11 Hal Yang Mengejutkan

Grando dan Agung sedang duduk bersama di ruang kerja Grando. Agung memberitahu Grando bahwa Lisa bukanlah reinkarnasi dari Putri Cendrawati, melainkan reinkarnasi dari Ratu Sudewi, dia adalah istri yang ia nikahi secara terpaksa setelah kematian Putri Cendrawati. Saat mereka berdua berbincang – bincang, Bambang datang membawakan minuman dan camilan untuk Grando dan Agung. Agung melihat wajah Bambang seperti wajah seseorang yang melayaninya di masa lalu. Setelah meletakan minuman dan cemilan, Bambang keluar dari ruangan itu dan melanjutkan pekerjaannya. Tetapi Agung merasa penasaran dengan apa yang baru saja ia lihat di wajah Bambang. Agung menanyakan asal – usul Bambang pada Grando, tetapi Grando hanya mengatakan bahwa Bambang adalah keturunan ke 20 yang menjadi sekertarisnya. Karena Agung tetap merasa penasaran, Agung mengajak Grando untuk ke Pura di Jawa Timur dengan Bambang, agar Agung dapat mengetahui masa lalu Bambang. Tetapi Grando mengatakan bahwa ia bisa membaca masa lalu seseorang tanpa harus pergi ke Pura.

"Sejujurnya saya belum pernah membaca masa lalu nya, karena saya pikir itu tidak penting". Kata Grando.

"Tetapi saya benar – benar merasakan bahwa dia ada dalam masa lalu saya". Kata Agung.

"Baiklah saya akan memanggil dia kesini". Ucap Grando.

Kemudian Grando memanggil Bambang dan memintanya masuk kembali ke ruang CEO. Bambang merasa ada hal yang mencurigakan. Kenapa ia di sertakan dalam diskusi antara para petinggi Kerajaan Jawa itu. Grando langsung menarik tangan Bambang dan menatap matanya. Kemudian Grando meminta Agung untuk memegang pundaknya agar Agung juga dapat melihat masa lalu Bambang. Penerawanganpun dimulai. Grando, Agung dan Bambang melihat masa lalu Bambang yang merupakan Pelayan Pribadi Raja. Dahulu dia bernama Joyo.

FLASH BACK

Hari itu Prabu Rumbaka memanggil pelayan nya yang bernama Joyo. Sang Raja meminta bantuan Joyo untuk mengirimkan jahe hangat kepada Patih Mahawira yang dikabarkan sedang sakit. Joyo menerima perintah dari Raja dan ia pergi ke desa di wilayah timur Kerajaan Jawa, tempat dimana Patih Mahawira mengasingkan diri karena keputus asaannya. Didalam perjalanannya, Joyo dihadang oleh pasukan berkuda. Pasukan berkuda itu meletakan pedangnya di leher Joyo dan mengancam akan membunuh Joyo beserta keluarganya apabila Joyo tidak mau mengikuti perintah pendekar tersebut. Joyo ketakutan dan menerima permintaan para pendekar itu. Para pendekar itu meminta Joyo untuk memasukan racun di dalam jahe hangat yang akan ia kirimkan kepada Patih Mahawira. Setelah itu, sampailah Joyo di rumah sederhana milik Patih Mahawira dan ia mengatakan bahwa ia datang atas perintah Raja. Kemudian Joyo membuatkan minuman jahe hangat yang ia bawa dari istana. Lalu ia memasukan racun yang diberikan oleh pendekar misterius yang mengancamnya.

Joyo masuk ke kamar Patih Mahawira dan memberikan minuman itu. Lalu ia meletakan minuman ke meja kerja Patih Mahawira yang saat itu sedang menulis catatan pribadinya.

"Aku sudah tau apa yang ada didalam minuman itu". Ucap Mahawira.

"Ampun gusti patih". Joyo sujud di depan Mahawira untuk memohon ampun.

"Meskipun begitu, saya akan meminumnya, pesan terakhir saya tolong jaga Gusti Prabu, jangan sampai ia meminum racun yang ku minum ini". Mahawira meneguk jahe yang sudah dicampur racun itu. Kemudian perlahan – lahan ia kehilangan nyawanya.

