8 TLOL. 07

"Kak Aline sama Kak Rava satu sekolah?" tanya Tasya.

"Iya Sya, disekolah siapa sih yang nggak kenal kakak kamu" balas Aline tertawa kecil.

"Lo yang waktu itu pulang bareng Afka bukan sih?" tanya Rava setelah mengingat kapan ia melihat Aline.

Meringis kecil Aline pun menganggukkan kepala.

"Udah lama kenal Tasya?" Rava kini duduk di samping Tasya tepat di seberang Aline.

"Nggak juga, kebetulan kita ketemu di taman rumah sakit" balas Aline tersenyum menatap Tasya yang juga tersenyum.

Cukup lama Aline berada diruang rawat Tasya hingga akhirnya ia menyadari hari sudah mulai sore.

"Nggak kerasa udah sore, aku pulang duluan ya Sya" pamit Aline.

"Iya kak, makasih ya udah nemenin hari ini" balas Tasya.

"Gue antar aja Line, sekalian gue mau pulang dulu" ajak Rava menawari.

"Loh Tasya sendirian?" ujar Aline menatap dua kakak adik itu bergantian.

"Bentar lagi mama gue sampai sini, gak pa-pa kan Sya nunggu bentar?" tanya Rava yang dijawab anggukan oleh sang adik.

"Ok" balas Tasya.

"Yuk Line" ajak Rava namun Aline belum beranjak membuat cowok itu mengernyit heran.

"Yakin nggak ngrepotin kak Rava? " tanya Aline sangsi.

"Nggak masalah, ayo ah" ajak Rava menarik lengan Aline. Bahkan sampai ke tempat parkir, Rava masih betah menggenggam lengan Aline.

"Lo nggak bawa jaket?" tanya Rava menatap Aline seraya menyerahkan sebuah helm untuk gadis itu.

"Ini" balas Aline merentangkan tangan menunjukkan sweater bahan rajut yang ia pakai.

Berdecak pelan, Rava menggelengkan kepala.

"Itu sweater Aline, bukan jaket" ujar Rava mulai melepas jaket yang ia pakai, "kita mau naik motor, gue gak mau lo masuk angin" ujar cowok itu memakaikan jaketnya pada Aline.

"Ta... Tapi kak, kak Rava jadi nggak pakai jaket donk, aku nggak pa-pa kok udah pakai sweater aja" ujar Aline hendak melepas kembali jaket milik Rava sebelum ditahan yang punya jaket.

"Gue marah nih! Udah pakai aja" pinta Rava tak mau tahu segera menaiki motornya.

Menghela nafas pelan Aline pun menurut dan segera menaiki motor milik Rava.

"Alamat lo dimana Line?" tanya Rava saat keduanya sudah meninggalkan rumah sakit.

"Perumahan Grand Platinum kak" balas Aline sedikit memajukan badannya.

"Loh kita satu perumahan? Lo blok berapa?"

"Blok E"

"Gue blok K"

"Aku jadi bisa ketemu Tasya sering-sering dong kak"

"Iya, main aja"

Aline tersenyum senang mendengarnya. Setidaknya ia bisa sering mengunjungi Tasya sebelum kepergiannya.

Rava menghentikan motornya karena lampu merah. Membuka kaca helmnya, Rava menyamping menatap Aline.

"Keberatan nggak kalau kita makan dulu?" tanya Rava ragu.

"Kak Rava laper?" tanya Aline memiringkan kepala yang justru membuat Rava tertawa kecil.

"Gak Line, gue kenyang! Orang ngajak makan itu udah pasti laper Aline"

"Ya kan siapa tau" balas Aline mengangkat bahu.

"Jadi gimana? Lo mau kan nemenin gue makan?" tanya Ravaa sekali lagi.

"Iyaa, aku nurut aja sama pak supir" balas Aline meringis kecil.

"Yee, lo kira gue ojek online"

"Mirip kak"

Keduanya asyik berbincang dan kembali meneruskan perjalanan tanpa mengetahui ada seseorang yang melihat keduanya dengan kening mengernyit.

Rava memutuskan mengajak Aline makan di tempat makan makanan jepang.

"Gue pengen makan ramen, nggak pa-pa kan" tanya Rava turun dari motornya.

"Iya kak"

Keduanya pun memasuki tempat makan yang tak terlalu ramai itu. Baru saja hendak mencari meja keduanya bisa mendengar suara yang memanggil mereka.

"Rava, Aline?"

Rava dan Aline sontak berbalik mendengar panggilan untuk mereka.

"Lah, makan disini juga Ka? Sama siapa?" tanya Rava tersenyum menemukan sang sahabat.

Afka menunjuk sebuah meja dengan dagunya, "sama Anin" balasnya santai membuat Aline dan Rava mengikuti arah yang di tunjuk Afka.

"Widiihh, ada yang lagi ngedate nih" goda Rava menyenggol lengan Afka dengan bahunya, namun Afka justru berdecak pelan.

"Gue gak tau kalau kalian saling kenal" ujar Afka menatap Aline pelan.

