5 5. Mandat

"Astaga Nona!" teriak Cindy dengan wajah pucat pasi berlari memasuki kamar pribadi Eleanor yang didesain khusus oleh Orbert Clement, sang ayah yang sangat mencintai putrinya itu. Eleanor yang tengah menikmati buah-buahan yang dibekukan setelah dilapisi dengan caramel yang lezat, terlihat mengernyitkan keningnya. Sela yang tengah mengipasi Elanor juga terlihat tidak mengerti dengan hal yang sudah membuat Cindy panik seperti ini. Padahal, ini masih terlalu pagi bagi Cindy untuk panik karena hal-hal remeh.

"Cindy, tenang. Atau ke luar saja dari kamarku," ucap Eleanor tegas, dan berhasil membuat Cindy mengendalikan dirinya.

"No, Nona, Anda harus segera berganti pakaian. Utusan Yang Mulia Kaisar tiba, dan akan menyampaikan mandate pada Nona. Tuan Besar juga sudah dihubungi, ia akan segera kembali," ucap Cindy bergegas untuk masuk ke dalam ruang penyimpanan pakaian Eleanor. Ia sibuk memilih gaun dan perhiasan yang cocok untuk dikenakan oleh Eleanor.

Eleanor menghela napas pelan. Ia tahu jika hari ini akan tiba, tetapi ia tetap saja tidak siap untuk melakukan aktifitas yang membuatnya harus merasa lelah dan mengeluarkan terlalu banyak energi. Sela yang menyadari hal itu tersenyum tipis. Nona yang ia layani ini memang sangat unik, tetapi ia tidak bisa menampik jika keunikannya ini malah membuatnya terlihat sangat memesona. Sela pun menuntun Eleanor untuk masuk ke dalam ruang berias, tentu saja Eleanor harus sedikit berias. Eleanor menekankan perintahnya berulang kali, jika dirinya tidak ingin tampil berlebihan. Untungnya, Cindy dan Sela sudah memahami selera sang nona, hingga keduanya bisa menyesuaikan tampilan Eleanor dengan selera Elanor.

Tak membutuhkan waktu yang lama, kepala pelayan mengabari pada Eleanor jika ayahnya sudah pulang. Itu artinya, Eleanor sudah bisa turun menemui utusan kaisar dengan didampingi oleh ayahnya. Sebagai seorang gadis bangsawan yang belum menikah, Eleanor memang harus didampingi oleh wali atau seorang pelayan saat akan bertemu dengan pria asing atau masuk dalam pergaulan kelas atas. Eleanor sama sekali tidak menampilkan ekspresi apa pun, tetapi kecantikannya yang alami sanggup membuat semua orang yang melihatnya tidak berkedip. Para pengiring utusan yang dikirim oleh kaisar menelan ludah mereka dengan kelu sembari mempertahankan ekspresi mereka.

Nathan, selaku ajudan yang dipercaya oleh kaisar, datang sebagai utusan kaisar. Ia membuka gulungan yang ia bawa sebagai mandate dari kaisar. Semua orang yang mendengar mandate tersebut berlutut, untuk memberikan hormat pada mandate yang diturunkan oleh pria paling berkuasa di tanah tersebut. "Aku, Kaisar Matius Aaron Othniel, memberikan mandate pada Eleanor Bica Clement, untuk menjadi calon Ratu kekaisara Dozzie. Terimalah mandate ini, lalu datanglah ke istana untuk menerima pelatihan sebagai calon ratu, dan pernikahan akan dilangsungkan akhir bulan depan."

***

"Ini tidak benar," ucap Orbert pada putrinya yang tampak tenang duduk di seberangnya.

Setelah menerima mandate dari kaisar, Orbert tidak kembali ke kota untuk mengurus pekerjaannya sebagai pemimpin serikat dagang. Ia memilih untuk duduk bersama denga putrinya di dalam ruang kerja, untuk mendiskusikan hal yang telah terjadi. Menurut Orbert, mandate yang diberikan oleh kaisar sama sekali tidak masuk akal. Orbert menatap putrinya yang tampak tenang dan menikmati buah beku berlapis caramel buatan Cindy.