Melihat kondisi Mahawira yang tergeletak dan kehilangan nyawanya. Joyo merasa bersalah, lalu ia juga meminum racun itu untuk menebus dosanya pada Mahawira.

-------

Grando, Agung dan Bambang membuka matanya lebar – lebar. Bambang meneteskan air matanya setelah ia mengetahui kejahatan yang ia lakukan kepada Grando di masa lalu. Sementara Grando menjadi lemas karena tidak percaya bahwa selama ini ia hidup bersama pelayan yang telah membunuhnya. Sebagai Raja, Agung bersikap tenang. Ia mengatakan pada Bambang dan Grando bahwa semua itu bukanlah murni kesalahan Bambang. Bambang menerima ancaman dari pendekar misterius itu sehingga ia nekat melakukan dosa yang telah ia tebus dengan kematiannya.

"Saya pikir ini adalah kehidupan pertama saya, ternyata saya punya dosa dimasa lalu". Kata Bambang.

"Pengabdianmu dan keluargamu sudah cukup bagiku untuk menebus dosamu". Kata Grando.

"Terima kasih gusti patih, gusti prabu, hamba rela menerima hukuman". Bambang merasa sangat bersalah.

"Tidak, kembalilah ke ruanganmu dan tenangkan dirimu". Perintah Agung.

Bambang pergi menuju meja kerjanya yang berada di depan ruang kerja Grando. kemudian Agung dan Grando melanjutkan diskusi mereka.

"Lalu siapa yang memberikan racun itu? sejujurnya, setelah paman patih tewas, rumor yang beredar adalah paman meninggal karena bunuh diri". Kata Agung yang penasaran.

"Itu adalah ulah ayah mertua anda gusti prabu". Jawab Grando.

"Ayah mertua saya?". Tanya Agung.

"Ya, sudah sejak lama Adipati Aryakusuma menginginkan tahta anda. Ia mengharapkan kematian anda agar pangeran muda naik tahta, sehingga Adipati Arya dapat mempengaruhi keputusan pangeran dalam menjalankan pemerintahan". Jawab Grando.

"Lalu mengapa dia membunuh paman terlebih dahulu, mengapa dia tidak langsung membunuh saya?". Tanya Agung yang masih belum paham dengan kejadian di masa lalu.

"Karena saya selalu melindungi anda, jika saya mati lebih dulu tidak akan ada lagi yang bisa menyelamatkan tahta anda. Yang saya tau anda meninggal karena penyakit hati, sesungguhnya makanan yang anda makan setiap hari mengandung racun yang menyerang hati anda". Grando menjelaskan kepada Agung.

Agung tidak menyangka bahwa ayah mertuanya sekeji itu, padahal sepanjang hidupnya ia pun merasa bersalah karena tidak pernah mencintai Ratu Sudewi. Ia menikah hanya untuk memenuhi kewajibannya sebagai keluarga kerajaan yang harus memiliki pewaris. Agung sangat terpukul mendengar hal itu. Setelah mereka selesai berdiskusi, Agung pamit pulang ke rumahnya. Hari ini Agung terlalu lelah sehingga ia tidak mampu lagi untuk pergi ke kantornya. Saat Agung berjalan keluar dari ruangan Grando, ia melihat Vita berjalan bersama Alya ke arah loby. Sepertinya Vita sedang mengantar Alya yang hendak meninggalkan kantor setelah mengunjungi Vita. Tetapi ada hal yang aneh yang Agung rasakan. Saat ia melihat Vita dan Alya berjalan bersama, ia melihat Putri Cendrawati yang sedang berjalan bersama Dayangnya yang bernama Arini. Seolah pikiran itu membawanya saat ia melihat Putri Cendrawati di Istana Kerajaan Sunda saat ia duduk di pendopo menikmati jamuan dari Prabu Maharaja 700 tahun yang lalu.

"Haduh bayangan apa sih ini, tidak mungkin Vita orangnya, karakter Vita dan Dinda Cendrawati sangat berbeda". Kata Agung dalam hati.

Agung pun pergi meninggalkan kantor itu.

Bambang sedang berada di toilet. Ia berdiri di depan westafle dan melihat ke arah cermin, lalu ia membasuh wajahnya berkali – kali. Bambang menangisi masa lalunya yang sudah ia ketahui itu. Meski itu sudah berlalu dan Grando sudah menerimanya, tetap saja Bambang tidak bisa melupakan masa lalu yang baru saja ia lihat itu. Gando masuk ke dalam toilet dan mengamati ke anehan Bambang.

