webnovel

The Lost City: El Dorado

SinB dan teman-temannya sedang bermain poker, tiba-tiba mereka merasakan getaran apa yang terjadi sebenarnya? Robert adalah anak dari keluarga terpandang Arkeolog Jackson Anderson, ia sedang mencar cara untuk menyelamatkan keluarga, sahabat, dan istrinya dari incaran Sam. Bisakah Robert menyelamatkan mereka? Gen-Ben [Update setiap hari Selasa] Jangan lupa share!

kidd17 · Book&Literature
Not enough ratings
33 Chs

Chapter 25: Road To El Dorado (Part 3)

London, United Kingdom 2020 AD

Jessica dan Jennie duduk di sebuah kursi cafe yang sudah tutup lalu menatap buku yang mereka pinjam dari perpustakaan rahasia, "Apa lo berani buka?" Jessica menggeleng, "apa tunggu tahun baru aja kali ya?" Jennie mengendikan bahunya, "kalo lo mau buka sekarang ya, buka aja" Jessica mendengkus kesal, "lo ngapain?" Jennie menunjukkan post Intasgramnya, "itu cakep banget" Jennie langsung menghembuskan napasnya kasar. "Itu orang yang pernah gue ceritain ke lo" Jessica mengangguk.

"Yang sabar ya Jen? Gue yakin, setelah semua berakhir. Lo bisa make kekuasaan lo kok, buat nangkep tuh orang" Jennie terenyum lalu menghembuskan napasnya kasar, "bentar lagi kan lo jadi iparan sama princess Skotlandia" Jennie tertawa kecil, "thanks" Jessica mengangguk. "Terus lo sama Minju abis ini bakalan ke Amerika lagi?" Jessica mengangguk, "gue gak bisa keluar sebelum mengundurkan diri atau presiden minta ganti. Lo tau sendirilah, pemilu di tunda karena Sam di sini" Jennie mengangguk.

"Lo maunya keluar atau gimana?" Jessica menggaruk rambutnya."Pengennya keluar sih.. cuman kalo gue kepilih lagi, ya gue bsia apa" Jennie mengangguk, "gue..." Jennie dan Jessica

langsung bersembunyi karena mereka melihat lilin yang mereka nyalakan langsung padam, Jessica langsung memasukkan kembali buku tersbut lalu mengeluarkan pistolnya lalu menghembuskan napasnya dalam-dalam. "Hey, apa ada orang di sini?" Jennie dan Jessica lansgung menutup mulut mereka masing-masing. "Keluarlah, nona-noa. Aku melihat mobil kalian" Jennie menatap Jessica curiga. "Aku kemari hanya mengambil buku yang kalian pinjam" Sam langsung berjalan dan

melempar meja-meja yang berada di kedai tersebut.

"Aku sudah menutupnya, nona-nona" Jennie dan Jessica diam-diam berjalan menuju pintu keluar kedai tersebut dan menutup pintu belakangnya pelan-plan. Jessica dan Jennie langsung berlari menuju motor yang sedang terparkir, "cepet Jen" Jennie menggeram, lalu ia mulai mencoba mnstarter motornya, Jessica mendengar suara pintu yang terbuka secara paksa lalu Sam

menatap Jessica dan Jennie. "Apa aku tertinggal?" Jessica menembekkan pistolnya ke arah Sam lalu menggeram. Jennie langsung menatap Jessica, "pegangan" Jessica memegang baju dress Jennie lalu mereka pergi untuk memutar arah, "gue gak mau kehilangan tu mobil' Jessica mengerutkan keningnya.

