1 Prolog

Suasana hari itu sangat terik ditengah kota Jakarta. Seorang Gadis bernama Vita yang baru saja lulus kuliah sedang berusaha mencari pekerjaan. Ia telah mendatangi beberapa panggilan interview, namun belum ada satupun perusahaan yang menerima nya sebagai Karyawan. Hari itu ia sangat lelah, kemudian ia merasa lapar. Tidak sengaja ia melihat seorang nenek yang sedang berjualan bakso dipinggir jalan dan terlihat sepi pembeli. Vita pun menuju gerobak si nenek untuk membeli baksonya.

"Nek, bakso nya aja ya, tidak usah pakai mie". Kata Vita.

"Ok non". Kata Nenek Penjual itu.

Nenek penjual bakso dengan sigap melayani Vita. Lalu ia memberikan semangkuk bakso kuah kepada Vita.

"Ini non".

"Ngomong – ngomong kok sepi banget ya nek? Apa nenek gak takut jualan di tempat sepi begini?". Tanya Vita.

"Kesepian ini tidak ada apa – apa nya dibandingkan dengan kesepian seseorang".

"Hah maksudnya?". Vita tidak mengerti apa yang dikatakan nenek penjual bakso itu.

"Dia adalah CEO yang kesepian".

Kemudian Nenek itu menceritakan sebuah kisah dari seorang CEO yang kesepian.

Pada abad ke 13, ada dua kerajaan yang berdampingan. Kerajaan itu adalah Kerajaan Jawa dan Kerajaan Sunda. Saat itu Raja Jawa yang bernama Prabu Rumbaka jatuh cinta kepada Putri Sunda yang sangat cantik jelita. Putri Sunda itu bernama Putri Cendrawati. Namun sayangnya Kerajaan Jawa memiliki Patih Amangku bumi (Patih yang paling tinggi kedudukannya) yang sangat ambisius. Dia bernama Mahawira. Patih Mahawira memiliki ambisi untuk memperluas wilayah kekuasaan termasuk ingin mengambil alih wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Tanpa sepengetahuan Prabu Rumbaka, ia menyusun strategi politik untuk mempersatukan Kerajaan Jawa dengan Kerajaan Sunda.

Pada Tahun 1279 Saka, Prabu Rumbaka mengutus Patih Damar (anak buah patih Mahawira) untuk melamar Putri Cendrawati. Namun ditempat lain Patih Mahawira mengadakan pertemuan dengan para pejabat Kerajaan Jawa di sebuah pendopo tanpa sepengetahuan Prabu Rumbaka. Mahawira mengungkapkan ide nya kepada para pejabat bahwa Putri Cendrawati tidak akan menjadi permaisuri Raja, melainkan hanyalah persembahan untuk Raja. Prabu Maharaja yang merupakan Raja dari Kerajaan Sunda harus menyerahkan Putri Cendrawati sebagai persembahan. Dan Kerajaan Sunda harus takluk dibawah kekuasaan Kerajaan Jawa.

Namun di Kerajaan Sunda, Rakyat dan Para Petinggi Istana sangat bahagia mendengar berita bahwa Raja Jawa ingin meminang Putri Sunda. Prabu Maharaja sangat mengapresiasi keinginan Prabu Rumbaka untuk menikahi putrinya. Karena Jawa adalah kerajaan besar yang akan menjadi sekutu yang menguntungkan bagi Kerajaan Sunda. Beberapa hari kemudian, rombongan pengantin dari Kerajaan Sunda berangkat menuju ke Kerajaan Jawa.

Tibalah mereka di tanah cangu untuk menunggu jemputan dari Kerajaan Jawa. Namun tidak ada pesta penyambutan ditanah cangu, yang ada malah sekumpulan tentara Kerajaan Jawa. Tidak lama kemudian datanglah Patih Mahawira, ia memerintahkan Prabu Maharaja untuk takluk kepada Kerajaan Jawa dan menyerahkan Putri Cendrawati sebagai persembahan. Hal itu memicu kemarahan Prabu Maharaja dan Rombongan dari Kerajaan Sunda.

"Beginikah taktik busukmu Mahawira, saya datang sebagai calon ayah mertua Raja mu, mengapa kau memperlakukan ku seperti ini". Teriak Prabu Maharaja.

"Segeralah menyerah gusti Prabu, pasukan anda tidak akan selamat jika anda tidak mau mengakui kekuasaan Kerajaan Jawa". Teriak Mahawira.

"Itu tidak akan terjadi, Serang!!!!".

Terjadilah peperangan yang di sebut perang cangu. Prabu Maharaja beserta pasukan kerajaannya tewas di tanah cangu. Tidak ada yang selamat kecuali Putri Cendrawati.

