22 Bunyi yang sembunyi

Banyak hal yang ku jadikan pelajaran hidup dari masa sulit itu. Hatiku lebih tercerahkan dan lebih merasa tenang, bahwa ketika tiba-tiba suatu hari nanti aku kembali berada dalam keadaan seperti itu, semua akan lebih mudah untuk dijalani.

Aku menerima sebuah pesan dari SMS banking yang menginfokan bahwa seseorang mengirimkan uang ke rekeningku. Aku yakin itu dari kakakku. Tidak lama setelah itu kakakku menelpon dan bercerita tentang alasan mengapa sedikit terlambat mengirimkan uang, itu bukan sebuah masalah besar, kataku. Semua sudah baik-baik saja saat ini.

Ibuku mengirimkan salam rindu untuk anaknya tercinta. kakakku juga merindukanku. Begitu pula aku yang sedikit menyembunyikan kerinduan itu. Janganlah kerinduan itu menjadi beban, aku harap seperti itu.

Banyak hal yang ingin ku ceritakan kepada kakakku perihal kehidupanku disini, termasuk aku telah menjadi seorang muslim. Namun karena terbatasnya jarak dan waktu, itu tidak mungkin terjadi.

"Sunyi adalah bunyi yang sembunyi". Ketika berada dalam kesunyian maka ada sebuah bunyi yang sembunyi, yaitu suara dalam hati yang hanya aku dan Allah yang mendengar itu.

Suara itu berkata kebaikan atau mengarahkan pada kebenaran. bunyi itu memintaku untuk memberitahu kakakku tentang apa yang selama ini aku ingin sampaikan.

Kebimbangan dan keragu-raguan mengusik melemahkan diri, aku masih berfikir sedang bunyi yang sembunyi itu masih terdengar jelas mempengaruhi. Aku ingin tidur namun terganggu dengan itu, mataku terpejam sedangkan jiwaku terjaga, ini bukan pertama kali terjadi, seharusnya aku sudah terbiasa.

Ku tinggalkan hal yang mengusik ketenangan jiwa dengan mencari kesibukan, apapun yang ku lakukan, membaca buku, menonton, mengisi teka-teki silang, dan membaca Al-Qur'an. Setidaknya itu bisa membantu menenangkan diri.

Aku menulis apa yang terdengar dari bunyi yang sembunyi itu, apapun yang terdengar tersimpan pada catatan kecil untuk mencari makna yang berguna walaupun tak beraturan.

"Kau tahu nak, sampai kapan kau menyimpan kebenaran ini dari keluarga mu, bisa jadi darimu hidayah datang untuk mereka, semoga Allah mengampuni mu. Kau tahu nak, tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi kedepannya, takdir tak mampu ditebak, namun setidaknya usaha tidak akan pernah mengkhianati hasil. Persoalan diterima atau tidak itu urusan nanti, sampai kapan kau akan menunda waktu?. Tidakkah terlihat hebat jika engkau mampu mengantarkan keluarga mu pada agama yang diridhoi Allah ini, tidakkah terdengar hebat jika kau mampu menyakinkan mereka dengan keimanan dan pengetahuan yang kau telah pelajari selama ini, dan tidakkah Allah tersenyum melihatmu ketika kau berhasil menuntun mereka ke jalan Rahmatan Lil Alamin. Sungguh celakanya jika waktumu habis dan kesempatan tidak akan datang kedua kalinya. Apa yang membuatmu yakin bahwa umurmu atau umur keluargamu akan bertahan sampai kau mengatakan kebenaran ini kepada mereka? Bagaimana jika dihadapan Allah kau ditanya perihal ini, mengapa engkau menunda waktu untuk mengabarkan kepada mereka. Maka sekali-kali janganlah seperti itu, kau menikmati Islam sedang keluargamu tidak, bukankah itu sebuah musibah besar. Singkirkan kesombongan itu, singkirkan keraguan dari hatimu yang keras itu, apakah kau sadar bahwa Allah beberapa kali memberimu kesempatan sampai hari ini, bayangkan jika ini adalah kesempatan terakhir untukmu."

Sambil menulis aku menyadari betapa buruknya aku, seharusnya aku tidak menyembunyikan sesuatu yang tidak seharusnya disembunyikan. Aku telah terpengaruh oleh bunyi yang sembunyi dalam kesunyian, menari-nari di kepala, meneteskan air mata.

Aku telah sampai pada kesimpulan bahwa aku akan menceritakan dan berdakwah kepada keluargaku, namun sepertinya tidak mudah jika melalui telepon seluler, aku ingin menceritakan secara langsung karena lebih mudah menjelaskan. Sepertinya aku akan kembali ke Korea dengan tujuan itu.

avataravatar
Next chapter