12 12. Penolakan

"Ini adalah kelas sejarah, Nona akan belajar mengenai sejarah kekaisaran berikut tugas seorang ratu dari waktu ke waktu," ucap Malena memperkenalkan kelas dan guru yang akan mengajarinya.

Untuk kelas tersebut, Eleanor mengenakan pakaian yang semestinya dengan korset yang melilit pinggangnya dengan ketat. Meskipun merasa tidak nyaman, tetapi Eleanor berusaha untuk menahannya dengan sebaik mungkin. Eleanor harus melakukan hal ini demi menjalankan tugasnya dengan baik. Eleanor mengangguk setelah mendengar apa yang dikatakan oleh Malena. Ia kini berada di dalam perpustakaan dan Sela ia perintahkan untuk mengasuh Sam di dalam kamar.

"Aku mengerti, apa pelajarannya bisa dimulai sekarang?" tanya Eleanor pada guru yang akan mengajarinya.

Kelas pun dimulai, Malena pun undur diri karena tidak lagi memiliki kepentingan di sana. Eleanor memang memiliki bakat untuk menikmati waktu dengan bermalas-malasan, tetapi pada dasarnya Eleanor sendiri tahu kapan dirinya harus bertindak sebagai seorang gadis pemalas, dan kapan dirinya harus bertindak seperti selayaknya gadis bangsawan pada umumnya. Hal itu lebih dari cukup membuat guru pengajarnya yang berasal dari keluarga pengajar keluarga kekaisaran merasa agak terkejut. Tentu saja identitas Eleanor sebagai seorang calon ratu tersebar luas dengan mudahnya. Orang-orang yang sebelumnya sudah mengenal sosok Eleanor, berusaha untuk menarik perhatian dengan menyebar berita jika mereka lebih mengenal Eleanor daripada yang lainnya.

Sebagian orang yang merasa iri dengan nasib baik Eleanor menyebar beberapa hal yang tentu saja bisa menarik penilaian negatif pada Eleanor. Kini, rakyat biasa sekali pun sudah mendengar kabar bahwa calon ratu mereka adalah sosok yang mendapatkan julukan Bunga Pemalas. Meskipun memiliki rupa seindah bunga, tetapi nona bangsawan ini sangatlah pemalas. Ia bahkan memutuskan hubungan dengan pergaulan kelas atas dan mengurung diri di kediamannya. Banyak orang yang menyebut jika Eleanor, sang calon ratu sangatlah tidak kompeten dan hanyalah seorang putri bangsawan bodoh yang tumbuh dengan dimanjakan oleh sang ayah. Namun di mata Lilian—guru sejarah—Eleanor tidak terlihat bodoh atau pemalas.

"Jadi, apa kelasnya bisa kita mulai sekarang?" tanya Eleanor.

"Tentu saja, Nona," jawab Lilian lalu membenarkan letak kacamata yang ia kenakan sebelum berdiri dan membuka peta kekaisaran pada Eleanor.

"Ini adalah peta kekaisaran kita. Pada awalnya, luas kekaisaran kita tidak sebesar ini. Namun, ketika seribu tahun yang lalu, kekaisaran kita maju dengan pesat. Seluruh rakyat hidup dengan damai dan tidak ada lagi peperangan yang membuat rakyat hidup dalam kesulitan. Semuanya berjalan baik, kerajaan-kerajaan yang berada di sekitar daerah kekuasaan kita secara alami meminta perlindungan pada kekaisaran kita dan pada akhirnya menjadi sekutu bagi kita."

Lilian terus menerangkan sembari menunjuk peta untuk memberitahu letak kerajaan-kerajaan yang berada di bawah kekuasaan kekaisaran Dozzie. Sebenarnya, Eleanor sudah memiliki pengetahuan mengenai hal ini. Namun, untuk menghormati Lilian, Eleanor berusaha untuk terlihat mendengarkan dengan serius, padahal dalam hati saat ini Eleanor tengah mempertimbangkan kudapan apa yang akan ia minta pada Sela saat dirinya sudah selesai dengan kelasnya ini. Lilian tentu saja tidak menyadari jika Eleanor hanya pura-pura mendengarkan, sementara pikirannya berkelana ke mana saja. Namun, ketika Lilian membahas keturunan kaisar yang entah secara turun temurun menggunakan topeng, Eleanor pun tertarik untuk mendengarkan dengan saksama.

"Dalam sejarah, tidak disebutkan kapan keturunan kaisar mengenakan topeng. Catatan lebih dari seribu tahun yang lalu sudah musnah, hingga kami sebagai pengajar bahkan tidak bisa menyebut kapan pastinya keturunan kaisar secara turun temurun menggunakan topeng untuk menyembunyikan wajah mereka," jelas Lilian.

