2 BAB. 2 MENINGGAL DALAM PENJARA

Satu bulan kemudian

"Apa....Ini tidak mungkin? Tubuh Elia gemetar, ia masih tidak percaya dengan berita yang baru saja didengarnya dari telepon miliknya.

Tanpa menghiasi diri dan berdandan, dengan mengenakan baju kaos berwarna putih dan celana pendek, Elia menuju mobil yang masih terparkir di halaman rumahnya, ia masih tidak percaya, ia berharap semua hanya mimpi. Pagi itu tanpa diantar sopir, ia menyetir mobilnya dengan kecepatan tinggi, air mata terus mengalir, tubuhnya seolah-olah tak berdaya, ia tidak bisa memikirkan hal lain, perkataan dari Pak Polisi yang meneleponnya hari ini membuat Elia sangat syok.

Elia segera memarkirkan mobilnya setelah ia sampai di salah satu Rumah Sakit terkenal yang ada di New York. Ya sejak beberapa tahun belakangan ini, setelah ibunya meninggal, Mr. Kim dan Elia memutuskan untuk meninggalkan Korea Selatan dan menetap di New York Amerika Serikat dengan alasan pekerjaan. Sebagai pengusaha kontraktor, usaha Mr. Kim sangat maju, ia memiliki saham yang cukup banyak, dan sebagai anak satu-satunya, tidak heran jika apa saja yang diminta Elia selalu dituruti.

Setelah memarkirkan mobilnya , Elia melihat banyak kerumunan Polisi berada di rumah sakit, Elia langsung menerobos dan berlari masuk, sontak matanya berkaca-kaca, air mata mulai mengalir begitu saja dari mata indahnya, Elia merasa tidak sanggup untuk berdiri, kekuatannya seolah- olah menghilang, jantungnya terasa berhenti, Elia hanya diam terpaku, saat melihat seorang laki-laki yang selama ini begitu dekat dengannya, menjaganya, bahkan rela melakukan apa saja demi dirinya, terbaring tidak bernyawa di atas ranjang jenazah.

"Hiks...Hiks...Ayahhh.....Mengapa ayah meninggalkan Elia secepat ini, bangun ayah katakan sesuatu pada Elia, ayah berjanji akan terus menjaga Elia, mengapa ayah pergi secepat ini, bagaimana nasib Elia tanpa ayah, Elia tidak bisa kehilangan ayah, ayahhh....Buka mata ayah, Elia sudah datang ayah."Elia menangis di depan jasad ayahnya yang tertutup kain putih, hanya wajahnya saja yang terlihat. Ia memeluk tubuh ayahnya yang sudah tidak bernafas lagi, mulutnya bergetar, ia masih tidak percaya bahwa ayahnya sudah pergi meninggalkannya untuk selama-lamanya.

Elia kemudian menatap seorang polisi yang berdiri disampingnya dan berkata"pak Polisi, mengapa ini bisa terjadi?

"Maafkan kami nona Elia, beberapa hari lalu Mr. Kim sakit, kami sudah berusaha mengobatinya namun justru kesehatannya semakin memburuk, sampai ia meninggal.

"Bagaimana mungkin, ayahku tidak memiliki riwayat penyakit apapun? Beginikah cara kalian merawat ayahku, kalau memang ayahku sakit, mengapa kalian tidak pernah memberitahuku, aku ini anaknya, mengapa kalian begitu tega melakukan ini kepada ayahku"jawab Elia sambil mengerutkan dahinya

"Ini sudah peraturan Kepolisian nona Elia Jeoung, setiap pelaku yang melakukan pembunuhan ia tidak diijinkan bertemu dengan keluarganya dengan alasan apapun.

"Sudah aku katakan berkali-kali pak Polisi, ayahku bukan pembunuh, aku sangat mengenal ayahku, aku sangat mempercayai apa yang ia katakan, beliau adalah orang yang sangat baik, ayahku dan Mr. Yoon adalah sahabat dekat, mengapa kalian terus saja menyebutnya sebagai pembunuh.

"Kami tidak bisa berbuat apa-apa, karena semua bukti sudah mengarah kepada Mr. Kim. Kami dari pihak kepolisian berharap agar nona Elia bisa ikhlas menerima kepergian dari Mr. Kim, dan sesuai prosedur hari ini juga jenazah Mr. Kim harus segera di makamkan.

Mendengar perkataan dari Pak Polisi hatinya sangat terpukul, ia masih tidak percaya bahwa apa yang dilihatnya adalah kejadian nyata, air mata berderaian membasahi pipi Elia, ia terus saja meratapi kepergian ayahnya, sambil terus memeluk tubuh Mr. Kim Elia mengusap kening Mr. Kim, dan menciuminya berkali-kali.

"Hiks....Hiks ayah, mengapa ayah, mengapa ayah pergi secepat ini, ayah tega meninggalkan Elia sendiri, Elia sangat merindukan ayah, ayah sudah berjanji akan bersama-sama dengan Elia, jika Ayah tidak berada di samping Elia, bagaimana mungkin Elia bisa hidup. Ayah, bangun katakan sesuatu. Hiks....Hiks.

