16 Akhir Dari Hidup Abadi

Grando menyelamatkan Vita yang hampir tertabrak mobil. Ia menghentikan laju mobil dengan mengadangnya dengan tangan sebelah kanan. Karena kekuatan Grando begitu besar membuat mobil terpental. Setelah menyelamatkan Vita, Grando terbang ke arah mobil yang terpental, ia menggunakan tenaga supranaturalnya dan menarik mobil tersebut kembali ke jalan raya. Wajah pengemudi mobil sangat ketakutan. Setelah mobil berhasil di Tarik kembali ke jalan raya. Grando mengetuk kaca mobil, dengan pelan – pelan pengemudi mobil itu membuka kaca mobilnya.

"Apa yang kau alami barusan adalah mimpi buruk, sekarang lanjutkan perjalananmu". Kata Grando menghipnotis pengemudi mobil itu.

"Baik". Kata si pengemudi yang kemudian melaju mobilnya kembali.

Grando menoleh ke arah Vita, ia melihat Vita yang nampak masih terkejut. Ia bernafas dengan kencang, sambil meremas dadanya yang terasa sesak. Melihat Vita yang sangat lemah, Grando langsung lari menuju Vita. Vita pun jatuh ke pelukan Grando.

"Aku merindukanmu, om ganteng tapi kere". Kata Vita.

"Aku juga merindukanmu, cewe baik tapi kasar". Kata Grando.

Mereka berdua saling tersenyum.

Akhirnya Grando dan Vita berbicara berdua. Ia duduk di halte bis dipinggir jalan. Grando membelikan Vita minuman.

"Hmm minum es kopi malam – malam bisa bikin aku gak tidur nih". Kata Vita sambil mengambil minuman dari Grando.

"Oh, begitu ya. Baiklah aku belikan yang baru". Kata Grando yang kemudian bersiap untuk lari beli minuman lagi.

Vita menarik tangan Grando dan berkata "eh,, jangan – jangan,, ini aja gak apa – apa kok".

"Oh begitu, oke deh".

Mereka berdua mulai berbicara dengan serius. Grando berlutut dihadapan Vita dan meminta maaf atas kejadian di masa lalu.

"Tidak perlu meminta maaf, aku ini Vita, aku bukan Putri Cendrawati". Kata Vita.

"Seandainya kau memang hanya seorang Vita, aku akan sangat bahagia. Tetapi aku berhutang nyawa padamu dimasa lalu". Kata Grando.

"Apakah tidak bisa, kita menjalani hidup ini tanpa ada bayang – bayang masa lalu?". Tanya Vita.

"Mungkin bagi kamu masalalu mu sudah berakhir, tetapi bagiku aku masih hidup dengan raga yang sama. Aku menunggumu bertahun – tahun bersama dengan rajaku untuk menebus dosaku dan mengakhiri hidup yang panjang ini". Jawab Grando.

"Jika kamu memang ingin melepaskan aku, baiklah aku bersedia untuk menikahi Agung. Tapi ada satu janji yang harus kamu tepati". Ucap Vita.

Grando menanyakan apa permintaan Vita. Ternyata permintaan Vita adalah agar Grando menunggunya dikembali. Saat Vita meninggal nanti, ia meminta Grando untuk menjemputnya.

"Aku pasti akan menepatinya". Kata Grando.

Ke esokan harinya, ada berita menggemparkan di seluruh Indonesia. Ditemukan sebuah mayat yang jatuh dari gedung, di duga mayat itu telah bunuh diri tadi malam. Saat di otopsi oleh polisi setempat, mayat itu adalah Lisa. Dia adalah artis ternama di Indonesia.

"Ya ampun kasihan sekali dia, padahal dia sangat cantik dan juga ramah". Kata Karyawati yang bekerja di lawfirm Agung yang sedang meminum kopi sambil nonton TV di pantry kantornya.

"Iya, apa jangan – jangan dia depresi?". Tanya karyawati yang lainnya.

Agung masuk ke dalam pantry, lalu ia penasaran mengapa karyawannya sangat ribut hari itu.