"Jangan bilang lo gak mau kehilangan tas lo?" Jennie mengangguk, "itu limited Louis Vuitton, so.. gue gak rela" Jessica memutar matanya malas "terserah lo lah" Jennie lansgsung menambah kecepatannya. Di rasa mereka sudah jauh dari Sam, Jennie langsung mengubah arahnya menuju perpustakaan tadi untuk berjalan menuju mobilnya. Sam tersenyum saat melihat Jessica dan Jennie menghampiri dirnya, "LO GILA YA JENNIE KIM!" Jennie tidak menghiraukan Jessica yang berteriak di telinganya, "gue punya dendam sama tu orang" Jennie langsung mengerem lalu menggas. "Jen, lo mau ngapain Jen.. Lo heelsan tapi anak motor! Gak nyangka gue" Jennie tidak menghiraukan Jessica, "gue bukan anak motor, apapun gue lakukan demi tas gue yang ada di mobil" Jennie melihat Sam yang berada di sebrangnya lalu menyipitkan matanya.

"Apa kau siap untuk mati?" Jennie menghembuskan napasnya, "lo ada peluru berapa?" Jessica lansgung mengecek pistolnya, "satu" Jennie memejamkan matanya lalu mengucapkan mantra, "Jen, jangan bilang lo juga..." Tamgan Jennie langsung terdapat pedang yang terbentuk dari api biru dan Jessica hanya diam, "setiap Anderson yang lahir, sudah punya kekuatannya sendiri" Jennie langsung melepaskan remnya lalu mentancapkan gasnya hingga batas maksimal. "Jessica hanya bisa memejamkan matanya dan membaca do'a dalam hati.

Unknown Place, Unknown Location 2021 AD

Author langsung membuka buku tuanya dan SinB mengambil buku yang terletak di sebelah Author, "kita posisi di sini.. terus, tolong ambilin penggaris yang itu" SinB lansgung mengambil penggaris yang di maksud oleh Author. "Kenapa sih, kok lo pake kapal kargo? Kenapa gak pake kapal lo yang The Sea Beast?" Author menatap SinB, "terlalu mencolok, gue juga gak akan nambah kerugian sehabis ini, gue aja perbaiki 6 hari kena damurage 20 juta per hari" SinB menghembuskan napasnya kasar. "Iya... iya... maaf" SinB hanya diam sambil menatap Author, "gue bisa bantu apa?" Author menghembuskan napasnya.

"Lo bisa ngawasin di menenara pengawas, gantiin Wendy" SinB mengangguk dan ia langsung menaruh 2 kotak antimo di dekat Author, "maboknya udah berkurang?" Author menggeleng, "I'm fine" SinB mengangguk lalu ia berjalan menuju keluar "happy new year btw" Author hanya berdehem. SinB menghembuskan napasnya lalu menyandarkan punggungnya di pintu ruang kemudi. "Mbih, Author mana? Waktunya minum obat" SinB menunjuk pintu yang ia sandari, "di dalem. Masuk aja" SinB langsung berjalan menuju menara pengawas lalu menghembuskan napasmya.

"Mbih.." Eunha langsung menahan SinB, "sampe kapan kamu diemin aku?" SinB menatap Eunha dingin, "sampe kapan kamu kaya gini terus!?" SinB hanya tersenyum lalu melepaskan tangan Eunha, "kalo kamu kaya gini mending kita putus aja" SinB mengangguk, "kamu kan yang mau?" SinB langsung berjalan menuju menara pengawas tanpa memperdulikan Eunha yang memanggilnya, SinB menghembuskan napasnya kasar lalu menundukkan kepalanya, "see, bahkan dia gak berjuang

sedikit pun" SinB memukul-mukul dadanya. "Lo gapapa?" SinB menatap Irene dan Sowon lalu mengangguk. "Gue gapapa kok, kalian samperin aja Eunha. Bagi dia gue yang salah. Gue yang terlalu sibuk buat bantuin keluarga Anderson" SinB memberikan senyumannya dan melanjutkan perjalanannya yang tertunda.

SinB menatap langit lalu turun hujan, "apa semua bakalan baik-baik aja?" SinB menatap sekitarnya lalu hujan yang tadinya hanya gerimis lalu berubah menjadi hujan yang lebat, petir menyambar, dan ombak menjadi lebih tinggi, "SINB!!" SinB langsung menatap ke ruang kemudi dan Author memberikan sinyal untuk segera mengamankan barang-barang mereka yang beradi di atas dek. SinB merasakan jika kapal Author diangkat oleh sesuatu. "Gak ada alien kan ya?" SinB menatap ke atas langit yang tadinya cerah lalu mendengkus kesal. "Masa sih, kraken? Gak mungkinlah ini dunia nyata mana ada kraken" SInB langsung membantu Robert memindahkan barang-barang bawaan mereka.

