"Ken, bagaimana kondisi kakak iparmu? Apakah kakakmu Ervan ada di dalam? Dia sangat takut melihat darah, apakah itu tidak masalah membuatnya demikian?" sang ibu menyapanya dengan nada cemas.
Namun, Kenzo hanya diam seraya berpura-pura sibuk dengan layar ponselnya. Sejujurnya dia mendengar ucapan ibunya tapi dengan sengaja mengabaikannya.
Sang ibu menarik napasnya dalam-dalam, dia ingin segera berbicara kembali namun suaminya menahan.
Sesaat kemudian, terdengar suara tangisan bayi dari dalam ruangan. Dan itu membuat Kenzo tersentak dengan mata berbinar-binar. Dia sedikit lega setelah mendengar suara tangisan bayi, keponakan barunya.
Begitupun sang ibu yang tampak lega. Dengan mengucap syukur pada Tuhan menyambut cucu pertamanya, dia sudah tidak sabar ingin segera menggendongnya.
Menit berikutnya, dokter dan para perawat sudah keluar dari ruangan. Sesaat kemudian menyusul seorang suster menggendong bayi.
"Keluarga Bapak Ervan!" panggil suster tersebut.
Support your favorite authors and translators in webnovel.com