"Nyonya, apa aku boleh menanyakan sesuatu?" tanya Eleanor.

"Apa pertanyaan ini mengenai topeng Yang Mulia Kaisar?" tanya balik Lilian.

Eleanor mengangguk. "Sebenarnya, aku sama sekali tidak peduli dengan kabar mengenai Yang Mulia Kaisar yang memiliki rupa yang buruk, hingga dia terpaksa untuk menggunakan topeng sejak dirinya kecil. Hal yang aku pikirkan adalah mengenai kutukan dan sihir. Apa keduanya memang ada? Lalu kenapa keturunan Kaisar bisa mendapatkan kutukan yang memaksa mereka mengenakan topeng?" tanya Eleanor detail. Tentu saja Eleanor memanfaatkan kesempatan untuk bertanya dengan sebaik mungkin, mengingat dirinya bisa mengetahui hal yang tidak bisa ia ketahui dari buku atau pun dari orang sembarangan.

Lilian tersenyum tipis dan menjawab, "Sihir memang ada di dunia ini, Nona. Tapi orang yang bisa menggunakannya bersembunyi, karena orang-orang menganggap sihir sebagai sesuatu yang terasa begitu mengerikan. Bagi orang awam, perbedaan adalah hal yang paling menakutkan. Untuk pertanyaan lainnya, saya tidak bisa menjawabnya. Jika Anda ingin mengetahui semua hal itu, Anda bisa bertanya secara langsung pada Yang Mulia Kaisar. Karena saya tidak berada dalam posisi yang pantas untuk menjawab semua pertanyaan tersebut."

Eleanor pun tidak berusaha untuk menanyakan apa pun, karena ia sadar tidak akan mendapatkan hasil dari usahanya itu. Acara belajar itu berlanjut hingga satu jam. Setelah itu, Eleanor ke luar dari perpustakaan dan melangkah menyusuri lorong sendirian. Meskipun baru tinggal beberapa hari di istana musim semi ini, Eleanor sudah mengingat hampir setiap sudut istana. Para pelayan juga sangat patuh pada Eleanor, apalagi saat desas-desus mengenai rasa cinta Matius yang begitu besar pada Eleanor tersebar ke sepenjuru istana. Namun, ada beberapa pelayan yang berusaha untuk menjilat Eleanor, setelah mengetahui hak istimewa yang diberikan oleh Matius padanya. Hal ini yang membuat Eleanor dengan mudah bisa menyeleksi orang-orang yang berada di sekitarnya.

Eleanor tidak bisa sepenuhnya mengandalkan Matius untuk menjada keselamatan dirinya. Matius tidak bisa terus melindunginya karena Matius tidak selamanya berada di sisinya. Karena itulah, setidaknya Eleanor harus membuat orang-orang yang berada di sekitarnya memanglah orang yang bersih tanpa pengaruh orang luar yang memang berusaha untuk mendekati dirinya. Malena terlihat tergesa karena melihat Eleanor kembali tanpa pendampingan satu pun pelayan. "Maafkan saya, Nona," ucap Malena.

"Tidak apa-apa, Malena. Tapi, apa yang terjadi hingga kau terlambat untuk kembali ke perpustakaan?" tanya Eleanor.

"Ada beberapa surat dan hadiah yang datang untuk Nona. Semua undangan mengatakan untuk meminta Nona bergabung dalam jamuan teh. Sepertinya, para nona bangsawan dari keluarga menteri merasa sangat tertarik dan ingin berinteraksi dengan Nona," jawab Malena jujur.

Eleanor tersenyum tipis. "Tolak semua hadiah tersebut, dan balas surat yang mereka kirim dengan surat penolakan. Aku, tidak akan mengikuti atau menghadiri acara apa pun, sebelum aku resmi menjadi seorang ratu," ucap Eleanor tegas dan membuat Malena terkejut.

Tentu saja, raut terkejut tersebut terbaca oleh Eleanor. "Apa yang ingin kau katakan?" tanya Eleanor.

"Jika Nona bersikap seperti ini, bisa-bisa penilaian para nona bangsawan yang berasal dari keluarga menteri akan sangat buruk. Hal itu juga pasti mempengaruhi penilaian para menteri dan rakyat pada Nona. Apa Nona akan baik-baik saja?" tanya Malena.

Eleanor tersenyum dan merapikan jepit rambut yang ia kenakan sembari menjawab, "Para nona bangsawan itu tidak memiliki hati yang sempit. Jika kita membalas surat mereka dengan mengatakan jika aku sibuk mengikuti persiapan sebagai calon ratu, dan menghindari pertemuan yang bisa membuat orang-orang berpikir aku memiham salah satu kubu menteri, pada nona bangsawan yang terhomat itu pasti akan mengerti."

avataravatar