"Hey, kau seharusnya beristirahat" SinB menggeleng, "gue juga perlu makanan, orang tua!" SinB dan Robert memasukkan peti yang berisi makanan kedalam kontainer, "apa kau baik-baik saja?" SinB mengangguk, "gue baik-baik.." SinB dan Robert merasakan kapal mereka terangkat, "aku harus berharap jika ini adalah bukan kraken" SinB langsung mengikuti Robert lalu mereka menghembuskan napasnya kasar. Author langsung memberikan SinB dan Robert harpun yang di gunakan untuk menangkap paus.

"Jika kau mengekuarkan harpun ini, apa yang kau rencanakan?" Author langsung mendorong Robert dan SinB langsung menghindari serangan dari atas mereka, "apa kau mendeteksi adanya kapal lain?" Author menggeleng, "gue gak mungkin minta tolong dia" Robert menatap Author, "apa kau punya masalah dengan..." Author menggeleng, "gue baik-baik aja beneran. Cuman.." Author merasakan kapalnya menerjang badai yang sangat besar, "gue minta bantuan kalian" SinB menatap Author. "gue bakalan ceirta setelah ini reda" Author langsung berlari menuju ruang kemudi. SinB dan Robert langsung keluar dan melihat ombak yang cukup tinggi, "inikah..." SinB menepuk pundak Robert, "ayok" SinB langsung berlari mengambil pengaman lalu menuju Robert.

"Kita gak boleh make crane, soalnya bahaya" SinB mengangguk lalu ia melihat petir yang menyambar, "banyak banget" Author langsung membunyikan alarm karena adanya bahaya, SinB langsung menaiki atap kontainer lalu menurunkan sabuk pengamannya dan Robert mengikatnya. Author langsung mebantu mengikat sabuk pengaman tersebut di samping kanan sementara SinB langsung menghembuskan napasnya.

"Kalian semua masuk ke kontainer ayok" SinB menatap ke ruang kendali lalu ia berjalan menuju ruang kendali, ia langsung mengetok jendela, dan Author pun menoleh, di dalamnya ada Pacar Author yang membantu Author untuk menjalankan kapal mereka, Author membuka pintunya lalu ia melemparkan handuk. "Aku mohon jangan bahas sekarang, kita bicaraiin ini berdua" Pacar Author mengangguk, "Mbih, lo coba deh,, awasin" Author merasakan mual, dan Pacar Author langsung memberikan ember baru. "Antimo kamu mana" Author langsung menunjuk mejanya.

"Punya gelar kapten tapi malah mabok laut" Author lansgung mebuka ujung sachet lalu meminumnya, "sekarang gimana? Semua orang..." SinB melihat Eunha yang masih di luar untuk mengambil jaket miliknya, "ngapain coba?" SinB langsung keluar lalu ia berusaha menahan kencangnya anign, "SINB MASUK, LO MAU MATI APA!? INI ANGIN KENCENG BANGET WOY, OMBAKNYA TINGGI BANGET" SinB tidak memperdulikan omongan Author.

SinB langsung berjalan secepat yang ia bisa, "EUNHA, JANGAN DI AMBIL!" Eunha tidak mendengar perkataan SinB masih mencoba mengambil jaketnya, SinB langsung memelu Eunha dan mereka terbawa angin yang sangat kencang. SinB memegang pemangaman yang terikat di kontainer tersebut dan Eunha memejamkan matanya dan memeluk SinB erat, "JAKETNYA" SinB menatap Jaketnya "NANTI AKU BELIIN" SinB menatap ke ruang kemudi. "Semoga aja badainya cepet reda" Eunha masih memeluk SinB erat.