"Hei, Bambang! Apa yang kau lakukan?". Tanya Grando.

"Hiks,, Hikss,,, Saya,, saya tidak mampu melihat wajah gusti patih". Jawab Bambang.

"Haduh,, kan sudah kubilang, aku sudah melupakannya, jadi kau tenang saja". Kata Grando sambil menepuk pundak Bambang untuk menenangkannya.

Bambang masih belum bisa menghentikan air matanya. Kemudian Grando merangkulnya keluar dari toilet. Saat mereka berdua keluar dari toilet, ada seorang karyawan yang memergokinya. Karyawan itu menduga Bambang dan Grando adalah pasangan Homo. Grando mengetahuinya tetapi ia hanya senyam – senyum saja.

Sesampainya Agung di rumah, ia menyalakan televisinya. Ia melihat Lisa yang sedang diwawancarai di acara siaran langsung di salah satu stasiun TV swasta. Pembawa acara menanyakan tipe pria yang disuka Lisa. Lisa pun menjawabnya, tipe pria idamannya adalah seorang pria yang baik hati, menyayangi sesama, gagah dan pemberani bak seorang raja. Lalu pembawa acara menanyakan apakah Lisa telah menemukan pria itu. Lisa menjawab ia telah menemukannya.

"Aku telah menemukannya, namun sepertinya kita tidak ditakdirkan bersama". Kata Lisa.

"Apakah pria itu telah memiliki orang lain dalam hatinya?". Tanya Pembawa Acara.

"Ya, dia selalu menjaga hatinya untuk orang itu sehingga dia tidak pernah memperhatikanku. Aku tidak akan bisa mendapat kasih sayangnya". Kata Lisa.

"Wah mengejutkan sekali pemirsa, wanita secantik Lisa ternyata punya saingan ya". Kata Pembawa Acara sambil bercanda untuk mencairkan suasana hati Lisa yang sedih.

Melihat raut wajah Lisa yang sedih, Agung kembali merasakan sesak di dadanya. Seolah ia dapat merasakan sakit hati yang selama ini dirasakan oleh Lisa yang tidak pernah merasakan kasih sayangnya. Agung sebenarnya telah jatuh hati dengan Lisa di kehidupan saat ini, tetapi Agung masih memiliki perasaan yang belum tuntas, terlebih Grando mengharapkan ia kembali bersama reinkarnasi Putri Cendrawati agar Grando bisa mengakhiri keabadiannya. Agung menjadi sangat bingung dengan keputusan yang akan ia buat. Apakah ia harus tetap mencari reinkarnasi Putri Cendrawati, ataukah ia harus kembali kepada Lisa untuk menebus dosanya dimasa lalu yang tidak pernah memperhatikannya.

Sementara itu Vita sedang berbincang – bincang bersama Christian, kemudian Grando datang mendekat ke meja Vita. Sepertinya Grando cemburu dengan Christian. Ia meminta Vita untuk pergi ke pantry dan membuatkannya kopi. Awalnya Vita merasa sebal dengan Grando yang suka semena – mena menyuruhnya. Tetapi kali ini ia menuruti perintah Grando meskipun dia bukan sekertaris Grando. Vita berjalan menuju pantry. Tetapi Grando masih ada di meja Vita.

"Ngomong – ngomong apa ada yang bisa saya bantu Pak?". Tanya Christian.

"Tidak, daripada mengobrol, lebih baik kerjakan tugasmu". Kata Grando dengan tatapan sinis ke Christian.

Tidak sengaja Grando tepat menatap mata Christian, Grando melihat sedikit masa lalu Christian, rupanya Christian juga merupakan penduduk di tanah Jawa abad ke 13. Ia melihat dirinya dan Prabu Rumbaka di mata Christian. Karena penasaran Grando menarik tangan Christian dan menatap matanya. Grando pun menghentikan waktu agar orang – orang tidak kebingungan saat ia menatap Christian.

