2 2. Eleanor

"Nona, silakan lemonadenya," ucap seorang pelayan menyajikan teh pada gadis bangsawan yang tampak berbaring malas di atas sofa yang terasa sejuk karena dibuat dengan bahan-bahan khusus yang akan terasa sangat sejuk di musim panas.

Gadis bangsawan yang memilih mengenakan pakaian sederhana tapi tetap terlihat cantik untuk digunakan itu, adalah Eleanor Bica Clement. Satu-satunya putri dari keluarga Count Clement yang sudah dipastikan tumbuh dalam kemewahan dan dimanjakan oleh sang ayah yang menduduki posisi pemimpin serikat dagang itu. Eleanor mengubah posisinya menjadi duduk dan memilih untuk menyesap lemonade yang disiapkan oleh pelayannya. "Di mana Cindy?" tanya Eleanor merujuk pada pelayan pribadinya.

Saat ini, pelayan yang menyajikan lemonade untuknya memang bukanlah pelayan pribadinya. Eleanor meletakkan gelasnya dan melipat kedua tangannya di depan dada sembari menatap pelayan itu. Eleanor tersenyum tipis, tetapi kesan anggun dan kharismanya cukup membuat sang pelayan itu gugup. Padahal, ia sendiri adalah orang yang terlatih dan sudah sering kali berhadapan dengan bahaya. Namun, entah kenapa semenjak dirinya masuk ke kediaman Count sebagai orang yang menjalankan tugas dari Kaisar, ia selalu merasa terintimidasi saat berhadapan dengan Eleanor ini. Padahal, tiap harinya pekerjaan Eleanor hanya bermalas-malasan dengan berbaring dan membaca berbagai buku yang memenuhi perpustakaan pribadi yang menyatu dengan kamarnya itu.

"Cindy sedang pergi ke pasar untuk membeli bunga kering yang Nona inginkan," jawab pelayan bernama Sela tersebut.

Eleanor mengangguk lalu memuji lemonade buatannya. "Lemonade buatanmu terasa sangat lezat dan segar. Sepertinya, ke depannya aku akan terus memintamu untuk membuatnya," ucap Eleanor.

"Saya senang jika itu sesuai dengan selera Nona," ucap Sela merendah membuat sudut mata Eleanor agak memicing.

Eleanor pun terkekeh pelan. Sejak pertama kali melihat pelayan ini masuk ke kediamannya, Eleanor sudah menyadari ada hal yang aneh pada pelayannya ini. "Tidak perlu merendah. Kau tidak terbiasa untuk melakukan hal itu. Bersikaplah biasa, dan katakan siapa orang yang sudah mengirimmu?" tanya Eleanor dengan sikap santai seolah-olah orang yang menyusup dan mengirimkan mata-mata ke padanya bukanlah masalah yang besar.

Tentu saja Sela gugup. Sepanjang karirnya selama ini, tidak ada satu pun penyamarannya yang berhasil diketahui. Namun, Eleanor dengan mudahnya menangkap basah dirinya seperti ini. Karena itulah, Sela tidak bisa menahan diri untuk merasa gugup karena hal itu. Padahal, Eleanor sudah sangat berhati-hati dalam bertindak agar jati dirinya sebagai seorang mata-mata tidak diketahui. Jadi, rasanya sangat mustahil bagi Eleanor atau siapa pun yang tidak mengenal identitas aslinya mengetahui hal tersebut. "Maaf, Nona. Saya tidak mengerti apa yang Nona maksud," ucap Sela dengan baik menutupi rasa gugupnya. Sela tahu, menunjukkan kegugupannya sama dengan menyetujui apa yang barusan Eleanor tuduhkan padanya.

Mendengar apa yang dikatakan oleh Sela, Eleanor pun tersenyum tipis. "Ah, aku sepertinya terlalu gegabah. Aku ingin kembali membaca buku. Sekarang pergilah, tetapi jika kau sudah mengerti dengan apa yang aku maksud, kau bisa menemuiku dan menjawab pertanyaan yang sudah aku ajukan," ucap Eleanor dengan senyum tipis yang membuatnya seanggun bunga teratai di tengah kolam penuh lumpur. Sela mengangguk dan segera undur diri, ia pun memutuskan untuk segera melaporkan apa yang terjadi pada Nathan. Sela yakin, jika sebenarnya Eleanor tengah berusaha untuk memastikan identitasnya, ini jelas situasi yang berbahaya bagi Sela.