"Ada berita apa sih?". Tanya Agung.

"Itu pak, Artis idolaku Lisa, bunuh diri". Kata salah seorang karyawati.

"Iya, katanya loncat dari Gedung". Kata karyawati lainnya.

Agung sangat terkejut. Ia mengingat saat – saat terakhir ia bersama Lisa. Lisa terlihat sangat terluka olehnya. Tetapi Lisa tetap tersenyum untuknya meskipun selama ini yang dapat diberikan Agung padanya hanyalah luka. Baik itu pada masa Kerajaan Jawa, maupun di masa kini.

"Yang aku mampu berikan padanya hanyalah luka, pantas saja setiap aku bertemu dengannya jantungku terasa sakit, dan kini tidak mampu untuk menghentikannya". Ucap Agung dalam hati.

Agung langsung begegas meninggalkan kantornya dan menuju ke TKP.

Bambang juga memberitahukan kabar kematian Lisa pada Grando. Alya juga turut mengabarkan hal itu kepada Vita. Sehingga mereka semua bergegas menuju ke TKP. Sesampainya dilokasi, Lisa sudah tidak ada ditempat. Namun jiwa nya masih ada, dan hanya Grando yang dapat melihatnya. Lisa tersenyum kepada Grando. Kemudian Grando mendekatinya dan mengajaknya bicara.

"Kenapa anda melakukan hal ini?". Tanya Grando.

"Ini adalah yang terbaik, aku tidak mau menjadi penghalang, sudah cukup aku membuat Prabu Rumbaka tidak bahagia dimasa lalu, kuharap di masa kini ia dapat menemukan kebahagiaannya". Kata Lisa.

"Sekarang saya mengerti, apa itu cinta sejati. Itu adalah pengorbanan. Saya juga akan melakukannya". Kata Grando.

"Saya bangga dengan paman patih, semoga kita bisa bertemu lagi nanti". Kata Lisa.

Setelah Grando berbicara denga jiwa Lisa, ia kembali menemui Agung dan lainnya. Mereka semua menanyakan pada Grando apa yang sebenarnya terjadi. Namun Grando hanya menjawab, "Yang di inginkan Ratu Sudewi adalah agar gusti Prabu Rumbaka bisa hidup bahagia di masa kini". Mendengar hal itu Agung semakin merasa tercabik – cabik. Ia mengingat bahwa di masa lalu ia sudah mengabaikan Ratu Sudewi. Di masa kini pun begitu. Ia dengan mudah membuang Lisa setelah mengetahui Vita adalah reinkarnasi Putri Cendrawati. Ia sungguh menyesali yang sudah terjadi. Karena sebenarnya di kehidupan ini ia sangat mencintai Lisa, hanya saja kisah cinta nya yang belum selesai dengan Putri Cendrawati mengikis rasa cinta itu.

Grando mengerti bahwa hari itu Agung merasa kurang baik. Grando merangkul Agung dan segera mengantarnya ke mobil. Grando mengatakan bahwa ia akan mengantar Agung hingga ke rumahnya. Grando menitipkan Vita dan Alya kepada Bambang, lalu ia pergi meninggalkan mereka semua.

"Aku bingung sama si Agung itu, kok dia plin – plan ya?". Tanya Alya sambil mengamati Agung dari jauh.

"Maksud kamu?". Tanya Vita.

"Iya, katanya dia cintanya sama kamu, tapi kenapa dia begitu sedih melihat Lisa bunuh diri". Jawab Alya.

"Dari awal dia memang sudah jatuh cinta sama Lisa, hanya saja masalalu nya dengan ku belum tuntas, sehingga ia memilih mengejarku lagi. Lagi pula dimasa lalu mereka suami istri". Kata Vita.

"Sungguh rumit ya kisah cinta kalian". Bambang memotong pembicaraan Vita dan Alya.

