Iris Claire bergulir ke kanan saat ada siluet bayangan yang baru saja kemarin menerornya. Padahal sudah ada peringatan dan tegasan dari mulut Claire, namun mereka mana mungkin mendengarkannya. Selain Claire yang pasti akan celaka jika terus menolak apa yang mereka inginkan darinya.
"Claire, sore nanti bagaimana kalau kita jalan keluar?" usul Leon sambil menatap adiknya yang sedang makan siang di rumahnya sekarang.
"Kak Leon, bukannya kembali ke kantor?" Claire bertanya bingung. Leon memaksa untuk tetap masuk bekerja saat pagi tadi hingga menjemput adiknya di sekolah, sebelum itu Leon memasak makanan untuk Claire makan siang bersama seperti saat ini.
Leon menggeleng pelan. "Kebetulan tidak begitu penting. Pekerja di sana juga bisa mengatasinya."
Claire tidak bisa membatah atau pun memaksa Kakak nya pergi dari rumah sedangkan sore ini juga Leon mengajaknya keluar untuk jalan menghirup udara segar. Jika menolak sayang juga karena kesehatan sang Kakak sedang masa pemulihan. Claire harus bisa menyenangkan walau hal kecil.
"Kak Leon, yakin?"
Leon menautkan alis. "Kenapa harus tidak yakin?"
"Kakak, masih sakit."
Leon tertawa kecil. "Kamu sudah melihat. Kakak, lebih sehat dari pada kemarin." perhatian kecil dari Claire membuat perasaan Leon menghangat. Setidaknya ada rasa sayang yang terlintas untuk Leon.
"Kalau masih ngerasa pusing jangan di paksa." seru Claire seolah tidak mengijinkan Leon untuk keluar dahulu. Claire hanya ingin menjaga Leon agar tidak kelelahan saja tanpa berpikir hal lainnya.
"Kita tidak pernah hangout bareng lagi, bukan?"
Claire mengangguk. Namun dia mulai risih karena tatatapn mengerikan dari arah ujung tangga. Ternyata tidak mendengar gertakan dari Claire kemarin. Cara apa yang harus Claire lakukan agar tidak di teror terus menerus? Claire sungguh geram melihatnya saja, apalagi hingga mengganggunya seperti saat ini.
Darah yang tercium bau busuk menusuk hidungnya membuat Claire menahan rasa mual di dalam perut. Padahal makanan yang telah di masak oleh Leon begitu nikmat, namun terganggunya dari hantu itu membuatnya tidak khidmat dan selera makannya hilang. Claire tidak bisa mengerutu di dalam hatinya untuk mengusir secara paksa hantu berjenis lelaki itu.
"Hubungan, Kak Leon, gimana? Apa masih sama seperti dulu?"
Kakak nya terbatuk kecil mendengar penuturan itu. Leon mengambil gelas dan meneguk air di dalamnya. "Kenapa kamu tiba-tiba bicara hal itu?"
Claire mengatupkan bibir merasa salah dengan tutur katanya. Apa Kakak nya tersinggung? Claire mendeham pelan. Aura negatif di rumahnya mulai terasa lebih kuat. Claire harus mengajak Leon untuk segera pergi sebelum datang bahaya yang mengintainya saat ini.
"Dia …"
"Kak Leon." Claire memotong cepat ucapan Leon barusan. "Bisa antarkan aku ke toko buku?"
"Oh, butuh sekarang memang?" tanya Leon setelah membersihkan bibirnya dari noda makanan.
Claire mengangguk. "Bisa?"
Leon tersenyum. "Selalu bisa jika itu untuk kamu."
Claire berdiri dari duduknya. "Ga perlu beresin ini dulu. Claire, butuh banget."
"Loh, buru-buru sekali."
Jika bukan karena hawa di sekitarnya buruk, mana mungkin Claire meminta sang Kakak untuk segera pergi dari rumahnya. Claire hanya ingin berjaga-jaga karena setiap hal buruk pasti akan menimpa walau terlihat baik di awalnya. Bahkan Claire sendiri tidak yakin jika bukan karena ada Leon di sana, Claire jelas akan di hantui oleh ucapan minta tolong dari para makhluk seperti hantu gentayang yang masih berada di ujung tangga.
"Claire, bosan di rumah."
