3 3. Musuh yang tidak diketahui

Sesampainya di dalam hutan Alan berdiri di atas pucuk pohon pinus yang tinggi memadang lekatnya malam yang sudah mau berubah pagi.

Ia tidak peduli jika matahari membakarnya. Namun, matahari pun enggan membakarnya. Ia pernah membaca di internet jika vampir akan mati dengan sinar matahari, bawang putih, air suci, dan sebagainya.

Ia sudah mencobanya, tetapi semuanya tidak membuahkan hasil. Semua itu hanya membuat ia merasa geli dan sulit bernafas sejenak setelah itu ia baik-baik saja.

Alan sudah berjam-jam menikmati panorama yang indah dari pucuk pohon ia melesat masuk ke dalam rumah.

Ia takut Gwendolyn akan mengomel sepanjang waktu jika ia tidak tidur. Semua vampir tahu jika mereka tidak pernah tidur.

Alan berpura-pura berbaring ditempat tidurnya, memejamkan mata. Gwendolyn memasuki kamar dan membangunkannya.

Mereka seakan-akan manusia dengan semua sandiwara kebohongan itu. Namun, mereka menikmatinya.

Mereka mandi dan duduk di meja makan seakan menikmati hidangan yang ada di situ. Namun, tidak seorang pun yang menyentuhnya.

"Alan, berhati-hatilah! Jangan pergi entah ke mana pun. Lihatlah, di youtobe dan TV mereka menyiarkan jika kita telah hangus terpanggang." Andre menatap ke arah Alan.

Alan hanya menganggukkan kepala berusaha untuk mematuhi ayahnya. Alan memandang dan memainkan garpunya, "Baiklah, Pap!" balasnya.

Alan kembali ke kamar dan melesat lewat jendela kamar berlarian secepat kilat di Hutan Alaska. Ia duduk termenung di atas dahan, ia melihat beberapa pendaki gunung sedang berjalan mendaki.

"Mengapa mereka memasuki hutan lebat dan penuh bahaya ini?" batin Alan. Ia berusaha bersembunyi dengan melompat di balik-balik pohon seperti bunglon.

Tiga orang wanita dan 2 orang pria sedang mendaki dan tertawa, membuat kemah mereka. Alan mengingat banyak hal keindahan dan kebahagiaan saat melakukan itu.

Ia melihat seseorang wanita di sana, wanita yang cantik memakai kemeja birunya. Sedang berusaha menjerang air di ketel di atas api unggun.

Alan mengawasi kelimanya dari tempat persembunyiannya. Seakan ia mengikuti acara kemah mereka.

Malam datang menjelang, lolongan srigala dan binatang hutan mulai bersahut-sahutan. Alan takut mendekati mereka, ia sudah lama berpuasa.

Sehingga ia pergi meninggalkan mereka dan mencari binatang buruan. Ia menemukan rusa, ia tidak menemukan binatang lain.

"Aku rasa, rusa ini cukuplah untukku. Aku tidak makan seminggu ini," batinnya.

Alan melesat secepatnya menerjang mangsa dan menghisap darahnya. Setelah puas ia duduk bersantai di atas pohon menikmati kehidupan tenangnya.

Ia mendengar suara gaduh, dari arah barat. Ia mencium beberapa vampir sedang berlarian dan mengejar sesuatu di sana.

Alan melesat secepat kilat ke sana, melihat apa yang sedang terjadi. Ia melihat vampir wanita dan keempat sahabatnya.

Sedang berpesta mengisap darah kelima pendaki yang sedang berkemah, Alan terkesiap memandangnya.

Baru sedetik ia meninggalkan mereka, tetapi kemalangan sudah menimpa mereka. Kegetiran di hati Alan, ia tidak ingin ada Alan-Alan lain yang nerasakan kepahitan di dalam kehidupan ini.

Ia melesat menyerang wanita yang baru saja menimati buruannya. menebas kepala hingga putus dengan cakarnya.

Keempar vampir pria dan wanita berlarian ke arah Alan, "Apa yang kau, lakukan? Apakah manusia itu buruanmu?" teriak si wanita cantik di depannya berambut kecoklatan.

Alan hanya diam saja, ia malas berbicara dengan vampir yang tidak memiliki hati nurani. Mereka hanyalah mengedepankan keinginan dan dorongan haus darah saja.

"Apakah kau tuli dan bisu? Jawab pertanyaannya!" teriak pria sebongsor beruang madu.

Lagi-lagi Alan hanya diam saja. keempat vampir itu langsung menyerang Alan dengan kebuasan yang mereka miliki.