***

"Hari ini terlalu panas, Cindy. Aku tidak mau ke luar," ucap Eleanor menolak apa yang diminta oleh Cindy.

Pelayan pribadi Eleanor itu memang meminta Eleanor untuk setidaknya berjalan-jalan di taman. Semenjak musim panas dimulai beberapa hari yang lalu, Eleanor menolak untuk ke luar kamar. Meskipun memang biasanya pun, Eleanor ini lebih senang menghabiskan waktu di kamar, tetapi semenjak musim panas dimulai, kebiasaannya semakin parah. Ini hal yang sangat wajar terjadi setiap musim panas tiap tahunnya. Namun, tetap saja. Menurut Cindy, Eleanor harus terkena sinar matahari. Ini masih cukup pagi, rasanya tidak masalah untuk berjalan-jalan di taman karena belum terlalu panas. Hanya saja, Eleanor yang sangat sensitif dengan suhu panas, sama sekali tidak mau ke luar kamarnya yang terasa sejuk karena beberapa bongkahan es yang ditata di dalam wadah untuk menyejukkan ruangannya.

"Nona, ini air esnya," ucap Sela yang datang dengan sebuah cawan berisi air dan es batu.

"Terima kasih," ucap Eleanor saat merendam kakinya di dalam cawan tersebut.

"Ah, sejuknya," gumam Eleanor sembari kembari bersandar pada sofa yang juga menambah rasa sejuk pada tubuhnya.

Cindy gemas bukan main dengan sikap sang nona yang memang sangat senang bermalas-malasan. Sejak kecil, Eleanor memang sangat tidak tertarik dengan latihan fisik atau kegiatan lain yang jelas membuatnya berkeringat banyak. Eleanor tidak tahan dengan rasa panas yang membuatnya tidak nyaman. Di sisi lain, karena ketidaksukaan Eleanor dalam kegiatan fisik dan membuatnya menghabiskan begitu banyak waktu di dalam kamar, hal itu membuat Eleanor membaca begitu banyak buku. Mungkin jiba dibandikan, pengetahuan Eleanor yang tidak pernah ke luar kediamannya dengan pengatuan para gadis bangsawan yang aktif bersosialisasi, Eleanor akan jauh lebih unggul.

"Cindy, aku ingin manisan dan es serut dengan sirup maple," ucap Eleanor.

"Baik, akan saya siapkan," ucap Cindy lalu beranjak dari sisi nonanya untuk menyiapkan apa yang diminta olehnya. Tentu saja, Cindy meminta Sela untuk berjaga di sana takut-taut Eleanor membutuhkan sesuatu. Eleanor sendiri tidak peduli dengan keberadaan Sela dan memilih untuk memejamkan matanya. Musim panas, Eleanor benar-benar membenci musim ini. Eleanor memang tidak memiliki rasa suka yang spesifik pada musim-musim terterntu. Hanya saja, karena Eleanor sangat sensitif pada suhu jadi dirinya tidak terlalu senang dengan suhu panas di musim ini, yang membuat Eleanor yang pada dasarnya malas bergerak, semakin malas untuk bergerak lagi. Hari ini saja, Eleanor bahkan tidak mau menggerakkan satu pun jarinya karena malas.

"Nona, ada yang ingin saya katakan," ucap Sela membuat Eleanor secara perlahan membuka matanya dan menatap pelayan satu itu.

"Apa yang ingin kau katakan?" tanya Eleanor tanpa mengubah posisinya yang sudah terasa sangat nyaman.

"Saya dikirim tuan saya untuk menyampaikan pesan ini," ucap Sela sembari menyerahkan sebuah surat yang dilipat dengan rapi. Namun, tidak ada satu pun cap yang menunjukkan berasal dari keluarga mana tuan yang dimaksud oleh Sela.

Eleanor pun membuka surat tersebut dan seketika mencium aroma khas yang membuat keningnya mengernyit tipis. "Ini," gumam Eleanor saat mengingat aroma tersebut. Namun, Eleanor tidak melanjutkan perkataannya dan memilih untuk membaca isi surat tersebut.

Sela sendiri memilih untuk mengamati ekspresi seperti apa yang saat ini terpasang pada wajah cantik Eleanor. Sela terkejut saat dirinya membaca gerak bibir Eleanor yang mengatakan, "Merepotkan."