Beberapa hari kemudian, Persiapan pernikahan Agung dan Vita mulai dilakukan. Grando terlihat sangat sibuk, sementara Vita lebih banyak melamun. Meskipun Agung terlihat begitu menyayangi Vita dan selalu ada di samping Vita, sepertinya Vita dengan terpaksa menerima kebaikan Agung. Kadang Agung berfikir apakah dia harus mengentikan rencana pernikahan itu. Tetapi lagi – lagi ia ingin menuntaskan perasaannya dimasa lalu. Ia juga harus membantu Grando untuk mengakhiri hidup abadinya.

Selain Agung dan Vita yang akan segera menikah, Bambang pun telah melamar Alya. Mendengar berita itu, Grando bukannya senang tetapi malah cemburu. Dia tidak rela jika harus berbagi Bambang dengan Alya karena selama ini Bambang lah yang telah mengurus Grando.

"Tenang bos, meskipun nanti saya menikah dengan Alya, saya tetap akan jadi abdi setia yang selalu melayani pak bos kemana saja". Kata Bambang.

"Iya deh, siang Bambang dengan ku, malam dengan kamu". Kata Grando sambil menunjuk Alya.

"Hehe,, beres Pak CEO". Sahut Alya.

Kemudian Grando berbicara dalam hati, "Hidupku mungkin tak akan lama lagi, aku berharap kalian hidup bahagia dikemudian hari".

Mereka bertiga terlihat seperti keluarga yang sangat bahagia. Yang sedang tertawa bersama di ruang tamu di rumah Bambang.

Waktu pernikahan Vita dengan Agung sudah tinggal sebentar lagi. Vita terus berdoa meminta yang terbaik dari tuhannya. "Jika memang aku ditakdirkan untuk Agung, maka hapuslah perasaan yang aku jaga untuk lelaki yang telah banyak memberikan warna di hidupku". Kata Vita yang telah mengucapkan doa nya di dalam hati sambil memejamkan matanya. Undangan pernikahan mereka telah di sebar. Di kantor lawfirm Agung, banyak karyawati yang patah hati karena akan kehilangan bos idola mereka. Begitu juga dengan para klien Agung yang kebanyakan ibu – ibu. Mereka semua bersedih hati mendengar kabar bahwa Agung akan segera menikah.

"Yah, kalau Pak Agung nikah, saya mau cari pengacara lain aja deh yang masih lajang dan tampan". Kata salah seorang klien Agung.

"Tapi masalahnya bu, pengacara paling ganteng di Jakarta ya Pak Agung". Sahut klien lainnya.

"Iya juga sih,, huaaaa,,, hiks,, hiks,,,".

Menjelang 3 hari sebelum pernikahan Agung dan Vita, Agung mengajak Vita untuk mengunjungi candi tempat ia di makamkan. Agung menaruh canang dan berdoa. Ia berkata dalam hati, "Akhirnya beberapa hari lagi, perasaanku pada Putri Cendrawati akan segera tuntas". Sesekali Agung menoleh sambil memandangi wajah Vita, namun Vita hanya tersenyum. Ia diam tanpa kata seolah hanya ingin menerima takdir yang tidak ia doakan.

Ditempat lain, Dewi bulan yang menjelma sebagai wanita cantik duduk bersama dengan Bambang di sebuah bar. Saat itu Bambang telah dirasuki oleh Dewa Langit. Mereka berbincang – bincang mengenai kisah Grando.

"Tak kurasa permainanku akan segera berakhir, padahal aku masih senang bermain". Kata Dewa Langit yang ada di tubuh Bambang.

"Syukurlah, akhirnya kau bisa melepaskan anakku". Kata Dewi Bulan.

"eitz ,, mungkin dia menginginkan hidup yang lebih panjang lagi". Kata Dewa Langit.

"Cukup, jika kau melakukannya aku akan mengeluarkan hak veto ku sebagai ibu bagi mereka". Sambung Dewi Bulan.

Sementara itu Grando sedang sibuk menelpon Bambang. Tetapi Bambang tidak mengangkat telponnya. Grando khawatir sehingga ia melacak Bambang melalui GPS. Ternyata Bambang berada di sebuah bar. Grando masuk ke dalam bar itu dan mulai mencari Bambang. Kemudian Dewa Langit menghentikan waktu. Grando menyadari bahwa disitu ada Dewa. Ia berjalan mendekat ke arah Bambang dan Dewi Bulan.

