webnovel

15. ADA SESUATU YANG SEDANG DI RAHASIAKAN?

Claire mengambil satu buah figura yang terdapat foto keluarga di dalamnya. Claire mulai merasakan dimensi yang di mana tempat itu sepi seolah tidak ada siapapun sebagai penghuni di sana, namun seketika telinganya mendengar suara decitan sepatu dengan lantai yang bergesekan.

Claire melihat dari arah tangga. Keningnya mengerut ketika sosok yang sedang berjalan itu adalah … sosok hantu lelaki yang sering mendatangi rumahnya. Sunggingan lebar tercetak di kedua sudut bibirnya. Lelaki itu memakai seragam sekolah yang tak lain adalah seragam yang di miliki oleh Claire.

"Jadi dia … senior?" Claire menebak. Ternyata hantu itu bernama Ryan. Lelaki itu terlihat memeluk seorang Ibu dari belakang punggungnya seakan memberikan kejutan di pagi hari.

/Ma. Ryan, minta do'a biar di lancarkan olimpiade nanti./

Claire dapat mencerna. Ternyata hantu itu selain memiliki senyuman lebar juga anak yang cerdas. Tetapi Claire belum bisa menerka kejadian apa yang menyebabkan Ryan celaka hingga tewas sampai detik ini.

Sosok Ibu itu tersenyum manis. /Mama, akan selalu berdo'a untuk kebaikan kamu, nak./

Claire menarik napas, irisnya melihat sosok orang dewasa yang di yakini itu adalah Ayah Ryan. Claire menatapnya serius, mencoba mendengar pembicaraannya yang sedang menelfon. Sepertinya ada sesuatu hal di balik handphone yang tengah di gunakannya itu, raut Ayah Ryan sangat mencurigakan. Claire mengira jika Ayah Ryan memang sedang merahasiakan sesuatu dari keluarga kecilnya.

/Ryan, ayok berangkat./ Ayah nya menyahut ketika sudah dekat di antara anak serta isterinya.

Ryan menyungging. /Iya, Pa./

Claire masih melihat keluarga yang menurut Ryan adalah satu-satunya kekuatannya. Namun Claire belum melihat di mana adik Ryan yang katanya sedang di rindukannya itu. Kira-kira kemana? Atau masih kecil? Claire menengadah, mencoba untuk mencari keberadaan adiknya yang hanya Claire tahu namanya saja.

"Sonia, tidak mungkin di biarkan sendirian di kamar. Ibu, itu kenapa terus duduk?" Claire memang bisa melihat kejadian di masa lalu melewati benda, terkadang juga hanya terlintas sejenak sebelum akhirnya Claire sendiri yang harus menyimpulkan.

Claire tidak bisa berpindah tempat, padahal dirinya sangat penasaran sekali dengan Ibu Ryan. Sofa yang sedang di dudukinya memang membelakangi Claire sehingga cewek itu tidak bisa dengan jelas melihatnya.

/Sonia, pasti akan senang juga jika mendengar, Kakaknya, menang olimpiade nanti./

Claire mulai kebingungan. Apa adik Ryan sudah berangkat sekolah? Tetapi kenapa tidak berangkat bersama dengan Ayah nya? Padahal di sana terlihat jam dinding menunjukkan baru pukul enam lewat lima belas menit. Walau SD, tidak akan mungkin terlambat juga kan?

'Ini rumah gue.'

Claire sontak membuka mata. Ruangan dimensi tadi hilang sekejap ketika suara itu terdengar lantang. Padahal baru saja Claire akan tahu wajah adik Ryan ini. Claire kembali meletakkan foto bingkai pada tempatnya tadi.

"Ga perlu bilang pun aku udah tahu."

Ryan tersenyum tipis. Claire melirik lengan lelaki itu dengan kerutan di dahi. "Luka kamu hilang?"

'Gue ga suka liat lo muntah. Jijik.'

Claire menahan tawa di dalam hati. Bahkan hantu itu pun masih bisa merasakan jijik terhadap sesuatu. Lalu? Kenapa kemarin Ryan menampakkan dirinya dengan luka penuh darah serta nanah yang bercucuran hingga bau busuk tercium ke dalam rongga hidung Claire?

"Kenapa ga dari kemarin? Baunya melebihi air got!"

Ryan diam saja. Claire melirik bingkai tadi dan bertanya, "Adik kamu mana? Kenapa ga ada di foto ini?"

Claire menatap Ryan. "Aku butuh tahu wajahnya. Kalau mau mencari harus ada identitas."

'Jangan coba-coba bohongin gue soal, Sonia!'