Grando melihat Christian sedang menerima perintah dari Prabu Rumbaka untuk pergi ke Kerajaan Sunda untuk melamar Putri Cendrawati. Pada saat itu Grando mengintipnya. Setelah Christian keluar ruangan, Grando langsung menghadangnya dan menanyakan apa yang di perintahkan oleh Prabu Rumbaka, Christian menjawab bahwa ia ditugaskan untuk pergi ke Kerajaan Sunda untuk melamar Putri Sunda yang bernama Putri Cendrawati. Grando tersadar dari lamunannya, kemudian waktu pun berputar kembali. Christian terkejut karena tangannya ditarik oleh Grando.

"Ada apa pak?". Tanya Christian.

"Siapa nama lengkapmu, dan dari mana asalmu?". Tanya Grando.

"Saya Christian Damar Pak, saya asli Canggu". Jawab Christian.

Grando terlihat lemas, ia pun melepaskan tangan Christian. Ternyata Christian adalah reinkarnasi dari Patih Damar yang merupakan anak buahnya di masa lalu. Dahulu kala patih Damar yang menggantikannya menjadi Patih Amangku bumi di Kerajaan Jawa setelah ia meninggal dunia.

"Oh, kamu dari canggu, saya juga dari canggu". Kata Grando.

"Wah ternyata kita sekampung ya pak". Kata Christian yang senang mendengarnya.

"Yasudah lanjutkan pekerjaanmu". Grando pergi dari ruangan itu.

Grando merasa sangat lemas, ia ingat sekali di hari kematiannya Patih Damar menemui jasadnya dan menangis sekencang – kencangnya. Selain menjadi anak buah, Patih Damar juga merupakan murid yang ia sayangi. Namun setelah Prabu Rumbaka memiliki keinginan untuk menikahi Putri Cendrawati, hubungannya dengan Patih Damar seperti ada jarak. Karena Patih Damar dan Prabu Rumbaka mengetahui bahwa dirinya ingin merebut wilayah kekuasaan Kerajaan Sunda. Sambil berjalan menuju ruangannya, Grando meneteskan air matanya. Seolah segala luka lama nya bangkit kembali dan menghantuinya dengan perasaan bersalah.

Bambang sedang berdiri di pantry kantornya. Ia sedang mengaduk – aduk kopi di cangkir yang ada di dalam genggamannya sambil melamun. Vita yang juga ada di pantry mencoba mengajak bicara Bambang, tetapi Bambang hanya diam seolah tidak menyadari kehadiran Vita. Akhirnya Vita menepuk pundak Bambang agar Bambang sadar bahwa ada dirinya di pantry itu.

"Eh copot – copot, gusti,, kaget saya". Kata Bambang.

"Jangan ngelamun terus dong, mikirin Alya yah". Kata Vita.

"Ah vit, kamu bisa aja, bukan kok". Jawab Bambang.

"Kalau bukan Alya, siapa dong yang bisa bikin Bambang si sekertaris teladan kesayangan Pak Grando ini sampai melamun". Ledek Vita.

"Huuu ngeledek". Kata Bambang.

Akhirnya Bambang bercerita kepada Vita tentang masa lalunya yang baru saja ia ketahui. Ia tidak pernah menyangka bahwa ia menjadi bagian dari masa lalu Grando yang menyedihkan. Vita mencoba menenangkannya dan bertanya apa yang terjadi antara Bambang dan Grando di masa lalu, kemudian Bambang memberitahu bahwa dia telah membunuh Grando. Tetapi ia tidak sengaja melakukannya, ia terpaksa membunuh Grando karena ia menghawatirkan keluarganya, ia diancam bahwa nanti keluarga nya akan dibunuh oleh para pendekar yang tidak dikenal. Bambang merasa malu dan bersalah kepada Grando hingga ia tak mampu untuk melihat wajah Grando hari itu.

"Aku membunuhnya tetapi dia mengasihi keluarga ku secara turun – temurun, apa yang harus aku lakukan?". Bambang termenung.

"Tapi itu kan udah masa lalu Bam, buktinya sekarang Grando sayang banget kan sama kamu". Kata Vita.

"Itu mungkin hanya diluar saja, aku percaya di dalam hatinya ia masih menyimpan rasa tidak bahagia. Memang bagi kita itu semua sudah menjadi bagian dari masa lalu, tetapi bagi gusti patih, itu masih menjadi masa kini, karena ia belum pernah bereinkarnasi". Kata Bambang sambil menetesan air matanya.