"Mahawira, bagaimana kabarmu?". Tanya Dewa Langit yang ada ditubuh Bambang.

"Siapa kau?". Tanya Grando.

"Aku? Aku adalah yang memegang kuasa atas nyawa mu".

Grando menoleh ke arah Dewi Bulan seolah meminta petunjuk.

"Dewi, apa yang kau lakukan dengan tubuh Bambang". Tanya Grando.

"Kami hanya meminjamnya, kamu tenang saja". Jawab Dewi Bulan.

"Cih, pinjam. Hei kau, kau pasti Dewa Langit kan, apa kau sudah puas mempermainkan hidupku?". Tanya Grando sambil menunjuk ke arah Bambang.

"Aku tidak berniat begitu pada awalnya, tapi Dewi cantik disebelahku memohon agar kau tidak mendapatkan siksa neraka, berterima kasihlah kau padanya". Jawab Dewa langit.

Dewi Bulan menghilang dari hadapan Grando, kemudian waktu berputar kembali. Dewa Langit pun telah keluar dari tubuh Bambang. Setelah sadar, Bambang kebingungan melihat kerlap – kerlip lampu di dalam bar itu.

"Aduh, dimana ini". Tanya Bambang.

"Hei kau, ayo kita berkelahi, lebih baik aku mati sekarang juga". Kata Grando sambil mencekik leher Bambang.

"Eh,, bos,, bos ada apa nih".

Grando melepas cengkraman tangannya di leher Bambang. Ia mengajak Bambang untuk segera keluar dari bar itu tetapi mereka tidak menemukan jalan keluar. Tidak lama kemudian Bambang melihat sebuah pintu di Lorong yang ia yakini adalah pintu keluar. Ia menarik tangan Grando menuju pintu tersebut. Namun ketika Bambang membuka pintu ada meja receptionist. Disana ada dua wanita sexy memakai bando kelinci yang menyambut Bambang dan Grando.

"Cari kamar tipe apa mas, mau yang platinum, gold atau silver?". Tanya receptionist.

"Eh bukan – bukan, kita bukan mau tidur bareng". Kata Bambang.

"Apaan sih bang". Grando memukul kepala Bambang.

"Oh memang mau kemana mas? Disini hotel khusus pasangan homo". Kata si receptionist.

"APAAAAA?" Teriak mereka berdua.

Grando dan Bambang langsung bergegas keluar dari tempat itu. Grando berlari secepat kilat hingga Bambang ketinggalan.

"Ampun deh manusia jadi - jadian itu, cepet banget larinya. Nah itu bacaan exit, pasti itu pintu keluarnya". Kata Bambang.

Kemudian Bambang mengirimkan pesan ke Grando dan memberitahu jalan keluarnya. Mereka berdua pun akhirnya berhasil keluar dari Bar itu.

"Aduh bang, kok bisa – bisanya sih kamu main ketempat begituan. Katanya kamu anak soleh". Grando mengomeli Bambang.

"Mana saya tau, tadi saya lagi nonton TV di rumah, eh tiba – tiba ada di bar, jangan – jangan si bos nih yang bawa saya kesini". Kata Bambang.

"Sembarangan kamu ya". Grando sambil memukul pundak Bambang.

"Aduh,, duh,,".

Beberapa hari telah berlalu, tibalah di hari pernikahan Agung dan Vita. Agung terlihat sangat bahagia dengan senyum lebar wajahnya, sementara Vita tersenyum kaku. Ia masih memikirkan Grando. Di acara resepsi pernikahannya, mata Vita terus mencari – cari dimana Grando berada. Padahal Grando tidak ada di dalam Gedung, ia berada di taman di luar Gedung sambil memegangi keris miliknya. Ia terus memandangi keris itu seolah ingin menusukannya ke tubuhnya sendiri.

"Hari ini adalah hari terakhirku, entah bagaimana nyawaku akan dicabut, apakah melalui keris yang mengandung banyak darah ini?". Kata Grando dalam hati.

