2 2. Secuil hati nurani

Dari dalam hutan beberapa kelebatan bayangan hitam berusaha mengintai dan langsung mendarat secepat kelipan mata memasuki rumah Thompson.

"Ada apa, ini? Mengapa kalian menerebos masuk ke rumahku?" tanya Andre.

"Walaupun kita vampir, dulunya kita juga manusia yang bermartabat." Andre memandang lekat kelima pria di depannya, mereka terlihat ingin membunuh.

Alan dan Gwendolyn hanya diam saja, mereka bak patung lukisan indah. Tiada yang menyangka jika mereka hidup dengan tatapan dingin dan kulit pucat.

"Kalian tahu, jika wilayah Hearing adalah wilayah buruan kami. Mengapa putramu membunuh salah satu putra Mercy.

"Kau tahu, ia adalah salah satu tangan kanan Hector!" teriak pria yang lebih tua berambut perak.

Deg!

Rasa di jiwa Alan mendengar nama Hector, ia sudah lima abad menyusuri belahan dunia hanya untuk mencari pria bernama Hector.

Pria yang telah membuatnya menjadi mayat hidup yang haus darah dan berhati iblis. Secuil kemanusiaanlah yang masih tersisa.

Jika tidak ia pun sudah sama dengan vampir lain yang suka bersenang-senang mengikuti dorongan hasrat duniawi saja.

Alan semangkin mengeratkan tangan dan giginya, Andre berusaha untuk bernegoisasi sebelum masalah semangkin kacau.

Bukan karena Andre takut, dan tidak ingin bertempur. Ia selalu mengedepankan rasa kekeluargaan dan bermusyawarah dan menjaga privacy orang lain.

Secuil kebaikan yang masih mendarah daging di jiwa raga seorang Andre yang masih tersisa.

Gwendolyn mendekati putranya, menyentuh bahu atas Alan yang tinggi tegap.

"Steve, aku tahu! Akan tetapi, mengapa kau menuduh putraku Alanlah yang membunuh putra Mercy?" tanya Andre berusaha untuk menyangkalnya.

"Siapa lagi vampir yang memiliki kuku dan api selain putramu?" tanya Steve.

"Bukan hanya putraku saja yang memiliki kekuatan itu. semua vampir di belahan dunia ini juga memiliki kekuatan seperti putraku juga banyak!" balas Andre.

Ia berusaha untuk mengingatkanya, "Aku melihatnya membunuh, Santos!" teriak pria yang lebih muda.

Andre tercekat, ia tidak menyangka putranya akan meninggalkan saksi mata. Andre sangat menyayangkan hal itu.

Alan terdiam, ia tidak ingin menyanggahnya. Ia tidak bisa berbohong di depan Andre dan Gwendolyn.

Ia hanya diam saja, "Sudahlah, Steve. Aku lelah, habisi saja vampir vegetarian ini!" ujar pria yang lebih sangar berambut hitam ikal.

Ia langsung menggeram dan Taring muncul di mulutnya. Ia langsung melompat menyerang Gwendolyn.

Alan tidak suka jika ibunya diserang dengan sesuka hati mereka. Ia pun membalasnya dengan pukulan dan tendangan.

Pertikaian Alan dan pria berambut ikal gelap itu membuat keadaan rumah berantakan.

Dinding tembok hancur lebur, keduanya saling serang dan lempar hingga membobol ruangan demi ruangan.

Dan melemparkan keduanya ke pelataran rumah di semak-semak bunga aster dan petunia Gwendolyn.

Andre dan Gwendolyn tidak takut akan kekalahan Alan, ia hanya takut jika buntut semua ini menjadi panjang.

"Apa yang harus kita lakukan?" tanya Gwendolyn kepada Andre bertelepati.

Andre walaupun tidak bergeming, ia berbicara dengan Gwendolyn yang berdiri tidak jauh dari sisinya.

"Aku tidak tahu, jika Alan membunuh pria itu. Kita harus membunuh mereka semua. Sebelum masalah ini merembet, ke mana pun." Andre membalas di dalam telepati mereka.

Dengan pandangan yang masih melihat ke arah Alan. Keduanya mampu menebak dengan mudah. Jika Alan akan begitu mudah mengoyak tubuh musuhnya.

Benar saja, Alan sudah mencabik kedua tangan si pria tersebut dan menggigit leher si pria hingga tewas.

Kemarahan di pihak Steve dan ketiga pria lainnya. Mereka menyerang Alan bersamaan, Andre dan Gwendolyn langsung turun tangan membantu putra mereka.