Perlahan Elia membuka kain putih yang menutup jasad Mr. Kim yang sudah mulai dingin, Elia terus saja memeluk ayahnya, Elia menggenggam tangannya, ia terus saya mencium pipi dan kening Mr. Kim sambil berderaian air mata, ia merasa tidak kuat lagi kakinya terasa lemas, akhirnya ia menyandarkan bahunya pada dinding, Elia terduduk tak berdaya dan menangis pilu, sambil mencium tangan ayahnya, tiba-tiba saja Elia melihat ada sedikit lebam di bagian tangan kanan Mr.Kim, Elia yang sedang merasa sedih sontak merasa terkejut, ia mencoba memperhatikan dan memeriksa tanda lebam di bagian tangan kanan ayahnya, dan ternyata di sekujur tubuh Mr. Kim terdapat banyak memar yang sudah berwarna kebiruan.

Mengetahui ada keganjalan dengan kematian ayahnya, Elia langsung menemui kepala Polisi yang juga ada di situ. Elia nampak sangat marah,

"Jelaskan kepada saya pak Polisi, mengapa ada lebam di sekujur tubuh ayahku? Apa yang sudah kalian lakukan padanya! Matanya melotot dengan tatapan tajam

"Saya sama sekali tidak mengetahui apa penyebab luka lebam di tubuh Mr. Kim, mungkin saja Mr. Kim terjatuh, Kami menemukan tubuh Mr. Kim sudah tidak bernyawa berada di atas tempat tidurnya, bahkan kami sudah bertanya kepada teman satu kamarnya, merekapun tidak mengetahuinya.

Mendengar pengakuan polisi, Elia mulai berteriak"saya sama sekali tidak percaya dengan kalian, mana mungkin ini bisa terjadi tanpa sepengetahuan kalian, aku akan mengusulkan kepada pihak Rumah Sakit untuk melakukan otopsi pada jenazah ayahku.

"Kami tidak setuju nona Elia, jenazah Mr. Kim harus dimakamkan hari ini juga, ini sudah peraturan dari kepolisian.

"Apa pak Polisi bilang? Peraturan kepolisian? Aku ini putrinya aku punya hak untuk melakukan ini, jika kalian tidak mengijinkannya, aku akan menuntut kalian semua"jawab Elia begitu sangat marah.

Beberapa Polisi berusaha menghalang-halangi Elia untuk melakukan otopsi terhadap jasad ayahnya, melihat sikap Polisi yang aneh, Elia semakin merasa curiga, dan bersikeras akan tetap melakukan otopsi. Karena Elia adalah anak Mr. Kim, akhirnya pihak Rumah Sakit setuju untuk melakukan otopsi, sehingga Polisi tidak dapat berbuat apa-apa.

3 hari kemudian

Elia berharap-harap cemas menunggu hasil otopsi dari sang ayah, setelah 3 hari ia menunggu, akhirnya pihak Rumah Sakit menghubungi Elia. Elia segera menuju Rumah Sakit, dan segera menuju ke ruangan Dokter, yang melakukan otopsi terhadap jasad ayah kandungnya.

"Tok..Tok...., Maaf Dokter bolehkah saya masuk?

"Nona Elia, saya sudah menunggu anda, silahkan masuk dan silahkan duduk.

"Dokter bagaimana dengan hasil otopsi ayah saya.

"Emmm .....Nona Elia, kami sudah melakukan otopsi terhadap jasad Mr. Kim sesuai dengan permintaan anda, saya berharap setelah mendengar ini nona Elia bisa sabar menerima kenyataan ini, karena hal ini seringkali terjadi kepada beberapa narapidana.

"Maksud Dokter? Saya belum mengerti apa maksud dari Dokter.

"Luka Lebam yang terdapat di sekujur tubuh Mr. Kim, bukan di sebabkan karena ia terjatuh, luka lebam itu disebabkan dari pukulan sebuah benda tumpul, ada kemungkinan terjadi penganiayaan fisik kepada Mr. Kim, dan setelah saya melakukan tes, saya menemukan ada beberapa kandungan obat pada tubuh Mr. Kim, jika obat ini di konsumsi dengan jumlah yang berlebih, bisa menyebabkan orang tersebut mengalami kelumpuhan saraf hingga meninggal.

"Apa....Jadi maksud Dokter ayah saya meninggal bukan karena sakit?

"Anda benar nona Elia, kemungkinan besar ada seseorang yang dengan sengaja mencampur obat pelumpuh saraf pada minuman Mr. Kim dan beliau tidak menyadarinya, itulah yang menyebabkan beliau sampai meninggal dunia.

"Ya Tuhan....Siapa yang begitu tega melakukan ini kepada ayah? Ayahku selama ini begitu menderita di dalam penjara sementara aku tidak pernah menyadarinya. ayah....Hiks...Hiks, maafkan Elia ayah, Elia tidak bisa menjaga ayah.

avataravatar
Next chapter