Tetapi Vita menasihatinya dan memintanya untuk tetap setia pada Grando. Bagaimanapun setelah mengetahui Bambang adalah orang yang membunuhnya, Grando tetap membiarkan Bambang untuk berada disisinya. Bambang pun mulai tenang, Vita dan Bambang berjalan keluar dari pantry bersama – sama. Bambang menuju meja kerja nya, sementara Vita menemui Grando di ruangan CEO untuk memberikan secangkir kopi yang diminta oleh Grando. Tetapi Vita melihat Grando sepertinya Grando sedang kacau pikirannya. Rambutnya seperti acak – acakan dan wajahnya terlihat lesu.

"Apa yang terjadi, kenapa kamu keliatannya lemas?". Tanya Vita.

"Hari ini aku menemukan 2 orang yang memiliki masa lalu di tanah jawa. Mereka adalah orang terdekatku, yang satu pelayan yang telah membunuhku dan satunya anak buahku yang mengambil kedudukanku di Kerajaan Jawa, apa yang harus aku lakukan?". Tanya Grando.

"Kau tak perlu melakukan apapun, anggaplah mereka sebagai orang baru yang ada di hidupmu". Vita menasihati Grando.

"Tentu aku pun ingin begitu, tetapi masa laluku tidak pernah menjadi masa lalu, karena aku masih hidup".

"Aku mengerti, tapi tidak baik menyimpan perasaan yang belum tuntas sedang perasaan itu tidak dapat dituntaskan". Kata Vita

"Ya kau memang benar". Sambung Grando.

Tetapi Grando tersadar, jika Patih Damar dan Pelayan Prabu Rumbaka saja berada di sisinya, artinya ada kemungkinan orang – orang di masa lalunya ada di dekatnya saat ini.

"Lalu, siapa kau sebenarnya. Pasti kau juga bagian dari masa laluku". Kata Grando.

"Tidak mungkin, aku kan bukan berasal dari Canggu. Leluhurku adalah warga tanah sunda. Pasti jauh kan, Jawa dengan sunda?". Tanya Vita.

"Bukan berasal dari Canggu dan bukan orang jawa melainkan orang sunda, apa aku pernah berhubungan dengan orang sunda?". Grando yang sedang berpikir.

Kemudian Grando mulai mencurigai siapa Vita dimasa lalunya, masalahnya Grando hanya mengenal Raja, Ratu dan Putri Sunda. Setelah mengingat – ingat Grando mulai mencurigai Vita. Ia menatap mata Vita dan menghentikan waktu. Ia melihat masa lalu Vita. Saat itu Vita berada di tanah canggu, ia sedang berhadapan dengan Patih Mahawira. Disitu Patih Mahawira meminta Vita untuk menyerahkan dirinya sebagai persembahan. Ia tidak akan menjadi Ratu Kerajaan Jawa, ia hanya akan dinobatnya menjadi selir. Vita tidak menerima, ia tidak ingin menjatuhkan martabat Kerajaan Sunda, ia pun menusuk dirinya dengan keris milik Patih Mahawira yang tergeletak di depan matanya. Vita pun meninggal.

Waktu kembali berputar. Grando meneteskan air matanya. Ternyata wanita yang selama ini ia cari dan yang akan ia nikahkan dengan Raja nya adalah wanita yang ia cintai saat ini. Dia adalah Vita yang merupakan reinkarnasi dari Putri Cendrawati.

"Hei, kau menangis? Kenapa ?". Tanya Vita.

Tetapi Grando hanya terdiam. Kemudian Vita terus bertanya apa yang terjadi di masa lalunya, karena Grando menghentikan waktu, Vita jadi tidak bisa ikut melihat masa lalunya.

"Tidak apa – apa, kembalilah ke ruanganmu". Kata Grando dengan wajah lemas nya.

"Baiklah kalau begitu".

Vita berjalan keluar namun sesekali ia menoleh ke arah Grando yang masih terlihat lemas. Vita belum mengetahui bahwa dia adalah reinkarnasi Putri Cendrawati yang selama ini dicari oleh Grando.

avataravatar
Next chapter