Andre langsung menebas pria yang ceking dan membunuhnya seketika. Steve terkejut dengan kelihaian Andre dan Gwendolyn bertempur.

Selama ini, mereka mengenal keluarga Thompson adalah vampir yang berhati baik dan mulia.

Mereka selalu saja menolong manusia tanpa pernah menyesatkan ataupun memangsa mereka.

Steve menyerang Andre dengan segala kekuatan yang mereka miliki. Namun, Andre lebih unggul dari mereka begitu pun dengan Gwendolyn.

Ketiganya membakar kelimanya dan rumah mereka. Malam itu juga mereka meninggalkan Hering.

Mereka memberi tahu kepada Agatha bahwa ia harus berhati- hati di sana. Dan Gwendolyn berjanji secepatnya memberitahukan di mana mereka akan menetap.

Malam itu juga mereka pergi meninggalkan Hering. Melalui jalur hutan demi hutan, menyeberangi lautan dengan berenang.

Semenjak mereka menjadi mayat hidup mereka memiliki kelebihan yang berbeda. Mereka memiliki kekuatan yang luar biasa tanpa batas.

Mereka mampu berenang di kedalaman mana pun di lautan maupun samudra tanpa harus takut meninggal karena tenggelam atau kekurangan oksigen.

Mereka juga tidak takut akan dimakan binatang apa pun, karena merekalah predator sejatinya.

Mereka tidak pernah tidur, mereka hanya berpura-pura untuk tidur di peti mayat hanya untuk menakuti dan menjadi rumor di sebuah kisah dongeng penghantar tidur.

Mereka tidak pernah lelah, sakit, lapar, atau apa pun. Mereka benar-benar luar biasa. Sebanding dengan segala kebahagiaan yang lenyap, harus kau bayar bila menjadi iblis.

Mereka menuju ke Alaska, di sebuah hutan yang lebat. Mereka mendiami rumah musim panas mereka di sana.

Ketiganya memasuki rumah tanpa bicara, baju mereka basah kuyub. Mereka tidak peduli, karena mereka tidak merasakan panas, maupun dingin. Semua bagi mereka adalah hal biasa saja.

Kebiasaan sebagai manusia sajalah yang membuat mereka berganti pakaian, mandi, dan melakukan rutinitas sebagai manusia.

Hal itu tetap mereka tanamkan karena mereka ingin menjadi manusia seutuhnya. Dapur selalu ada di rumah mereka. walaupun mereka tidak pernah memasak kecuali menjamu tetangga dan tamu.

Kulkas mereka selalu penuh dengan makanan tetapi tidak ada yang pernah memakannya.

Mereka bekerja dan menghasilkan duit. Akan tetapi, mereka sendiri tidak tahu menggunakan duit itu untuk apa?

Kemungkinan bagi vampir yang tidak ingin membunuh menggunakan duitnya untuk membeli darah di Palang Merah.

Akan tetapi, bagi keluarga Thompson mereka bukanlah peminum darah manusia sehingga mereka tidak memerlukan hal itu.

Mereka meletakkan saja duit mereka di sudut rumah, karena hanya perampok bodohlah yang mau merampok di rumah keluarga vampir.

Mereka menyumbangkan duit mereka ke badan amal di seluruh dunia, untuk mengurangi dosa mereka kelak di akhirat.

Alan memasuki kamarnya, ia berharap ia masih menjadi manusia dan bisa tidur jika lelah. Sayangnya, matanya tidak pernah terpejam sedikit pun.

Selain itu ia tidak pernah merasakan lelah, ia hanya diam berdiri di kamarnya dengan bingung.

Meraih gitar di sudut kamarnya menyanyikan lagu cinta milik salah satu band terkenal di Indonesia.

Ia tercenung menyadari banyak, hal. Keluarganya di Semarang- Indonesia sudah menganggapnya mati.

Ia hanya memandang mereka dari kejauhan jika mereka rindu, sayangnya kedua orang tuanya sudah meninggal dunia saat wabah melanda, pada tahun 1550-an.

Ia masih mebayangkan kedua orang tuanya yang seorang petani di lereng-lereng gunung.

Alan berusaha untuk menepisnya ia melompat ke luar jendela berjalan di dalam hutan.

Ia benci jika ia rindu masa lalunya, ia benci jika ia mengingat banyak hal dari masa lalunya yang indah harus berubah menjadi kelam.

avataravatar
Next chapter