London, United Kingdom 2021 AD

Jennie dan Jessica langsung memauki rumah sakit karena Jennie mengalami pendarahan di perutnya, "Jes, tolong.." Jessica mengekus kesal lalu membawa Jennie, "udah diem jangan banyak bacot" Jennie langsung di tidurkan di bankar yang kosong "ada orang gak sih!?" Jessica langsung mendengar suara orang yang melangkah lalu mengacungkan pistol tersebut ke orang tersebut, "whoa, whoa, whoa... easy" Jessica menatap orang tersebut.

"Lo siapa?" Orang tersebut langsung mengulurkan tangannya, "dr. Alexander Cumberbatch, yang main film Sherlock" Jessica langsung menurunkan pistolnya, "maaf" Alexander langsung mengangguk lalu ia menatap Jennie, "dia.." Jessica mengangguk, "dia perlu dokter dan segera di operasi" Jessica yang masih memegang handbag Jennie langsung menatap Alexander. "Baiklah.. mari silahkan" Jessica mengangguk lalu ia mendorong bankar tersebut.

.

.

.

.

.

.

Unknown Place, Unknown Location 2021 AD

Author langsung menatap Eunha tajam, "udah sayang, udah..." Author langsung berjalan menuju ruang kendali dan tidak memperdulikan Pacar Author yang memanggilnya, "aku harap kalian tidak melakukan hal seperti tadi, kalian bisa mati. Kalian..." Author langsung membawa dua tas duffle bag yang berisikan baju dan beberapa koper. "Kalian itu sadar gak sih!? Gue yang tanggung jawab di sini! Kalo gue bilang masuk ya masuk! Lo Eunha... gue tau itu hadiah dari SinB. Bisa gak sih, lo ikhlasin!?" Author menghembuskan napasnya kasar.

"Kita mampir di Mexico, dan dari Mexico. Perjalanan buat kalian berenem udah selesai! Gue gak mau tanggung jawab. Karena GUE TANGGUNG JAWAB NYAWA DI SINI, PAHAM!?" Author langsung berjalan menuju ruang mesin dan Robert langsung mengusap punggung Pacar Author dan menahan lengannya, "biarkan dia tenang" Pacar Author mengangguk, "kalian sadar gak sih!? Terutama lo, SinB sama Eunha. Apa susahnya sih, nurut? Lo mau berdua mau mati!?" Pacar Author hanya diam menatap SinB dan Eunha.

"Lo pernah gak sih? Ngeliat Author tidur nyenyak!? KARENA DIA MIKIR KALIAN, MASALAH GAK SELESAI-SELESAI. LO JUGA!" Pacar Author menunjuk Eunha, "lo seharusnya bisa ikhlasin, kalo balik yaudah, kalo gak ikhlasin. Gue tau itu hadiah dari SinB, tapi lo lebih mentingin hadiah ketimbang nyawa lo sendiri" Eunha diam dan hanya menundukkan kepalanya, "dahlah gue pusing!" Pacar Author langsung mencari Author. Robert langsung menghembuskan napasnya kasar lalu menepuk bahu SinB.

"Kau membuat keputusan yang tepat, jangan salahkan dirimu, dan kau Eunha..." Eunha tidak berani menatap SinB maupun Robert, "kau seharusnya tidak melakukan hal tersebut, jika kau mati Author yang bertanggung jawab. Apa orang tuamu tidak akan menyalahkan Author? Pasti mereka menyalahkan, kau seharusnya bisa berfikir jernih. Kau lebih tua dari pada SinB tapi mengapa kau merasa seperti anak kecil?" Eunha hanya diam.

"Aku ingin mencari angin, aku harap kalian bisa menyelesaikan masalah kalian berdua" Robert keluar dari ruangan tersebut. "Ini semua gara-gara, lo. Coba lo gak ngelakuin itu, pasti kita bakalan gak di usir sama Author" SinB langsung duduk dan diam, "Wendy, Sowon.. udah, gue juga salah kok" SinB menghembuskan napasnya kasar. "Gak bisa gitu dong, Mbih. Lo ngecoba buat nyelamatin dia itu keputusan yang bagus..." Eunha langsung berlari keluar kapal SinB menghembuskan napasnya dan mengikuti Eunha.

