2 Duke Aren Contis

Keesokan harinya, Nova dan rombongannya akan memulai perjalan lagi. Mereka akan menuju kota yang dikuasai oleh Duke Contis, dan akan melanjutkan perjalanan ke lembah Ascadina.

Prajurit pun sudah membereskan semua perlengkapan dan siap untuk memulai perjalanan.

Kapten Lucian adalah salah satu pengawal yang sama dengan Coni, yaitu menjadi kesatria pelindung bagi Nova dan ibunya. Lucian juga pendekar pedang, namun dia bisa juga menggunakan sihir, dan lebih dikenal oleh dunia ini dengan nama MagicSwordman.

Lucian sudah berumur pertengahan tigapuluhan. Namun wajahnya tetap seperti seorang pemuda tampan. Dengan rambut kuning, otot yang cukup, sudah cukup untuk membuat banyak gadis mengidolakannya.

Didunia ini wajah tidak menunjukkan berapa umur seseorang, karena dengan bertambahnya stamina umurnya pun akan  ikut bertambah. Jadi banyak wanita bangsawan berlatih, meminum ramuan, hanya untuk menambah stamina, agar tetap awet muda.

Nova keluar dari tendanya, dan langsung disambut oleh Kapten Lucian dengan senyuman.

"Pangeran, syukurlah anda baik-baik saja!!"

"Yah...pikiranku berantakan semalaman Lucian, dan sepertinya, ingatanku agar terganggu. Untunglah sekarang sudah baikan. Apakah semua persiapan sudah selesai??"

"Semua sudah beres pangeran, kita akan segera berangkat, tinggal menunggu ratu yang masih mempersiapkan diri."

Dalam ingatan Nova, Lucian adalah satu-satunya teman yang dia miliki, jadi Nova tidak pernah menganggap Lucian sebagai bawahannya. Lucian juga adalah mentor yang mengajari Nova tentang bela diri, stamina dan cara bertarung. Lucian juga menjadi satu-satunya kapten dikekaisaran yang memilih mengikuti pangeran Nova. Lucian adalah MagicSwordman peringkat C.

==

Lalu Lucian menjelaskan ke Pangeran tentang hal-hal kecil untuk persiapannya.

Saat mereka berbincang, ratu dan Coni keluar dari tendanya. Ratu tetaplah cantik. Dengan rambut merah dan proporsi yang memuaskan. Dia tersenyum melihat putranya sudah bisa berjalan lagi.

Dibelakangnya ada Coni dia mencuri-curi pandang dengan Nova, mengingat apa yang dibacarakan dengan ratu semalam membuatnya memerah.

Mereka berbincang-bincang sebentar, lalu memutuskan melanjutkan perjalan kearah kota Contis, yang dikuasai oleh Duke Aren Contis.

==Kota Contis, Rumah Duke Aren==

Seorang pria duduk dimeja, membaca laporan yang datang dari ibukota, bahwa pangeran gagal dan rombongannya akan melewati kotanya. Disurat itu juga dituliskan untuk tidak mengganggu pangeran gagal ini, Duke merasa aneh mengapa pangeran gagal ini masih hidup, kenapa raja seperti takut pangeran ini jika terbunuh. Pertanyaan-pertanyaan ini terlintas dipikiran Duke.

Duke Aren adalah seorang pria licik. Dia tidak pernah terhubung langsung dengan masalah politik. Dia juga pandai memanipulasi seseorang. Dikerajaan Dolina hanya dia yang masih netral dan belum memutuskan untuk mendukung putra mahkota dan pangeran lainnya.

Menurutnya perebutan mahkota masih belum pasti. Jadi dia harus mengamati lebih banyak pergerakan yang terjadi di ibukota.

Putra mahkota adalah pengeran kedua yaitu pengeran Napolean. Pangeran pertama yaitu pengeran Narciso, pangeran ketiga adalah pangeran Natoli, dan yang terakhir pangeran kelima adalah pangeran Nicholl.

Mereka sudah saling tikam menikam untuk meperebutkan tahta. Dan raja sepertinya masih belum mau turun dari tahta. Itulah pikiran yang ada di Duke Aren.

Saat pikirannya termenung seseorang masuk.

"Tuan, rombongan pangeran gagal sudah ada didepan gerbang!!"

"Jangan berkata kasar kepada pangeran Nova, Nompo. Kita seharusnya tidak menilai penampilan dari luar.". Kata duke Aren.

"Maaf Tuan, pangeran Nova sudah terkenal dengan julukan itu, jadi sudah kebiaasaan heheh"

"Sudahlah terserah, kalau begitu ayo kita sambut pangeran yang terkenal ini heheh".

==

Nova dan rombongannya sudah memasuki kota Contis. Kota ini ramai, banyak orang-orang beraktivitas, dan spertinya kualitas hidup sanngat baik.

"Sepertinya Duke Aren sangat berbakat mengurus daerah ini". Kata Nova sambil melihat sekeliling dengan penuh perhatian.

"Duke Aren memang cakap, pangeran. Dari lima wilayah hanya Kota Contis yang paling makmur." jelas Lucian yang berada disamping Nova.

"Daerah Contis juga terkenal akan petualang, pangeran. Karena daerah Contis diapit oleh dua gunung, dan banyak petualang menjelajahi, dan menjual jarahan mereka ke kota Contis. Dan juga ada Dungeon yang paling ramai." Lanjut Coni yang berada di belakang meraka.

"Ini memang layak dibanggakan" kata Nova sambil tersenyum.

