11 "Kun Fayakun"

Ada hal yang sulit untuk menggambarkan sesuatu yang ingin ku ungkapkan. Berjalan di derasnya ombak kehidupan. Sungguh benar bahwa dunia ini adalah permainan semata. Di penuhi dengan tipu daya yang melalaikan.

Aku telah belajar banyak tentang agama ini. Membuatku semakin yakin bahwa inilah jalan yang lurus. Aku banyak membaca kisah dan sejarah orang-orang terdahulu.

Bagaimana sang Khalifah Umar bin Khattab menerima Islam dalam dirinya. Ketika beliau membenci Islam dengan sangat kejam. Ketika beliau menentang dan berusaha membunuh Baginda Rasulullah Saw. Ketika beliau berusaha melenyapkan agama Islam. Ketika beliau berusaha mempertahankan kepercayaannya. Aku tahu bagaimana Allah memberi hidayah orang yang memang pantas untuk diberi hidayah.

Ketika Allah hanya berkata "Jadilah" maka itu sudah pasti terjadi. Ketika Allah memberiku hidayah, bukankah Allah sedang mencintaiku?. Maka pantaskah aku tidak mencintainya sebagaimana Ia mencintaiku. Kucari jalan bagaimana mencintai Allah dengan cara yang benar.

Ku ingat sebuah kisah dari seorang wali Allah yang bernama Rabiah Al-Adawiyah yang mengajarkan bagaimana mencintai Allah. Kecintaan yang benar-benar sebuah kecintaan yang tulus. Demi keagungan Tuhanku. Tidak ada seorangpun yang pernah ku temui maupun yang pernah ku baca kisahnya mampu membuatku merasa sangat buruk. Aku cemburu terhadap seorang wanita yang begitu dalamnya mencintai Allah. Dan demi keagungan Tuhanku, tidak ada seorang wanita pun saat ini yang bisa seperti Rabiah Al-Adawiyah, bahkan di masa depan.

Aku iri dan cemburu bagaimana ia berhubungan dengan Allah. Ketika ia berdoa.

Di antara doa-doa yang membuatku iri dan cemburu adalah doa yang dipanjatkannya pada waktu malam di atas atap rumahnya, katanya: " Oh…Tuhanku, bintang-bintang bersinar bergemerlapan, manusia sudah tidur nyenyak dan raja-raja telah menutup pintunya, tiap orang bercinta sedang asyik dengan kesayangannya dan di sinilah aku bersendirian bersamaMu".

Sedangkan doa lainnya yang membuatku meneteskan air mata. "Ya Rabb ku, bila aku menyembahMu karena aku takut neraka, bakar lah diriku di dalamnya. Bila aku menyembahMu karena mengharapkan surga, maka jauhkan aku dari sana. Sedangkan jika aku menyembahMu karena kecintaan ku kepadaMu, maka berikanlah aku kesempatan untuk melihat wajah-Mu yang Maha Besar dan Maha Mulia itu". Cinta Rabiah tidak bisa disebut sebagai cinta yang mengharap balasan, namun sebuah ketulusan. Aku iri dan cemburu untuk itu.

Cintailah Allah karena Dia mencintai kita, tunaikanlah perintah Allah karena Dia akan mengadili kita, buatlah sesuatu yang dituntut semata-mata karena Allah  sebab yang akan menilai setiap amal adalah Allah.

Sungguh berat bagi orang awam sepertiku mencontoh apa yang dilakukan oleh kekasih Allah Rabiah Al-Adawiyah. Sungguh tidak pernah ku temukan pula ada wanita saat ini yang setidaknya menyerupai beliau. Cara ia mencintai Allah, adab ia ketika berdoa, dan hidupnya yang ia berikan semata-mata untuk Allah SWT.

Aku berdoa setiap malam agar Allah mengajarkanku bagaimana seharusnya mencintaiNya dengan cara yang benar.

Pernah suatu hari aku melihat sebuah ceramah di YouTube. Ustadz itu berkata "Dalam percintaan seorang hamba dengan Tuhannya. Allah berkata "aku sesuai dengan prasangka hambaKu kepadaku. Jika hambaKu menyangka aku penuh cinta maka aku mencintainya. Jika hambaKu menyangka aku pelit maka aku tidak akan memberinya rezeki".

Dalam pikiranku, Allah mencintai hambaNya sebagaimana mestinya. Berapa banyak dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat. Lalu berapa kali Allah menutupi itu dari diketahui oleh orang lain.

Ingatlah baik-baik bagaimana Allah mencintai hambaNya. Ketika Allah hanya berkata "jadilah" maka tidak ada yang bisa kita lakukan kecuali bersandar dan kembali kepadaNya.

Hanya dengan satu kata itu bisa merubah dirimu seperti yang ia lakukan kepadaku dan kepada orang-orang terdahulu. Hanya dengan satu kata itu bisa menghancurkan alam semesta ini berserta isinya. Bukankah Allah hanya menahan sementara dan memberi kita kesempatan. Tahukah kalian bahwa dengan cara yang luar biasa Allah mencintai kita.

avataravatar
Next chapter