>>>>>
Claire bingung harus memilih buku yang mana setelah sampai di toko. Padahal itu hanya alasannya agar tidak terjadi sesuatu hal buruk pada keduanya. Walau begitu Claire masih tetap mencari buku yang mungkin bisa menyihirnya untuk di beli. Namun ketika dia melirik orang yang tak jauh darinya, kening Claire mengerut.
Claire menarik napas, membuangnya perlahan. "Bahkan aku tahu kapan kamu celaka." ucapnya pelan.
Ternyata niat dari dalam pikiran orang tersebut jahat. Claire berada di dekatnya di bandingkan dengan orang yang lainnya. Apa Claire yang akan di jahatinya? Walau begitu Claire bisa menghindar jika orang itu akan melakukan hal nekad padanya.
Satu langkah Claire menjauh dari orang tersebut. Irisnya melihat ada sebuah besi yang bertengger di tembok, tepat di atas orang yang Claire tunjuk tadi. Claire tidak tahu kenapa ada besi di atas sana. Bukannya menghindar, orang tersebut tertawa keras ketika satu korban sudah di celakai melewati lengannya.
"Besi itu akan jatuh."
SRAKKKKK
Darah segar muncrat dari kepala penjahat. Semua orang menjerit histeris melihat kejadian yang tidak terduga di hadapannya itu selain si penjahat yang berhasil membesit lengan korbannya hingga bercucuran darah. Orang di toko berlari keluar terbirit-birit kecuali Claire yang masih di tempatnya.
"Claire, ada apa ini?" Leon mendatangi adiknya saat melihat orang yang berlarian.
"Kak Leon, kita harus tolong orang yang di celakai si penjahat itu." Claire melongos pergi untuk mencari orang yang sedang menahan sakit di lengannya yang terluka.
Leon menautkan alis merasa bingung atas semuanya. Leon tidak melihat kejadian karena saat mengantar Claire memasuki toko kebetulan ada sebuah telfon masuk sehingga membiarkan adiknya untuk memilih buku yang sedang di carinya. Namun setelah Leon selesai menerima telfon seketika itu juga orang yang berada di dalam toko menjerit.
Leon terkejut terjadi sesuatu pada adiknya yang berada di sana. Namun hatinya lega, Claire masih sehat seperti yang sebelumnya Leon lihat.
"Claire, kenapa bisa ada seoarang penjahat masuk ke dalam toko?" tanya Leon saat mereka berjalan di lorong rumah sakit, mengantarkan orang yang menjadi korban tadi.
Claire menghela napas. "Mungkin niatnya merampok, tapi kena karma. Penjahat itu yang kehilangan nyawa."
Leon meringis pelan. Sungguh Claire berada dalam lindungan Tuhan, Leon merasa bersyukur sekali adiknya selamat dari kejahatan orang. Begitu pula saat Leon jauh dari arah pandangan. Claire menghindar karena sebuah kemampuannya yang masih tidak di ketahui oleh Leon.
"Kakak, tunggu di sini atau ikut masuk?" tanya Claire.
"Ikut kamu."
Mereka memasuki ruangan UGD. Saat langkah kaki Claire sedikit lagi sampai menuju brangkar, satu sosok bayangan membuat irisnya risih. Baru saja dia bernapas lega tidak melihat makhluk halus, ternyata ada di dalam dekat dengan lengan si korban yang terbaring lemah.
Claire tidak mengintruksi hantu itu untuk pergi karena dia masih berpura-pura tidak bisa melihatnya.
"Terima kasih kalian sudah membawa saya ke rumah sakit." ucap si korban pelaku kejahatan.
Leon mengangguk dengan senyuman ramahnya. "Sama-sama, Bu. Saran saya lain kali jangan memakai perhiasan yang sangat berlebih, kita tidak akan pernah tahu bahaya apa yang akan mengancam diri kita."
"Iya. Padahal saya kira di toko buku itu aman, kebetulan saya sedang mencari buku yang di pesan oleh anak saya. Tetapi justru malapetaka datang menghampiri. Saya masih bersyukur karena kalian sudah menolong dan seluruh perhiasan saya tidak ada yang hilang."
Claire menimpali membuat dua orang kebingungan, "Jangan pernah mengusik orang yang dulunya sudah berbaik hati padamu."