Putrinya itu memang mewarisi kecantikan dan keanggunan ibunya, tidak mengherankan jika hal itu membuat banyak pria yang mengirimkan lamaran pada kediamannya ini. Namun, sebisa mungkin Orbert menolak dan menyembunyikan semua lamaran tersebut dari Eleanor. Meskipun sudah tidak pernah bergabung dengan pergaulan kelas atas, populeritas Eleanor sama sekali tidak bisa diragukan lagi.

Bagi Orbert, Eleanor adalah hartanya yang paling berharga. Dia adalah satu-satunya putri yang ia miliki dari mendiang istrinya yang sudah lama berpulang. Orbert ingin jika Eleanor menikah dengan seorang pria yang benar-benar ia cintai, alih-alih terlibat dalam pernikahan politik atau perjodohan yang tidak mementingkan perasaan Eleanor. Orbert ingin putrinya hidup bahagia, dan menua bersama dengan orang yang ia cintai.

Karena itulah, dengan kekuasaannya sebagai Count dan sebagai pemimpin serikat dagang, Orbert melindungi putrinya dengan sekuat tenaga dari orang-orang yang memiliki niat terselubung padanya. Orbert bahkan terlalu memanjakan Eleanor, dengan tidak mengatakan apa pun saat Eleanor memilih untuk memutuskan hubungan dengan pergaulan kelas atas.

"Ayah tidak perlu cemas. Kita sudah menerima mandatnya, berarti aku hanya perlu melakukannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh Yang Mulia Kaisar," ucap Eleanor.

"Lea, istana kekaisaran bukan tempat untukmu. Di sana terlalu kejam bagi putri Ayah yang berharga ini. Selain itu, Kaisar bukanlah pria yang tepat untuk menjadi suamimu, Lea," ucap Orbert mencoba menjelaskan agar putrinya mengerti dengan kegelisahan yang ia rasakan itu.

Eleanor pun menghentikan acara memakan kudapannya dan menatap sang ayah yang tampak begitu cemas. Eleanor tersenyum lembut saat dirinya menyadari betapa besarnya kasih sayang yang dimiliki oleh ayahnya ini. "Ayah, aku menyayangimu," ucap Eleanor.

Orbert mematung sesaat sebelum tersenyum. Orbert sadar jika saat ini Eleanor juga tengah berusaha untuk membuatnya merasa lebih tenang. "Ayah juga sangat menyayangimu," balas Orbert.

"Ayah, sudah cukup Ayah melindungiku selama ini. Aku sudah dewasa, kini aku bisa melindungi diriku sendiri, dan melindungi Ayah. Menolak mandate Kaisar bukan hal yang tepat. Itu bukan hanya membahayakan nyawa kita saja, tetapi seluruh orang di kediaman kita ini. Jadi, sekali lagi aku katakan, Ayah tidak perlu cemas. Kirim aku ke istana," ucap Eleanor sembari mengulas sebuah senyuman yang terasa sangat menyulitkan bagi Orbert.

"Lea, kau adalah putri Ayah satu-satunya. Kau adalah buah hati yang sudah ibumu titipkan pada Ayah, bagaimana mungkin Ayah melepaskanmu seperti ini? Setidaknya, Ayah ingin menikahkanmu dengan seseorang yang pantas untuk melindungi dirimu dan bisa memberikan kehidupan yang tenang," ucap Orbert.

Eleanor kembali mengulas senyum manis. "Ayah, tolong percayalah padaku. Terima mandate ini dengan lapang dada, agar aku bisa pergi dengan tenang," ucap Eleanor membuat Orbert tidak memiliki pilihan lain, selain menyetujui apa yang diminta oleh sang putri.

avataravatar
Next chapter