>>>>>>

Bagas melirik Doni dan Vero sambil menyilangkan kedua tangannya di depan perut. Dia mendecak kecil dan berucap, "Mau sampe kapan kita di sini nungguin? Gue ini udah lumutan kali, Ver." keluhan mulai terlontar.

Doni menatap ke atas langit. "Mana cuaca panas banget, ini mah harus pake kaca mata biar ga silau." dumalnya melirik Vero yang masih berdiri di sampingnya.

"Claire, apa udah pulang dari tadi, ya?"

Bagas dan Doni saling menatap. "Lagian susah kalau kita sendiri ga punya nomor buat telfon dia."

"Iya, Ver. Coba aja lo minta nomor dia, kita ga mungkin panas-panasan kayak cacing begini."

Vero menarik napas gusar. "Gimana gue minta sedangkan dia irit bicara? Gue yang bakal nahan malunya aja."

Bagas menahan tawa. "FFFTTT … Cara lama emang ga bakal pernah berhasil."

"Iya, Ver. Lo harus lebih mepetin lagi si, Claire. Gue yakin dia bakal baik juga ujungnya ke elo." timpal Doni mengompori.

Vero mendelik. "Kayak kompor beledug lo."

Bagas ketawa dengan gelengan. "Doni, kebiasan kaga pernah kreatif."

"Ye, elo aja yang nyuri kata-kata dalam otak gue."

Vero mengeluarkan napasnya melewati mulut. Dua temannya mulai beragumen sedangkan dia masih saja memikirkan keberadaan Claire yang entah ada di mana. Sejak Vero melihat cewek itu masuk ke dalam kelasnya ketika jam sekolah terakhir, Vero tidak lagi melihatnya. Padahal kelas Vero yang lebih dahulu keluar, namun kenapa bisa dia dan temannya tidak melihat Claire keluar melewati gerbang?

"Ver, kita udah satu jam berdiri di bawah sinar UV. Kulit gue gosong nih! Lo nanti tanggung jawab, ya!" celoteh Bagas yang di tepuk pelan oleh Doni.

"Lo ikhlas kaga nungguin orang yang kita maksud? Belaga kayak cewek lo. Manja." ceteluk Doni dengan cibiran.

Vero menarik napas panjang. "Kita mencar aja gimana?" usulnya yang sudah pasrah mendengar adu mulut dua cowok di dekatnya.

"Masuk lagi ke sekolahan gitu?" tanya Bagas seakan malas.

Doni mendecih. "Lo takut? Masih siang begini lo takut setan, Gas? Aneh."

"Udah lah. Gue sendiri juga bisa kalau masalah cari, lo berdua balik aja duluan sana!" dengus Vero yang sudah tidak bisa bersabar menyikapi.

Bagas menahan lengan kanan Vero saat cowok itu akan melangkah. "Eh, eh. Sabar dulu kali, Bro. Iya maaf gue ga bermaksud, lagian sejak kapan gue jadi cowok penakut?"

Doni mendecih pelan. "Buktiin kalu gitu, tadi aja lo kayak ciut."

Bagas menatap sinis. "Gue penasaran aja pengen tahu reaksi kalian berdua, hahaha."

"Udah buruan!" Vero mulai melangkah masuk ke dalam lingkungan sekolahnya yang sudah bubar. Matanya melirik ke sekeliling di sana dengan harapan bahwa Claire masih ada di area sekolahan.

Bagas memilih ke arah selatan, netranya masih mendapati murid yang sedang membicarakan mengenai tugas. Dia tidak ada melihat tanda keberadaan Claire. Doni menuju arah barat yang hanya terdapat beberapa orang yang masih beralalu lalang. Sepertinya mereka baru saja menyelesaikan tugas piket harian.

Vero menarik napasnya dalam. "Apa mungkin masih di kelasnya, ya?" gumamnya pelan.

Saat kakinya akan berbelok Vero mendengar sebuah jeritan. Kepalanya menoleh cepat mencari letak suara yang tengah di dengarnya barusan. Tanpa pikir panjang Vero berlari tergesa mencari suara jeritan yang jelas sekali terdengar menggema di lorong.

"Lo kenapa?" tanya Vero ketika melihat siswi yang sedang terduduk sambil menundukkan dalam kepalanya.

"Jangan deketin aku!"

Vero menautkan alis masih berdiri tegak di tempatnya. "Lo yang tadi menjerit, kan? Kenapa? Apa yang terjadi sama lo?!"

"Hahahaha ..... kena juga lo."

Mohon dukungannya dari para teman-teman semuanya dengan cara review serta berikan kritikan mengenai cerita ini, ya ... selain itu berikan juga power stone untuk mendapatkan ranking.

Terima kasih.

Carrellandeouscreators' thoughts
Next chapter