"Tadi nggak sengaja ketemu kak, kak Rava ternyata kakak temen aku" terang Aline tersenyum kecil.

"Yaudah ayo gabung aja, gue juga baru datang" ajak Afka.

"Yakin nih kita nggak ganggu?" ujar Rava menyeringai kecil.

"Ya gak lah" balas Afka berdecak pelan.

Anin yang awalnya memainkan ponsel sontak mendongak saat merasakan ada yang mendekat. Matanya membulat saat menemukan Rava bersama seorang gadis di tempat itu juga.

"Rava? " gumam Anin.

"Hai Nin, sorry ganggu, nggak pa-pa kan kalau kita gabung?" ujar Rava dengan senyuman.

"Em, nggak pa-pa kok, lo sama siapa?" tanya Anin menatap Aline penuh tanya.

"Oh dia Aline, temen adik gue sekaligus adik kelas kita" terang Rava menatap Aline.

"Hai kak" balas Aline melambaikan tangan kecil.

Setelah acara perkenalan Aline mereka pun mulai memesan makanan masing-masing. Di antara ke empatnya Rava dan Aline yang lebih banyak bercerita. Sedangkan Afka terus menatap Aline mendengar apa saja yang gadis itu ceritakan dan terkadang di buat tersenyum karenanya. Tanpa tau Anin menatap cowok itu dengan binar sedikit meredup. Gadis itu yang awalnya memang menyukai Rava namun entah kenapa merasa tak rela melihat Afka tak lagi memperhatikannya.

Selesai dengan acara makan mereka, ke empatnya pun beranjak untuk meninggalkan tempat itu.

"Rav, biar gue aja yang nganter Aline, lo tolong anter Anin ya?" pinta Afka sekaligus bertanya.

"Lah, tapi rumah gue sama Aline searah" balas Rava menatap Afka bingung.

"Ada yang mau gue omongin sama Aline, jadi biar gue aja yang nganter dia" terang Afka tak mau di tolak.

Sesaat Rava menatap Aline yang balas menatapnya dengan menaikkan alis.

"Yaudahlah, nggak masalah kan Nin kalau gue yang nganter lo" balas Rava yang beralih menatap Anin.

Meski tak rela namun Anin tetap tersenyum dan menganggukkan kepala menyetujui.

"Eh tunggu bentar Rav" tahan Afka saat sahabatnya menyalakan motornya.

Afka segera menghampiri Aline untuk melepas jaket milik Rava dan menyerahkan jaket miliknya.

"Lo pakai jaket gue aja" pinta Afka pada Aline yang diam dan menurut.

"Nih jaket lo, udah sana balik" ujar Afka mengembalikan jaket milik Rava. Cowok itu hanya menghela nafas pelan melihat tingkah sang sahabat.

Setelah kepergian Rava dan Anin, Afka pun segera mengantar Aline pulang.

Di perjalanan Afka dibuat bimbang dengan keinginannya. Niatnya ingin mengucapkan sesuatu pada Aline namun tak terlaksanakan bahkan sampai ketika keduanya sudah berada di depan rumah Aline.

"Makasih ya kak, udah mau nganterin aku" ujar Aline mengembalikan helm milik Afka.

"Gak masalah Line" balas Afka menerima kembali helmnya.

Aline masih menunggu Afka yang sepertinya ingin mengatakan sesuatu, namun karena lama tak mengucapkan apapun Aline pun memutuskan untuk memasuki rumah.

"Line tunggu!" pinta Afka menahan lengan Aline.

Gadis itu berbalik dan menatap penuh tanya pada kakak kelasnya itu.

"Emmm, besok lo ada acara nggak??" tanya Afka ragu tanpa berani menatap Aline.

Aline mencoba mengingat apakah besok ia ada janji sebelum akhirnya gadis itu menggelengkan kepala.

"Nggak ada kak"

"Kalau besok gue ngajak lo jalan, lo mau nggak?" tanya Afka menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal.

Sempat tertegun sebelum akhirnya Aline tersenyum, "aku mau kok kak".

Afka langsung mendongak menatap Aline tak percaya.

"Lo mau?" lagi Afka bertanya untuk memastikan.

"Iya kak" Afka berusaha keras menahan kegembiraanya mendengar jawaban Aline tersebut.

"Yaudah, besok gue jemput jam 10 ya" tanya Afka.

"Ok" jawab Aline membuat gestur dengan jarinya.

Setelahnya Afka langsung berpamitan dan Aline segera memasuki rumahnya.

Sebenarnya Soraya meminta Aline untuk banyak beristirahat karena tubuh Aline sudah tidak akan sanggup bertahan lama lagi. Namun Aline tak ingin menyia-nyiakan waktu terakhirnya. Meski hanya sekali gadis itu ingin membuat kenangan indah bersama laki-laki yang ia sayang atau mungkin sudah ia cinta meski laki-laki tersebut mempunyai gadis lain yang ia suka. Tak apa meski pengalaman cinta pertamanya tak berakhir bahagia, setidaknya ia bisa merasakan bagaimana itu mencintai seseorang sebelum ajal menjemput.

Tbc

avataravatar
Next chapter