Sela benar-benar merasakan kepalanya kosong. Padahal, Sela yakin jika Eleanor sudah menyadari siapa yang mengirim surat tersebut secara pribadi, tetapi Eleanor sama sekali tidak menampilkan ekspresi yang menunjukkan bahwa dirinya merasa bahagia. Eleanor mengembalikan suratnya pada Sela dan kembali memejamkan matanya. "Auh, ini terlalu panas," keluh Eleanor.

"No, Nona," ucap Sela merasa bingung karena Eleanor tidak memberikan reaksi apa pun terhadap surat yang abaca tersebut.

"Aku sudah membacanya. Kau simpan saja. Terlalu merepotkan jika aku yang harus menyimpannya," ucap Eleanor sembari menatap Sela dengan netra yang menyorot indah.

"Jadi, bagaimana jawaban Anda, Nona?" tanya Sela karena dirinya sendiri sudah mengetahui isi pesan tersebut. Tentu saja Sela tidak mengintip atau lebih dulu membacanya. Sela mengetahuinya dari Nathan yang memang meminta Sela untuk memastikan jawaban dari isi surat tersebut.

Eleanor menghela napas panjang. "Sebenarnya, aku malas. Tapi, bukankah tidak sopan untuk mengabaikan undangan dari seseorang yang terhormat seperti beliau?" tanya Eleanor menekankan kalimatnya memberikan petunjukan bagi Sela jika Eleanor memang sudah mengetahui identitas tuan yang dimaksud oleh Sela sebelumnya.

"Syukurlah kalau begitu," ucap Sela merasa tenang karena tugasnya berjalan dengan lancar. Tidak sia-sia dirinya berada di kediaman Count hampir satu bulan ini dan menjalankan tugasnya sebagai seorang pelayan.

"Jangan merasa lega. Ini masih terlalu awal. Tentu saja kau harus mencari celah untuk membawaku ke luar dari kediaman secara diam-diam. Aku tidak mau melakukan penyamaran yang berlebihan. Meskipun malam, tetapi tetap saja terasa panas, aku tidak mau mengenakan pakaian berlapis-lapis. Intinya, kau harus mempersiapkan apa yang tuanmu minta itu," ucap Eleanor sembari terseyum manis membuat Sela menelan ludahnya kelu.

Benar, tadi itu terlalu mulus. Rasanya Eleanor tidak mungkin membiarkannya pergi begitu saja dengan mudahnya. Jika ada kesempatan, Eleanor pasti akan memastikan jika dirinya kesulitan. Belum juga Sela mengatakan sesuatu, Sela sudah mendengar langkah kaki yang mendekat. Sela dengan cepat dan rapi menyembunyikan surat yang sebelumnya ia serahkan pada Eleanor. Ia pun menunduk dan bersikap selayaknya seorang pelayan. Cindy masuk dengan nampan di tangannya. Eleanor pun terilhat cukup bersemangat saat melihat es serut dan manisan yang dibawa oleh Cindy. "Pelan-pelan," ucap Cindy saat Eleanor menerima mangkuk es serut.

"Sejuknya," ucap Eleanor saat merasakan es serut yang meleleh membasahi rongga mulutnya.

"Ini mangkuk pertama dan terakhir di hari ini. Tuan berpesan agar tidak memberikan es serut lebih dari satu mangkuk untuk Nona," ucap Cindy saat Eleanor masih menikmati es serutnya.

"Asalkan Ayah tidak tau, aku boleh makan lebih dari satu mangkuk."

Cindy yang mendengar hal itu jelas segera mengomel panjang lebar terhadap Eleanor yang tidak mau mendengarkan Cindy. Sementara itu, Sela yang mengamati interaksi keduanya, diam-diam merencanakan jalan mana yang akan ia ambil saat membawa Eleanor ke luar dari kediaman Count Clement yang jelas memiliki penjagaan yang ketat ini. Memang tidak mustahil untuk Sela menyelinap masuk atau ke luar kediaman tanpa diketahui oleh orang-orang. Karena sebelumnya pun, Sela sudah sering melakukannya. Hanya saja, kali ini Sela harus membawa Eleanor yang sama sekali tidak terlihat memiliki kemampuan fisik sepertinya. "Hah, ini sangat sulit," gumam Sela pelan.

avataravatar
Next chapter