Tiba – tiba Dewi Bulan muncul, Dewi Bulan berdiri di samping Grando. Ia mengambil tangan Grando dan memakaikan Gelang.

"Dewi, apa ini?". Tanya Grando.

"Ini akan mengikat ruh mu yang akan pergi bersamaku". Jawab Dewi Bulan.

"Apakah aku akan berakhir disini?". Tanya Grando.

"Benar, dahulu tempat ini adalah lapangan canggu. Tempat kau merenggut nyawa banyak manusia. Jadi kita akhiri disini". Kata Dewi Bulan.

"Baiklah, tapi biarkanlah aku menunggunya sampai mata hari terbenam untuk mengucapkan selamat tinggal". Ucap Grando.

Matahari mulai terbenam. Acara resepsi pernikahan Agung dan Vita telah selesai. Vita langsung bergegas mencari Grando.

"Sayang, kamu mau kemana?". Teriak Agung.

Namun Vita tidak menoleh ke Agung sama sekali. Ia pergi keluar Gedung menuju taman untuk mencari Grando. Ia berlari kesana kemari namun Grando belum juga kembali. Vita terlihat begitu lemas dan berkeringat, namun ia tidak putus asa mencari Grando meski mata hari mulai tenggelam.

"Sudah saatnya". Kata Dewi Bulan.

"5 menit lagi". Kata Grando.

Akhirnya Vita menemukan Grando.

"Grandooooooo". Vita Berteriak.

Dewi Bulan dan Grando menoleh ke arah Vita. Grando tersenyum kepada Vita.

"Selamat tinggal pegawai ku". Kata Grando kepada Vita.

"Tidaaakk,,,, Grando aku cinta kamu". Teriak Vita sambil bercucuran air mata.

Grando dibawa terbang oleh Dewi Bulan. Vita terjatuh lemas, kemudian Agung datang memeluknya. Dari jauh Bambang dan Alya ikut menyaksikan kepergian Grando. Mereka berdua juga meneteskan air mata. Kemudian Vita pingsan di pelukan Agung.

50 tahun telah berlalu, Vita dan Agung sudah menjadi Nenek dan Kakek. Saat itu Vita terbaring di rumah sakit ditemani oleh Agung. Sepertinya Vita akan segera pergi meninggalkan dunia. Ia mengucapkan pesan untuk Agung.

"Di kehidupan selanjutnya, mohon lepaskan aku, aku ingin bersama pria itu". Kata Vita.

Agung menganggukan kepalanya sambil meneteskan air matanya. Kemudian jantung Vita berhenti berdetak, Agung sangat bersedih hati. Ia menangis sambil menggenggam tangan Vita.

"Maafkan aku yang memaksamu untuk memilihku, dikehidupan yang akan datang aku janji, aku tidak akan memaksamu lagi". Kata Agung.

Ratusan tahun telah berlalu. Vita telah bereinkarnasi. Ia sedang mengantri di kasir sebuah minimarket. Tidak disangka pria yang berada didepannya tidak membawa dompet sehingga Vita harus membayarkan belanjaannya. Dan Pria itu adalah Grando yang sudah bereinkarnasi juga. Setelah keluar dari minimarket Grando memanggil Vita kembali dan meminta bantuan Vita untuk meminjamkannya kartu e-money untuk naik bis. Kemudian Vita menyetujuinya.

"Ishh, Om ini ganteng tapi kere". Kata Vita.

"Aku janji nanti aku ganti". Kata Grando.

Mereka berdua berjalan ke halte bis, kemudian Vita berkata di dalam hati, "Kok aneh ya, kayanya aku pernah ngerasain kaya gini".

Kemudian Grando meminta nomor HP Vita, agar besok ia bisa mengganti uang Vita. Setelah hari itu mereka jadi sering bertemu. Dan berjalan bersama. Tertawa bersama menjadi pasangan yang bahagia. Sementara itu, di kehidupan ini Agung sudah menikah dengan Lisa, Ia menjadi Gubernur Jakarta. Dibawah kepemimpinan Agung, Jakarta menjadi semakin maju.

- TAMAT -

avataravatar