"Tapi hati-hati dengan Duke Aren Nova, dia adalah pria yang licik dan juga kabarnya hebat dalam memanipulasi lawan. Dulu raja selalu mengutusnya untuk memjadi penasehat perang. Karena itu dia masih disegani walaupun tidak pernah terlibat dalam persoalan politik". Kata ibu Nova

"Ini memang menarik, orang yang disegani dan tidak memihak kepada pangeran siapapun. Seperti seekor singa yang menanti mangsanya" pikir Nova.

Setelah melewati jalan-jalan panjang. Mereka sampai dikediaman rumah Duke Aren.

Nova melihat Duke Aren dan pengawalnya menyambutnya. Nova menatap Duke Aren dengan seksama.

Duke Aren pun menatap Nova, seakan akan singa menatap mangsanya.

"Selamat datang di Kota Contis, Pangeran, Ratu. Maaf kan yang rendahan ini karena tidak membuat penyambutan yang layak." kata Duke Aren.

"Tidak perlu untuk itu, Duke. Kami hanya akan menginap disini sebentar, dan untuk mengisi persediaan juga." balas Nova dengan senyuman.

Duke Aren tidak menyangka pangeran yang dikabarkan malu malu, akan menatapnya seakan akan ingin mencari tahu tentangnya.

"Apakah rumor itu berlebihan? Sepertinya dia bukan gagal total, setidaknya aku harus memikirkan lagi tentang pangeran gagal ini. Dan dia terbukti masih hidup bukanlah suatu kebetulan." pikir duke.

"Kalau begitu kami akan mengantar anda ke penginapan, pangeran. Nompo kau antar pangeran ke penginapan!!"

"Baiklah, Tuanku!!"

"Kalau begitu, beristirahatlah pangeran. Dan semoga harimu menyenangkan di Contis"

"Sampai ketemu lagi Duke."

Rombongan Nova pun berpamitan demgan Duke, lalu diantar oleh Nompo pergi penginapannya.

Setelah rombongan itu pergi dan tak terlihat. Duke berkata kepada seseorang disebelahnya. "Quant, bagaimana menurutmu pangeran gagal ini?"

"Tuan, sepertinya rumor sangat dilebih-lebihkan, walaupun dia memang lemahh. Tapi dari  penampilannya, sepertinya dia mempunya banyak misteri. Dan juga, saya menyarankan agar kita mengawasinya juga." jelas Quant.

"Hmmm...kau benar sepertinya tahta dikerajaan Dolina akan semakin menarik" gumam sang Duke sambil tersenyum.

==

Nova dan rombongannya akhirnya sampai di penginapan.

"Pangeran, jika yang mulia membutuhkan sesuatu silahkan panggil saya, saya Nompo kesatria dibawah Duke Aren. "

"Terimakasih Nompo"

"Kalau begitu saya mengundurkan diri, pangeran"

Nompo pun pergi meninggalkan rombongan Nova.

Saat Nompo pergi. Ratu Lalita berkata "Sepertinya Duke Aren menghormati kita, Nova"

"Yah...dia tidak seperti bangsawan yang lain, yang selalu mencemooh kita, dan melihat kita dengan jijik". Lanjut Coni.

"Tapi ini membuat kita tidak tau seperti apa Duke Aren sebenarnya. Dia sangat pintar menyembunyikan ekspresinya." kata Nova

"Yah...kalau begitu kitan akan istirahat. Aku butuh istirahat, tubuhku sangat lemah spertinya." desah Nova.

Mereka pun pergi kemar masing masing untuk beristirahat.

==

Dirumah kediaman Duke, duke dan keluarganya sedang makan malam.

"Ayah mengapa kita harus menghormati pangeran gagal ini?" tanya seorang wanita.

Wanita itu adalah Fedora Contis, dia adalah anak termuda dari Duke Aren. Dia berpenampilan tinggi dengan rambut berwarna hijau giok diikat ekor kuda yang mencapai pinggangnya, dengan warna mata yang sama. Dia mengenakan pakaian hijau dengan pinggiran kuning, jubah putih di atasnya, ikat pinggang hitam, ikat pinggang kuning, legging hitam, dan sepatu bot coklat panjang. Dia digambarkan sangat cantik, dinyatakan lebih cantik dari sejumlah dewi.

Fedora adalah seorang mage dan dia adalah peringkat EE. Banyak laki laki dikerajaan ingin menikahinya, namun mereka semua ditolak. Sang Duke pun tidak memaksakan anaknya menikah dengan orang yang tidak dia cintai.

Sebagai seorang yang sangat manja, Fedora juga ingin tahu mengapa pangeran gagal ini, masih layak dihormati oleh ayahnya. Baginya ayahnya adalah sosok pahlawan.

"Jangan seperti itu Fedora, jagalah sopan santun mu. Ayahmu pasti memiliki alasan dengan perbuatannya"

"Ahh.. Maafkan aku ibu"

Wanita yang menasehati Fedora adalah ibunya. Dia adalah Hectia Contis. Dia berpernampilan seperti Fedora namun dadanya sangat berisi, tidak seperti fedora yang sperti landasan pacu.

"Fedora sudah kubilang jangan menilai manusia dari sampulnya, dan sepertinya pangeran Nova ini tidak sederhana yang katakan rumor"

"Hehh...sepertinya pangeran ini sangat menarik, sampai ayah memerhatikan. Aku harus bertemu dengannya" pikir Fedora sambil melahap makanannya.

Duke Aren yang melihat putrinya hanya bisa menghela napas.

avataravatar
Next chapter