"Gusti, Mari ikut hamba menghadap kepada Gusti Prabu Rumbaka". Ajak Mahawira.

"Tidak, Kau telah membunuh ayahanda ku, lebih baik aku mati".

Putri Cendrawati mengambil keris yang tergeletak, lalu ia menusuk dirinya sendiri. Mahawira tidak bisa berbuat apa – apa karena Putri Cendrawati telah tewas ditempat.

Setelah mengetahui calon permaisurinya telah meninggal, Prabu Rumbaka sangat bersedih. Ia mengurung dirinya di kamar dan menolak makanan yang disediakan oleh para dayang. Hal itu diketahui oleh Mahawira.

Mahawira menemui Prabu Rumbaka dan memohon pengampunan. Mengingat Mahawira adalah pejabat negara yang cakap, dan menimbang bahwa kesalahan yang dia lakukan semata – mata untuk kebaikan Kerajaan Jawa, Prabu Rumbaka memaafkannya. Tetapi ia tidak bisa melupakan kekasihnya yang telah tewas bunuh diri.

Hari – hari yang dilewati Prabu Rumbaka menjadi sangat sedih, terlebih ia harus menikahi wanita lain karena Putri Cendrawati telah meninggal dunia. Melihat keseharian Prabu Rumbaka yang selalu terlihat sedih, Patih Mahawira merasa bersalah. Ia mengasingkan diri keluar istana lalu membunuh dirinya sendiri. Prabu Rumbaka mengetahui hal itu, ia membuatkan candi untuk makam Mahawira, dan ia selalu mendoakannya. Seluruh rakyat Jawa pun ikut mendoakan patih Mahawira. Karena Patih Mahawira adalah patih yang menjadi panutan di Kerajaan Jawa.

Setelah kematiannya, arwah dari patih Mahawira belum dapat pergi untuk menjalani kehidupan selanjutnya. Karena dosa yang ia buat di tanah cangu tidak dapat diampuni, ia harus menjalani hukuman di Neraka. Tetapi mengingat raja nya yang selalu memanjatkan doa untuknya, akhirnya Seorang Dewi yang cantik jelita datang ke candi yang merupakan makam dari Mahawira, Dia adalah Dewi Bulan, Dewi yang disebut – sebut sebagai Ibu bagi para manusia.

Dewi Bulan meletakan sebuah labu kecil yang berisi ruh Patih Mahawira, lalu Ia membangkitkan Mahawira kembali. Ia memberikan anugerah kehidupan yang juga menjadikannya sebagai kutukan hidup abadi.

"Rajamu terus mendoakanmu bahkan ketika kau memiliki kesalahan. Karenanya aku tidak dapat mengirim mu ke Neraka. Aku memberikan kau kesempatan untuk hidup kembali agar kau bisa menebus dosamu, karena dosamu yang membunuh banyak orang di tanah cangu tidak dapat di ampuni, kau akan menjalani hidup abadi dengan kesepian. Kau harus membuat banyak pernikahan bagi orang lain. Dan kau hanya dapat mengakhiri keabadian itu, jika kau berhasil menikahkan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati di kehidupan mereka berikutnya".

Mahawira pun bangkit Kembali dan ia mulai menjalani hidup abadinya. Ratusan tahun ia menjalani bisnis sebagai biro jodoh demi menemukan Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati. Kini ia telah menjadi CEO di perusahaan biro jodoh. Ia memiliki seorang Sekertaris yang secara turun temurun mengabdi padanya. Saat ini Sekertaris itu sudah turunan ke 20. Tetapi ia belum juga menemukan reinkarnasi dari Prabu Rumbaka dan Putri Cendrawati.

****

Itulah kisah CEO yang kesepian yang diceritakan oleh nenek penjual bakso gerobak kepada Vita. Namun Vita hanya tersenyum setelah mendengar cerita nenek itu. Ia malah meledek si nenek.

"Lalu Akulah Dewi Bulan yang telah mengutuknya,, hehehe". Kata Vita meledek si nenek.

Vita menduga nenek itu akan mengaku – ngaku sebagai Dewi Bulan yang telah mengutuk Patih Mahawira.

"Huh, dasar sarjana pengangguran". Nenek itu merasa kesal.

"Waduh, hatiku sakit sekali mendengarnya. Tapi lain kali aku akan datang lagi sambil mendengarkan cerita CEO yang kesepian itu. Oiya nih uangnya. Terima kasih nek".

Vita berjalan pergi meninggalkan si nenek. Nenek itu tersenyum sinis sambil mengamati Vita yang sudah pergi meninggalkannya.

avataravatar
Next chapter