"Ngaoain kamu ikut aku!? Kita udah gak ada hubungan lagi kan!?" SinB langsung memberikan sapu tangannya, "kamu yang putusin aku, jadi... aku harap kamu gak nyesel sama keputusan kamu" SinB langsung mengembalikan cincin pertunangannya, "kalo kamu gak... bilang ini ke Sungjae, gak ada marah-marahan kaya gini" Eunha menatap SinB, "kamu nyalahin aku??" SinB menggeleng, "aku gak nyalahin siapa-siapa, aku berbicara fakta di sini" Eunha hanya diam.

"Aku terlalu sibuk sama masalah Anderson, iya. Tapi ketika aku punya waktu kosong... kamu malah chat Sungjae. Kamu bisa gak sih hargain aku, sedikit aja? Aku capek, Eunha.. aku pengen semuanya berakhir. Dari awal aku gak usah ikut aja, bantuin keluarga Anderson. Dari awal aja, aku bisa ngusir Robert. Tapi aku gak bisa, walaupun Robert, sama keluarga Anderson karena mereka lagi ke susahan. Aku sadar aku masih remaja, nakal.. aku ngerti itu semua" Eunha hanya diam.

"Aku harap kamu gak menyesal nantinya, aku mau beres-beres dulu" SinB langsung menengok kebelakang "dan satu lagi.." SinB berusaha menahan tangisannya, "kalo kamu masih ada rasa sama Sungjae, aku harap kamu bisa bahagia sama dia, tapi... yang kamu harus tau. Sampe detik ini, aku masih sayang sama kamu. Kamu..." SinB menghapus air matanya, "kamu boleh kok, percaya atau gak... yang terpenting bagi aku sekarang.. nolongin keluarga Anderson. Aku harap Author rubah pikiran dia karena aku gak akan mundur sedikit pun" SinB langsung berjalan menuju ruang mesin untuk menemui Author.

.

.

.

.

.

.

SinB kini sedang menatap laut yang sedang 'tertidur' suara ombak yang mengahntam kapal dan angin yang dapat membuat siapa saja mengantuk. "Lo gapapa?" SinB menengok kebelakang dan Author memberikan SinB satu kaleng bir Anker, "itu yang 0%" SinB dan Author langsung melakukan cheers lalu menatap laut. "Lo ada masalah sama tidur gara-gara Eunha?" Author mengangguk, "gue ngerasa di tipu aja, jujur aja.. gue sempet mau nurunin kalian di New York waktu itu" SinB mengangguk.

"Gue ngerti kok, tanggung jawab lo besar banget" Author mengangguk, "maaf gue udah marah-marah tadi.." SinB langsung menegak birnya lalu mengangguk, "gapapa kok, gue ngerti kenapa lo ngelakuin itu semua" Author hanya berdehem, "lo mau duduk di kolam renang? Biar gak capek?" SinB mengangguk, "gak dingin apa?" Author menggeleng "gue tadi sebenernya udah berendem cuman gak enak gak ada yang temenin" SinB tertawa kecil.

"Gue udah putus sama Eunha" Author mengangguk "sorry to heard that" SinB menghapus air matanya dan Author hanya menepuk-nepuk punggung SinB, Author hanya diam dan menunggu hingga SinB tenang. "Gue... cuman kecewa aja, kenapa dia tega ngelakuin itu ke lo.." Author menghembuskan napasnya dan tersenyum, "gue malu, bener-bener malu" Author hanya diam sambil mengangguk-anggukan kepala dan mengusap punggung SinB.

.

.

.

.

.

.

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT YANG SIDER GUA DOAIN SEMOGA DAPAT HIDAYAH UNTUK MENEKAN TANDA BINTANG, HARGAI KAMI PARA AUTHOR YANG SUDAH BERUSAHA MENUANGKAN IDENYA DALAM BENTUK TULISAN :). Maafkan jika tidak nyambung.