kali berada disini(Indonesia). Mungkin ketika aku telah menyelesaikan kuliah, aku akan kembali ke pesantren ini, InsyaAllah.

Ada seorang kyai yang telah berumur. Setiap malam pada sepertiga malam terakhir beliau selalu mengajakku ke masjid untuk sholat tahajjud. Beliau mengajarkanku tentang mengenal Allah dan mendekatkan diri kepadaNya. Selepas sholat tahajjud, beliau menuntunku untuk berdzikir, memejamkan mata, mengfokuskan hati mengingat Allah, menyebut namaNya, hanya aku dan Allah yang mendengar, merasakan bahwa aku sedang bermesraan dengan Allah. Hal itu berlaku hingga tiba waktu subuh.

Beliau mengajarkanku agar aku senantiasa mengingat Allah dalam keadaan apapun. Beliau memintaku untuk menjadikan hal itu sebagai rutinitas dan jangan pernah berhenti mengingat Allah apapun yang sedang aku kerjakan.

Beliau memberikan dua ayat dalam Al-Qur'an untuk dijadikan rujukan dan sebagai sebuah pedoman hidup.

"Āli `Imrān: 191- Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka."

"An-Nisā' :103 - Maka apabila kamu telah menyelesaikan sholat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah shalat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman."

Banyak hal yang menjadi pelajaran penting bagiku pribadi, dan masih banyak hal yang bisa ku dapatkan di pesantren ini. Karena terbatasnya waktu yang ku miliki, serta perkuliahan yang akan segera dimulai, dengan berat hati aku harus segera meninggalkan pesantren ini untuk kembali ke rumahku.

Sedih rasanya harus berpisah dengan orang-orang terbaik sepanjang perjalanan hidupku. Aku bangga bisa bertemu dengan mereka, aku bahagia bisa berinteraksi dengan mereka, tidak ada kata yang pantas untuk mengungkapkan betapa bahagianya aku berada disini. Terlepas dari semua itu aku ingin mengucapkan terimakasih kepada seluruh orang-orang di pesantren ini tanpa terkecuali, dan dengan rasa syukur yang berlimpah, semua ini terjadi atas izin dari Allah SWT.

avataravatar
Next chapter