Namun, Alan menyerang balik dengan kukunya yang setajam pisau bedah dan mengeluarkan api membakar mereka.

Jeritan kematian vampir menyayat hati membelah pekatnya malam. Alan tidak menyangka jika gerombolan vampir lain menyerangnya.

Alan harus berjumpalitan dan menumbruk pohon pinus. Batang pohon meringsek terbelah hoodie nya melorot, menampilkan wajah tampan di balik sinar mata keemasan miliknya.

"Siapakah vampir muda, ini?" tanya seorang pria lebih tua.

Alan tidak mengetahui siapa pria tersebut, ia masih terbilang muda dengan usia 500 tahunnya. Terlalu banyak vampir berumur ribuan tahun.

Bahkan, mereka memiliki kekuatan yang sagat luar biasanya. Alan memandang mereka, "Apakah mereka datang untuk berpesta atau membunuh keluargaku?" batin Alan.

Ia bertelepati kepada keluarga Thompson, "Pap, pergi dari rumah ajak Mom. Rombongan vampir yang tidak aku kenal memasuki hutan," pesan Alan.

Andre yang sedang memperbaiki senjata sejenis m60 nya langsung memasukkan perluru perak ke dalam selongsongan dan pistolnya.

"Gweny! Gwenny!" teriaknya. Gwendolyn muncul secepat kilat di sisinya.

"Alan mengatakan, 'Ada rombongan vampir yang sedang memasuki hutan, dengan pasukannya.' Bersiap-siaplah!" ujar Andre.

Keduanya melesat secepat kilat menuju hutan di mana Alan berada. Mereka bukannya menjauh malah menuju ke arah putranya.

Mereka tidak ingin kehilangan satu keluarga pun lagi, mereka telah terbuang dari keluarga mereka.

Bukan, merekalah yang menghindari bertemu dengan keluarga mereka hingga ajal keluarga mereka menjemput.

Keduanya melihat Alan masih bertarung dengan rombongan vampir yang mengeroyoknya. Alan memiliki kekuatan yang luar biasa.

Namun, jika dikeroyok dengan tetua vampir ia pun tidak akan sanggup untuk melawan.

Andre menembakkan senjata peraknya, begitu pun dengan Gwendolyn. Mereka tidak ingin menyia-nyiakan tenaga mereka.

Dor! Dor! Dor!

Tembakan mengenai vampir, mereka melihat darah mengucur dari tubuh mereka dan sedetik kemudian asap meyelubungi tubuh mereka dan membakarnya.

Si pria tua sebagai tetua vampir menjerit marah, ia melompat secepat kilat ke arah Andre. Ia mencakarkan kukunya yang panjang, menyentuh tubuh Andre. Membuat Andre kehilangan tangannya.

Gwendolyn menjerit murka, "Dasar, bedebah!" teriak Gwendolyn menyerang dengan segenap kekuatannya.

Gwendolyn terlempar membentur pohon, benturannya menghancurkan pohon. Alan berteriak di sudut lain.

"Mom!" teriaknya melompat mencengkram tengkuk si ketua vampir. Ia merobek dan membakarnya.

Membuat gerombolan vampir yang tersisa berhamburan kabur. Alan dan Gwendolyn secepat kilat mendarat ke tubuh Andre.

Gwendolyn memberikan serum dari balik ranselnya berwarna biru. Memberikan dan menuangkan ke dalam mulut Andre, membuat tangannya kembali muncul dari bahunya.

"Oh, syukurlah!" ucap Gwendolyn.

"Alan, apa lagi yang kau lakukan sehingga membuat mereka menyerangmu?" teriak Gwendolyn dengan kemarahan.

"Aku tidak melakukan apa pun Mom. Mereka membunuh 5 pendaki gunung saat aku berburu rusa.

"Aku membunuh mereka dan mereka bergerombol menyerangku!" balas Alan.

Ia merasa berdosa telah membawa kekuarganya di dalam semua ini. Alan memberitahukan Andre dengan telepatinya agar keduanya keluar dari rumah.

Menjauhi semua ini, tetapi keluarganya malah menyusulnya.

Ia juga bersyukur tanpa keluarganya. Ia mungkin sudah mati menjadi abu, sementara dendamnya kepada Hector belum terbalaskan.

Ia ingin membunuh Hector agar semua vampir di muka bumi ini lenyap. Begitu yang pernah ia baca dan dengar.

Bila membunuh si vampir awal yang menggigit, maka semua vampir yang ia gigit dan terkontaminasi olehnya akan mati juga.

avataravatar
Next chapter